Langsung ke konten utama

Cara Mengetahui Kualitas Layar Laptop yang Baik untuk Mata

Di pasaran banyak sekali pilihan laptop dari berbagai merek dan tipe laptop dari merek yang bersangkutan. Umumnya, saat memilih laptop, pengguna hanya mementingkan soal kecepatan prosesor, pilihan VGA yang terpasang, besaran kapasitas RAM ataupun kapasitas dan kecepatan storage.

Namun demikian, ada komponen lain dari laptop yang sebenarnya jauh lebih penting untuk diperhatikan, namun umumnya diabaikan. Padahal, komponen inilah yang selalu diperhatikan oleh mata penggunanya. Apalagi kalau bukan panel layar.

Seperti diketahui, panel layar laptop saat ini terdiri dari layar OLED, layar IPS, Value IPS atau IPS Level, dan layar TN atau Twisted Nematic. Dan sama seperti layar pada pesawat televisi ataupun smartphone, layar yang terbaik untuk saat ini di laptop adalah layar dengan panel OLED. 

Dan sebagai pemain utama di pasar laptop consumer di Indonesia, ASUS merupakan produsen yang paling banyak merilis laptop dengan layar terbaik. Nah, kali ini kita akan membahas cara mengetahui kualitas layar laptop secara sederhana, dan kelebihan panel OLED dibandingkan panel jenis lain.

Kesehatan Mata
Memang untuk urusan visual, semua orang boleh punya preferensi masing-masing. Namun untuk tingkat akurasi dan kekayaan warna, semua ada ukuran pastinya. Demikian pula dari aspek Kesehatan yang jadi salah satu kelebihan utama layar OLED.

Sebagai gambaran, seluruh panel layar memancarkan beragam warna sinar ke arah mata kita. Dan sinar yang paling berbahaya untuk mata adalah sinar biru. ASUS, dengan layar Lumina OLED-nya berhasil mereduksi pancaran sinar biru hingga 70% dibandingkan dengan layar laptop lainnya. Tidak percaya? Coba lihat layar laptop yang diintip menggunakan bandpass filter seperti berikut.

Menggunakan bandpass filter, kita bisa melihat jelas seberapa banyak pancaran sinar biru yang ditembakkan oleh layar ke mata kita. Sebagai contoh, gambar di bawah ini adalah laptop dengan layar ASUS Lumina OLED. Adapun gambar di bawahnya adalah laptop dengan layar jenis IPS.

Dapat Anda lihat di gambar di atas, layar ASUS Lumina OLED memancarkan sinar biru yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan layar ASUS versi IPS. Dengan sedikitnya sinar biru yang dipancarkan, untuk jangka panjang, penggunaan laptop dengan layar ASUS Lumina OLED akan bisa lebih sehat bagi mata.

Blue light filter ini sendiri bermanfaat buat anak-anak hingga pengguna dewasa lanjut usia. Khususnya bagi anak-anak, berhubung mata mereka belum sepenuhnya berkembang, dengan lensa dan kornea yang lebih transparan, cahaya biru yang berbahaya dapat menembus mata dengan lebih mudah, berpotensi menyebabkan penuaan dini pada retina. 

Baca juga:


Penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa pada mata anak berusia lima tahun, sekitar 60% pancaran sinar biru yang diterima melewati retina, dibandingkan dengan hanya sekitar 20% pada orang dewasa berusia 60 tahun. Dengan tampilan ASUS OLED, tingkat cahaya biru yang jauh lebih rendah berarti perawatan mata yang lebih baik untuk anak-anak.

Fitur Eye Care di ASUS Lumina OLED tidak hanya sekadar dapat mengurangi radiasi sinar biru, tetapi juga mempertahankan kualitas reproduksi dan akurasi warnanya. Dengan menggeser spektrum biru, ASUS Lumina OLED dapat menekan paparan radiasi sinar biru tanpa mengurangi kualitas dan akurasi warnanya. Metode tersebut juga telah mendapatkan sertifikasi Low Blue Light dan Flicker Free dari TÜV Rheinland.

Dengan alat sederhana ini, Anda bisa dengan mudah mengetahui layar mana yang lebih baik untuk mata penggunanya. Dan dari percobaan, terbukti bahwa layar ASUS Lumina OLED secara signifikan lebih sehat. Selain itu, tentunya manfaat lain seperti akurasi warna, ketajaman, detail warna serta refresh rate yang sudah mencapai 120Hz dengan response time 0,2 milidetik, semuanya membuat panel OLED menjadi panel pilihan terbaik saat ini untuk sebuah laptop.

Postingan Populer

Review Asus Vivobook S 15 OLED S5507. Titik Optimal Prosesor Qualcomm

Industri laptop sedang mengalami transformasi besar dengan semakin populernya prosesor berbasis ARM dalam perangkat berbasis Windows. Padahal, selama bertahun-tahun, arsitektur x86 yang dikembangkan oleh Intel dan AMD telah mendominasi pasar. Tetapi kini ARM hadir dengan keunggulan efisiensi daya yang lebih baik, kinerja yang semakin kompetitif, serta dukungan teknologi AI yang lebih canggih. Dengan konsumsi daya yang lebih rendah, laptop berbasis ARM menjanjikan daya tahan baterai yang lebih lama tanpa mengorbankan performa. Semua kelebihan di atas menjadikan platform baru tersebut sebagai pilihan menarik bagi pengguna yang menginginkan perangkat portabel dengan produktivitas tinggi. Apalagi, kedatangan prosesor seperti Qualcomm Snapdragon X Plus dan Snapdragon X Elite menjadi titik balik bagi laptop Windows yang mengadopsi arsitektur ARM.  Berkat optimalisasi perangkat lunak dan dukungan dari Microsoft, aplikasi Windows kini semakin kompatibel dengan ARM, memungkinkan pengalaman ...

