Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Science

Apa Itu Happy Hypoxia Pada Penderita Covid?

Anda sudah pernah mendengar istilah hypoxemia, hypoxia atau happy hypoxia? Istilah ini umumnya menjadi momok bagi para pendaki gunung khususnya yang sudah naik sampai ke dataran tinggi. Hypoxemia atau silent hypoxemia adalah kurangnya kadar oksigen di dalam darah, yang umumnya menimbulkan reaksi atau respon tubuh berupa gejala dan keluhan di bebeberapa organ. Dalam kondisi tertentu, hypoxemia yang berkelanjutan dapat menyebabkan hypoxia. Sementara, happy hypoxia adalah kondisi kurangnya kadar darah di dalam jaringan, tetapi tidak menimbulkan reaksi atau keluhan sakit di organ-organ tubuh. Korban happy hypoxia bisa saja sedang berjalan-jalan, tertawa-tawa lalu tiba-tiba sesak nafas dan mendadak meninggal.  Hypoxia sendiri adalah kondisi kadar oksigen yang kurang di dalam jaringan darah, dan memicu reaksi gejala. Pada para pendaki gunung, hypoxia atau hipoksia terjadi pada mereka yang mendaki tetapi tidak melakukan penyesuaian terlebih dahulu. Asal tahu saja, perbedaan tekanan ...

Apa Itu Fenomena Aphelion?

Anda yang gemar mengamati fenomena alam, mungkin pernah mendengar istilah yang disebut dengan aphelion. Ya, aphelion merupakan sebuah fenomena di mana posisi Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari. Menurut penjelasan Andi Pangerang Hasanuddin, peneliti dari Pusat Penelitian Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), posisi Bumi terhadap Matahari terus berubah, dari titik terdekat sampai ke titik terjauh. Ini terjadi karena orbit bumi tidak sepenuhnya berbentuk lingkaran sempurna. Seperti diketahui, Bumi mengitari Matahari dengan rotasi berbentuk elips dengan kelonjongan sekitar 1/60. Dikutip dari laman Kompas, setiap tahunnya, Bumi berada pada jarak terdekat dengan Matahari yang disebut perihelion, dan ini terjadi setiap bulan Januari. Adapun Bumi akan berada pada jarak terjauh dari Matahari yang disebut sebagai aphelion, dan terjadi setiap bulan Juni. Tahun ini, aphelion terjadi pada tanggal 6 Juli 2021. Puncaknya, atau jarak terjauh Bumi dari Mata...

Samudra Selatan, Samudra Baru di Bumi

Saat ini, kita punya empat samudra yang mendominasi planet kita yang tercinta. Keempat samudra tersebut adalah Samudra Arktik, Atlantik, Hindia dan Pasifik.  Namun untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad, kini ada samudra baru di peta. Dan samudera baru tersebut dinamakan dengan Samudra Selatan. "Penemuan" samudera baru ini berdasarkan pengumuman National Geographic pada Selasa tanggal 8 Juni 2021. Mereka secara resmi mengakui badan air yang mengelilingi Antartika sebagai Samudra Selatan, dan menjadikannya samudra kelima di Bumi kita. "Samudra Selatan telah lama diakui oleh para ilmuwan, tetapi karena tidak pernah ada kesepakatan internasional, sehingga keberadaannya tidak pernah secara resmi diakui secara resmi," kata Alex Tait, ahli geografi National Geographic Society, seperti dikutip dari laman National Geographic. Lautan baru ini mengelilingi garis pantai Antartika hingga 60 derajat lintang selatan. Dan biasanya, semua samudra di dunia dipisahkan...

Kecerdasan Buatan Bantu Prediksi Kondisi Pasien Virus Pandemi

Pandemi Covid-19 membuktikan bahwa wabah bisa terjadi kapanpun. Siap ataupun tidak, kita harus tetap melaluinya. Pada kasus Covid-19, ketersediaan alat pendeteksi virus dan alat medis yang menopang kesembuhan seperti ventilator sangat dibutuhkan oleh para pasien.  Tingkat keparahan pasien juga terkadang menjadi acuan tindakan apa saja yang harus dilakukan tim media agar jiwa pasien bisa selamat. Selain itu, ada juga alat pendeteksi yang tidak hanya digunakan untuk virus saja, ada juga yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat keparahan pasien. Kecerdasan buatan pun kini bisa memprediksi bagaimana tingkat keparahan infeksi pada pasien termasuk pasien Covid-19. Seperti apa? Para peneliti di University of California San Diego School of Medicine yang dipimpin oleh Pradipta Ghosh menggunakan algoritma kecerdasan buatan (AI) untuk menyaring terabyte data ekspresi gen "aktif" atau "mati" selama infeksi yang digunakan untuk mencari pola yang sama pada pasien dengan p...

