Seekor kambing jantan yang meringis kesakitan akibat batu di kandung kemih menjadi subjek tak biasa dari sebuah lompatan teknologi medis. Kambing tersebut tidak sekadar dirawat, tapi juga membantu mendobrak batas dalam pengukuran rasa sakit. Yang menarik, penelitian ini bukan hanya untuk hewan, tetapi mungkin suatu hari nanti, juga untuk manusia non-verbal. Misalnya seperti anak-anak atau pasien dengan gangguan komunikasi. Adalah Ludovica Chiavaccini, profesor anestesiologi di University of Florida, yang memimpin riset ini. Bersama timnya, ia menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membaca ekspresi wajah kambing dan mengenali tanda-tanda nyeri. Menggunakan kombinasi model konvolusional buatan sendiri dan versi fine-tuned dari VGG-16, mereka melatih jaringan saraf buatan untuk membedakan kambing yang kesakitan dan yang nyaman hanya berdasarkan wajah mereka. Hasil awalnya menjanjikan: akurasi model berada di kisaran 62% hingga 80%, tergantung skenario pengujian. Studi ini diterbitk...