Asus Luncurkan Expert P Series untuk Dukung Kebutuhan Bisnis Modern

Asus Indonesia resmi meluncurkan lini produk komersial terbaru, Expert P Series, yang terdiri dari laptop ExpertBook P3405CVA, desktop ExpertCenter P500MV, dan All-in-One ExpertCenter P440VA. Ketiganya dirancang untuk menjawab kebutuhan transformasi digital di dunia bisnis, dengan daya tahan tinggi, performa stabil, fitur AI terintegrasi, serta keamanan kelas enterprise. “Expert P Series bukan sekadar perangkat kerja, tapi partner produktivitas yang ringan, tangguh, dan aman untuk berbagai skenario kerja hybrid,” ujar Yulianto Hasan, Director Commercial Products Asus Indonesia. Setiap perangkat sudah dilengkapi AI on-device, termasuk platform ExpertMeet untuk kolaborasi yang lebih efisien tanpa perlu aplikasi tambahan. Tren kerja hybrid dan adopsi teknologi AI menjadi latar belakang kehadiran lini ini. Menurut laporan Gallup, 60% karyawan memilih model hybrid, sementara survei McKinsey 2024 mencatat 78% organisasi telah menggunakan AI dalam operasional mereka. Asus menghadirkan solusi ...

Hell Is Us, Game Paling Berat, Bahkan RTX 4090 Pun Tak Cukup

Para pemilik GPU kelas atas seperti Nvidia RTX 50 dan 40 Series yang mencoba menjalankan demo Hell Is Us tercengang. Alih-alih menikmati adegan sinematik pembuka, banyak pemain justru mengalami crash sebelum cutscene selesai, meninggalkan pertanyaan besar: untuk apa semua kekuatan grafis ini? Dalam pembaruan terbaru di Steam, pengembang Rogue Factor menyarankan solusi sementara yang cukup ironis: turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan semua fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, dan FSR. Ya, bahkan teknologi unggulan seperti DLSS 3.5 pun diminta dimatikan agar game bisa berjalan. “Harap turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, FSR, dll. dari menu utama sebelum memulai game,” tulis Rogue Factor dalam catatannya. Tom’s Hardware mengonfirmasi bahwa ini satu-satunya cara agar game bisa melewati bagian intro tanpa crash. Setelah berhasil mencapai karakter utama bernama Rémi, pemain kemudian dipersilakan menaikkan kembali pengaturan grafis. ...

China Siapkan Prosesor x86 Sendiri. Semua Berkat AMD

China kembali mengguncang industri chip silikon. Kali ini lewat penggabungan dua pemain penting dalam industri chip dan server: Hygon dan Sugon. Merger ini menjadi langkah besar dalam ambisi Beijing untuk menciptakan ekosistem superkomputasi yang sepenuhnya mandiri, dari desain CPU hingga produksi server. Bagi yang belum familiar, Hygon adalah nama yang muncul setelah AMD pada 2016 memutuskan untuk melisensikan desain CPU Zen dan teknologi x86-64 ke perusahaan bernama Tianjin Haiguang Advanced Technology Investment Co. Tujuannya jelas: memenuhi kebutuhan chip server di Tiongkok dengan solusi non-Intel yang tetap “legal” lewat lisensi. Hasil dari kolaborasi itu adalah prosesor Hygon Dhyana, yang meskipun tidak populer secara global, cukup mendapat tempat di kalangan raksasa teknologi Tiongkok seperti Tencent, berkat dorongan besar dari pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan perangkat keras lokal. Di sisi lain, Sugon adalah produsen server dan superkomputer yang kerap menggunakan chip H...

Akibat Larangan Ekspor AS, Teknologi AI Huawei Melejit

Bill Dally, chief scientist Nvidia, menyatakan bahwa kebijakan ekspor Amerika Serikat yang membatasi pengiriman chip AI ke Tiongkok malah memperkuat posisi Huawei dan ekosistem teknologi lokal di negara tersebut. Dalam pidato di AI EXPO kedua yang diselenggarakan oleh think tank Washington, Special Competitive Studies Project, Dally menjelaskan bahwa perlombaan AI bukan lagi sekadar persaingan perusahaan, melainkan telah menjadi ajang perebutan kekuatan geopolitik. Menurut Dally, larangan ekspor chip canggih seperti Nvidia H20 tidak menyurutkan ambisi Tiongkok, melainkan memberi lebih banyak ruang gerak dan alasan bagi negara itu untuk memperkuat riset dalam negeri, termasuk merekrut pakar-pakar AI top dunia. “Kalau bukan karena regulasi AS, Huawei tidak akan dipaksa untuk berkembang,” kata Dally. Dia mencatat bahwa pada tahun 2019, Tiongkok sudah memiliki sekitar sepertiga dari peneliti AI terbaik di dunia. Kini, jumlah itu disebut-sebut mendekati setengah dari total global. Banyak da...