Pergi Ke Luar Angkasa Ternyata Bikin Sistem Imun Melemah

Siapa yang ingin pergi berwisata ke luar angkasa? Tahun ini, tepatnya bulan Mei 2021, Blue Origin yang merupakan perusahaan roket milik Jeff Bezos akan membuka wisata luar angkasa sub-orbital perdana.  Tepatnya pada tanggal 20 Juli 2021 mendatang, Bezos sang pemilik perusahaan sekaligus CEO Amazon akan ikut dalam wisata luar angkasa yang akan mengudara di ketinggian 100 kilometer di atas permukaan laut. Akan ada 6 penumpang di perjalanan tersebut. Saat ini satu kursi wisata luar itu ditawarkan di harga 2.800.000 dollar AS atau setara dengan Rp39,8 miliar. Akan tetapi, selain kantong yang harus tebal, ternyata bepergian ke luar angkasa memiliki resiko untuk kesehatan juga lho guys. Apa itu? Blue Origin Ternyata, perjalanan ke luar angkasa juga akan membuat sistem imunitas melemah. Dari penelitian, gaya berat mikro di ruang angkasa mengganggu fisiologi manusia dan merugikan kesehatan para astronot. Fakta ini pertama kali disadari saat misi Apollo 1 selesai dijalankan. Saat itu,...

Ekologi Sintetis, Merekayasa Lingkungan dengan Mikrobiom

Pernah mendengar biologi sintetis? Bagi yang belum pernah dengar, biologi sintetis atau Synthetic biology atau SynBio adalah salah satu cabang dari ilmu biologi yang menggabungkan banyak cabang lainnya. Di antara cabang yang digabungkan adalah biologi molekuler, biologi sistem, teknik molekuler, biofisika, teknik kimia dan lainnya. Tujuannya adalah untuk merancang sistem, mesin dan modul biologi untuk tujuan yang berguna. Salah satu yang dapat diaplikasikan dalam biologi sintetis ini adalah mengenai manipulasi mikrobiom. Ia terdiri dari semua bakteri dalam usus dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesehatan manusia dan penyembuhan penyakit. Mikrobioma ini bukan hanya ada di dalam tubuh kita namun juga di alam terbuka dengan spesifikasi tertentu di suatu lingungan yang sesuai. Mikrobiom ini terdiri dari bakteri, jamur, alga dan protista atau kombinasi di antara semuanya yang memberikan pengaruh satu sama lain dan lingkungan tempat mereka hidup. Terbaru, Daniel Segrè, Direktur...

Bakteri Usus Ternyata Pengaruhi Rasa Takut pada Bayi

Jika Anda memiliki lingkungan yang terdapat banyak bayi, mungkin Anda akan menemukan bahwa beberapa bayi akan merespon dan bereaksi berbeda terhadap bahaya yang dirasakan. Ada yang cenderung lebih banyak mengamuk dan ada pula yang merespons dengan menangis? Menurut studi terbaru dari para peneliti dari Michigan State University dan University of North Carolina, Chapel Hill Amerika Serikat, jawaban dari perbedaan respon tersebut adalah sistem pencernaan bayi. Lho bukannya sistem percernaan bayi dan rasa takut itu jauh ya, letaknya? Apa hubungannya? Ilustrasi Mikrobioma (Sumber : Cooking Light) Sistem pencernaan manusia adalah rumah bagi komunitas besar mikroorganisme yang dikenal sebagai mikrobioma usus. Mikrobioma dalam tubuh manusia itu sendiri terdiri dari bakteri, virus, dan eukariota. Sebagai informasi, rasio sel yang dimiliki oleh mikrobioma ini 10 kali lebih besar dari sel tubuh manusia. Rasio gennya pun 200 kali lebih besar dari gen manusia. Nah, jenis bakteri yang dis...

