Langsung ke konten utama

Robot AI Menangkan Kompetisi Melukis, Bikin Kesal Pelukis

Dunia seni dikejutkan karena seseorang memasukan karya seni hasil AI atau Artificial Intelegence kedalam sebuah lomba kesenian. Yang jadi masalah, karya AI tersebut berhasil memenangkan perlombaan seni itu. 

Jason Allen, kreator yang bergelut dalam bidang AI telah memasukkan karya seni yang dihasilkan AI ke dalam kompetisi seni rupa Colorado State Fair. Pada kompetisi tersebut, ia berhasil meraih kemenangan di peringkat pertama dalam kategori Seni Digital/Fotografi yang Dimanipulasi Secara Digital.


Allen menggunakan Midjourney yang merupakan AI Generator Text to Image yang tersedia di server Discord. Namun seperti apa metode yang digunakan Allen dalam perlombaan?

Seperti yang didefinisikan Allen sendiri, ia menggunakan "kecepatan tertentu" dan membuat banyak gambar dengan memanfaatkan Midjourney. Allen kemudian menghabiskan beberapa minggu untuk menyempurnakan dan mengkurasi gambar yang dihasilkan sampai gambar tersebut dinilai baik.


Setelah meningkatkannya dengan menggunakan Gigapixel AI, ia mencetaknya di atas kanvas, dan mengirimkannya ke kompetisi Colorado State Fair pada awal Agustus 2022.

Salah satu gambar berjudul "Théåtre D'opéra Spatial" ternyata memenangkan hadiah utama dari perlombaan tersebut dan dia memposting tentang kemenangannya di server Midjourney Discord pada hari Jumat ini.

Kemenangan Allen memicu diskusi ramai di Twitter, Reddit, dan server Midjourney Discord tentang sifat seni dan apa artinya menjadi seorang seniman. 

Beberapa komentator berpikir bahwa seni manusia sudah hancur dan sudah habis masanya karena AI dan para netizen beranggapan bahwa semua seniman nantinya ditakdirkan untuk digantikan oleh mesin. Sedangkan sebagian lain netizen berpikir seni akan berkembang dan beradaptasi dengan teknologi baru yang lebih maju di masa mendatang.

Ada juga seniman yang marah karena adanya unsur ketikeadilan karena tidak jelas apakah Allen memberi tahu para juri kontes tentang penggunaan AI dalam lukisan miliknyanya, meskipun beberapa pengguna Twitter dilaporkan telah menghubungi para juri dan menemukan bahwa mereka tidak tahu akan hal tersebut. 

Namun di sisi lain, hal ini malah menjadi bukti bahwa karya seni buatan Robot AI ini dianggap cukup bagus untuk menipu seniman manusia.


Baca juga:


Memang benar bahwa tidak ada kreativitas alami dari otak manusia untuk membuat karya seni ini. Tapi membuat karya seni menggunakan AI ini pasti membutuhkan banyak usaha dan waktu yang tentunya tidak sesederhana kedengarannya. 

Bagaimanapun, Allen juga membutuhkan beberapa data kreatif atau keahlian untuk mengkurasi foto-foto dan memilih mana yang akan dikirimkan untuk kompetisi seni tersebut.

Perlu dicatat bahwa penemuan kamera pada tahun 1800-an juga sempat memicu kritik serupa terkait media fotografi, karena kamera dianggap melakukan semua pekerjaan para seniman yang bekerja keras untuk membuat karya seni dengan tangan dengan kuas atau pensil.

Beberapa di antara masyarakat pada zaman tersebut takut bahwa pelukis akan selamanya punah dan tiada dengan munculnya teknologi fotografi.


Dalam beberapa aplikasi, memang foografi ini menjadi pengganti dari karya seni tradisional, tetapi nyatanya pelukis seni rupa manusia masih ada sampai sekarang. 

Jadi, apakah teknologi seni menggunakan AI ini merupakan gebrakan baru dalam hal seni rupa ataukah ancaman bagi para seniman manusia?

Postingan Populer

Laptop Gaming Murah dengan GeForce RTX 5000 Series, Beredar!

Asus kembali menghadirkan inovasi terbarunya di lini laptop gaming melalui Asus Gaming V16. Seperti diketahui, Asus gaming merupakan lini laptop gaming murah yang memadukan performa AI modern, grafis bertenaga, efisiensi daya tinggi, serta ketahanan fisik berstandar militer.  Produk ini menyasar tak hanya bagi para gamer dan profesional yang membutuhkan kinerja optimal dalam paket yang portabel dan andal, tapi juga pengguna umum yang membutuhkan laptop kencang, namun dalam wujud yang standar, tidak menyolok seperti laptop gaming mahal. Ditenagai oleh prosesor Intel® Core™ 5 atau 7 generasi terbaru, Asus Gaming V16 menawarkan performa komputasi tinggi untuk berbagai kebutuhan, mulai dari gaming AAA, multitasking berat, hingga pemrosesan berbasis AI. Chip grafis NVIDIA® GeForce RTX™ 5060 menjadi jantung pengolahan visual, menghadirkan teknologi ray tracing dan DLSS 3.5 yang memberikan pengalaman gaming lebih realistis, dengan frame rate yang stabil dan visual yang imersif. Layar WUXG...

