Peneliti University College London (UCL) baru saja mencetak rekor baru dalam dunia sel surya perovskite, bukan untuk atap rumah, melainkan untuk ruangan dalam. Tim ini berhasil mengembangkan solar cell yang mampu mengonversi cahaya lampu kantor menjadi energi listrik dengan efisiensi 37,6 persen pada 1000 lux, setara ruangan kerja terang.
Angka ini enam kali lipat lebih baik dibanding teknologi indoor sejenis yang ada di pasaran saat ini.
Kunci terobosannya ada pada rekayasa material. Selama ini, perovskite terganjal oleh “trap” alias cacat kristal yang menghambat aliran elektron. UCL menyuntikkan rubidium chloride dalam proses fabrikasi, yang membantu pertumbuhan kristal lebih rapi dan mengurangi cacat. Ditambah dua senyawa stabilisator untuk mencegah ion halida terpisah fase, hasilnya aliran listrik lebih lancar sekaligus memperpanjang usia pakai.
Durabilitas yang biasanya jadi titik lemah perovskite juga ikut ditingkatkan. Dalam pengujian 100 hari, performa sel surya baru ini hanya turun 8 persen, jauh lebih baik dari 24 persen pada versi kontrol. Bahkan dalam kondisi ekstrem, 300 jam di bawah cahaya terang dengan suhu 55 derajat Celsius, sel masih bertahan di 76 persen kapasitas, sementara teknologi lama ambruk di bawah 50 persen. Para peneliti memperkirakan masa pakai bisa tembus lima tahun, alih-alih hitungan minggu seperti prototipe lama.
Implikasinya besar. Bayangkan perangkat kecil seperti remote TV, keyboard nirkabel, detektor asap, hingga sensor IoT, semua hidup tanpa perlu ganti baterai. Dr. Mojtaba Abdi Jalebi dari UCL menekankan, miliaran perangkat saat ini bergantung pada baterai sekali pakai, sebuah praktik yang jelas tidak ramah lingkungan. Dengan solusi ini, perangkat sehari-hari bisa memanfaatkan cahaya ruangan sebagai sumber daya murah dan berkelanjutan.
Lebih jauh lagi, perovskite punya keunggulan biaya. Bahan dasarnya melimpah, proses produksinya sederhana, dan bahkan berpotensi bisa dicetak seperti koran. Jika industri tertarik melanjutkan, sel surya ini bisa diproduksi massal dengan ongkos rendah. Tak heran tim UCL sudah membuka pembicaraan dengan mitra industri untuk membawa teknologi ini ke pasar.
Apakah ini berarti baterai alkaline dan litium untuk perangkat kecil akan segera usang? Belum tentu, tapi jalannya sudah terbuka. Jika klaim UCL benar-benar terbukti dalam skala industri, lampu kantor Anda kelak bisa jadi sumber energi yang membuat remote TV tak lagi haus baterai. Dunia mungkin tidak butuh baterai sekali pakai sebanyak dulu dan itu kabar baik bagi konsumen maupun planet ini.