Wow! Manusia Ternyata Bisa Hidup Sampai 150 Tahun

Pernah gak sih Anda bertanya-tanya, berapa umur maksimal manusia? Sampai saat ini, orang tertua yang pernah hidup terverifikasi adalah Jeanne Calment, seorang wanita kelahiran Prancis pada tahun 1875 dan yang hidup hingga usia 122 tahun, 164 hari pada tahun 1997.  Selain Jeanne, ada juga Jiroemon Kimura dari Jepang yang hidup selama 116 tahun sebelum kematiannya pada tahun 2013. Namun, apakah mungkin untuk hidup bahkan lebih tua dari umur Jeanne dan Jiroemon? Tentu saja ada batasan yang pasti tentang berapa usia manusia bisa hidup. Khususnya manusia di masa modern seperti saat ini. Seperti apa? Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, peneliti Timothy V. Pyrkov beserta kawan-kawannya mengklaim bahwa lifespan atau ambang kehidupan manusia bisa bertahan sampai dengan 150 tahun. Studi ini sendiri dilakukan oleh para peneliti di sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Singapura. Perushaan tersebut bernama Gero. Para peneliti memas...

Krisis Lingkungan Global, Bisa Sebabkan Kepunahan Masal Pada 2050

Tahukah Anda? Selain hari Bumi yang dirayakan pada tanggal 22 April ternyata ada juga hari Internasinal Untuk Keberagaman Hayati yang diperingati pada tanggal 22 Mei.  Peringatan tersebut digalakkan untuk mengangkat isu-isu yang tentunya berhubungan dengan keanekaragaman hayati. Hari Internasinal Untuk Keberagaman Hayati ini sendiri digalakkan oleh PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. Topik yang diangkat pun beragam. Mulai dari hutan, kekeringan, perubahan iklim sampai dengan ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan. Banyak tema yang diusun setiap tahunnya. Tema tahun 2021 ini adalah “We’re part of the solution”  atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia “Kami adalah bagian dari solusi.” Sumber: Mongabay Slogan tersebut mencerminkan jika segala jenis perubahan transformatif yang diperlukan untuk mengamankan sistem pendukung kehidupan alami di Bumi akan mengubah semua kehidupan kita. Skala dan ruang lingkup krisis keanekaragaman hayati dan krisis iklim sejeni...

Efek Buruk Anak Sekolah Main Game dan Sosmed Seharian

Anak-anak usia sekolah terutama yang sedang berada di jenjang sekolah menengah sering menggunakan internet, media sosial atau video game dalam keseharian mereka. Terkadang, mereka menggunakan fasilitas tersebut sampai seharian penuh.  Ternyata, anak yang sering menggunakan internet dan gadgetnya untuk tujuan rekreasi selama lebih dari satu jam setiap hari selama minggu aktif sekolah memiliki nilai dan nilai ujian yang jauh lebih rendah. Data ini dikutip dari jurnal Computers in Human Behavior . Temuan tersebut juga memberi gambaran pada orang tua dan anak-anak ambang batas moderat untuk menggunakan teknologi yang berhubungan dengan hiburan. Tidak lebih dari satu jam setiap hari pada hari-hari sekolah, dan empat jam sehari pada akhir pekan. Teknologi yang berkembang pesat memang menjadi pisau bermata dua. Misalnya teknologi interaktif. Ia banyak digunakan untuk mempromosikan akses dan pencapaian pendidikan anak-anak. Namun di satu sisi, teknologi juga terkadang menghambat tumbuh ...

Mucormycosis, Wabah Baru di India, Lebih Mematikan dari Covid-19

Bagi kalian para gamers pasti kenal dengan wabah zombie di game The Last Of Us. Wabah zombie di game tersebut berbeda dengan game lainnya. Ya, zombie yang muncul di game tersebut adalah akibat dari mewabahnya jamur Cordyseps yang bermutasi dan kemudian menginfeksi manusia. Parahnya, ternyata kengerian dari wabah jamur bukan hanya ada di game lho. Dia juga ada di dunia nyata guys. Asal tahu saja, selain kasus Coronavirus yang membludak, ternyata India juga sedang mengalami wabah lainnya, yang disebabkan oleh jamur. Namanya Mucormytosis. Apa itu Mucormycosis? Mucormycosis bisa disebut juga dengan wabah jamur hitam atau black fungus. Penyakit jamur ini rentan diderita pasien yang sebelumnya telah terkena Coronavirus. Infeksi tersebut disebabkan oleh jamur dari jenis Mucor yang sebenarnya banyak ditemukan di tanah, tanaman, pupuk kandang, buah dan sayuran yang membusuk. Jadi sebenarnya, jamur jenis ini ditemukan dibanyak tempat termasuk di tanah, udara dan bahkan di lendir orang yang...

Temuan Gunung Api di Mars, Mungkinkah Mahluk Hidup Bertahan?

Kehidupan di planet Bumi kita tercinta ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah adanya aktivitas vulkanik yang aktif.   Emisi gas dari ventilasi vulkanik yang berlangsung selama ratusan juta tahun telah membentuk lautan dan atmosfer paling awal di Bumi. Material yang dikeluarkan dari aktivitas vulkanik tersebut pun memasok bahan-bahan penting untuk mahluk hidup berevolusi dan menopang kehidupan selanjutnya. Lalu, bagaimana dengan planet Mars? Yang menarik, bukti aktivitas vulkanik baru-baru ini ditemukan di Mars. Bukti tersebut menunjukkan bahwa planet merah ini bisa saja memiliki aktifitas vulkanik dalam 50.000 tahun terakhir. Temuan baru tersebut diungkapkan oleh David Horvath, ilmuwan dari Planetary Science Institute Research, Arizona, Amerika Serikat. Menurut Horvath, sebagian besar aktivitas vulkanisme di planet merah diprediksi terjadi antara 3 sampai 4 miliar tahun yang lalu. Sejumlah letusan yang lebih kecil di daerah terpencil kemungkinan ter...

Terungkap! Sianida Ternyata Ada Dalam Makanan Sehari-hari

Baru-baru ini, zat kimia beracun berbahaya yakni Sodium Sianida terdengar lagi. Khususnya setelah tragedi sate beracun yang salah sasaran dan menyebabkan nyawa seorang anak terenggut.  Memang, Sianida terkenal sebagai racun yang sangat mematikan. Namun siapa sangka bahwa makanan yang kita makan atau santap sehari-hari ternyata juga bisa mengandung racun tersebut? Nah, berikut ini adalah daftar makanan yang biasa kita konsumsi sehari-hari, yang ternyata mengandung zat berbahaya Sianida. Apa saja? Check it out! Rebung Rebung Rebung secara alami memiliki sianida jenis Taxiphyllin. Memang sianida jenis ini tidak akan sampai membunuh seseorang, namun efeknya adalah rasa tidak nyaman dalam tubuh dan reaksi keracunan jika memakannya dalam jumlah banyak. Untungnya, kandungan sianida dalam rebung dapat menghilang ketika direbus. Sebagai gambaran, memasak rebung hingga 2 jam dapat menghilangkan 96% racunnya.  Singkong Singkong Singkong mengandung glikosida sianogenik dan dapat me...

Terobosan Baru Plastik Organik Anti Mikroplastik

Plastik organik atau plastik biodegradable yang dapat terurai secara alami disebut-sebut sebagai salah satu solusi untuk masalah polusi plastik yang mengganggu dunia saat ini.  Namun demikian, kantong plastik, perkakas, dan tutup gelas yang "dapat dikomposkan" saat ini tidak rusak selama pengomposan biasa dan malah mencemari plastik lain yang dapat didaur ulang. Akibatnya, hal tersebut malah menyusahkan para pendaur ulang untuk memilah-milah plastik untuk diolah. Kenapa? Kebanyakan plastik kompos terbuat dari poliester yang dikenal sebagai asam polylactic, atau PLA dan berakhir di tempat pembuangan sampah. Plastik ini dapat bertahan menjadi plastik selamanya. Untungnya, para peneliti dari University of California, Berkeley kini telah menemukan cara untuk membuat plastik yang dapat dibuat lebih mudah terurai dan tidak hanya menjadi kompos. Dengan hanya menggunakan panas dan air, masalah plastik organik ini dapat terpecahkan. Sebagai gambaran, saat ini plastik organik dip...