Review Asus Vivobook S 15 OLED S5507. Titik Optimal Prosesor Qualcomm

Industri laptop sedang mengalami transformasi besar dengan semakin populernya prosesor berbasis ARM dalam perangkat berbasis Windows. Padahal, selama bertahun-tahun, arsitektur x86 yang dikembangkan oleh Intel dan AMD telah mendominasi pasar. Tetapi kini ARM hadir dengan keunggulan efisiensi daya yang lebih baik, kinerja yang semakin kompetitif, serta dukungan teknologi AI yang lebih canggih. Dengan konsumsi daya yang lebih rendah, laptop berbasis ARM menjanjikan daya tahan baterai yang lebih lama tanpa mengorbankan performa. Semua kelebihan di atas menjadikan platform baru tersebut sebagai pilihan menarik bagi pengguna yang menginginkan perangkat portabel dengan produktivitas tinggi. Apalagi, kedatangan prosesor seperti Qualcomm Snapdragon X Plus dan Snapdragon X Elite menjadi titik balik bagi laptop Windows yang mengadopsi arsitektur ARM.  Berkat optimalisasi perangkat lunak dan dukungan dari Microsoft, aplikasi Windows kini semakin kompatibel dengan ARM, memungkinkan pengalaman ...

Asus Luncurkan Expert P Series untuk Dukung Kebutuhan Bisnis Modern

Asus Indonesia resmi meluncurkan lini produk komersial terbaru, Expert P Series, yang terdiri dari laptop ExpertBook P3405CVA, desktop ExpertCenter P500MV, dan All-in-One ExpertCenter P440VA. Ketiganya dirancang untuk menjawab kebutuhan transformasi digital di dunia bisnis, dengan daya tahan tinggi, performa stabil, fitur AI terintegrasi, serta keamanan kelas enterprise. “Expert P Series bukan sekadar perangkat kerja, tapi partner produktivitas yang ringan, tangguh, dan aman untuk berbagai skenario kerja hybrid,” ujar Yulianto Hasan, Director Commercial Products Asus Indonesia. Setiap perangkat sudah dilengkapi AI on-device, termasuk platform ExpertMeet untuk kolaborasi yang lebih efisien tanpa perlu aplikasi tambahan. Tren kerja hybrid dan adopsi teknologi AI menjadi latar belakang kehadiran lini ini. Menurut laporan Gallup, 60% karyawan memilih model hybrid, sementara survei McKinsey 2024 mencatat 78% organisasi telah menggunakan AI dalam operasional mereka. Asus menghadirkan solusi ...

Hell Is Us, Game Paling Berat, Bahkan RTX 4090 Pun Tak Cukup

Para pemilik GPU kelas atas seperti Nvidia RTX 50 dan 40 Series yang mencoba menjalankan demo Hell Is Us tercengang. Alih-alih menikmati adegan sinematik pembuka, banyak pemain justru mengalami crash sebelum cutscene selesai, meninggalkan pertanyaan besar: untuk apa semua kekuatan grafis ini? Dalam pembaruan terbaru di Steam, pengembang Rogue Factor menyarankan solusi sementara yang cukup ironis: turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan semua fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, dan FSR. Ya, bahkan teknologi unggulan seperti DLSS 3.5 pun diminta dimatikan agar game bisa berjalan. “Harap turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, FSR, dll. dari menu utama sebelum memulai game,” tulis Rogue Factor dalam catatannya. Tom’s Hardware mengonfirmasi bahwa ini satu-satunya cara agar game bisa melewati bagian intro tanpa crash. Setelah berhasil mencapai karakter utama bernama Rémi, pemain kemudian dipersilakan menaikkan kembali pengaturan grafis. ...

China Siapkan Prosesor x86 Sendiri. Semua Berkat AMD

China kembali mengguncang industri chip silikon. Kali ini lewat penggabungan dua pemain penting dalam industri chip dan server: Hygon dan Sugon. Merger ini menjadi langkah besar dalam ambisi Beijing untuk menciptakan ekosistem superkomputasi yang sepenuhnya mandiri, dari desain CPU hingga produksi server. Bagi yang belum familiar, Hygon adalah nama yang muncul setelah AMD pada 2016 memutuskan untuk melisensikan desain CPU Zen dan teknologi x86-64 ke perusahaan bernama Tianjin Haiguang Advanced Technology Investment Co. Tujuannya jelas: memenuhi kebutuhan chip server di Tiongkok dengan solusi non-Intel yang tetap “legal” lewat lisensi. Hasil dari kolaborasi itu adalah prosesor Hygon Dhyana, yang meskipun tidak populer secara global, cukup mendapat tempat di kalangan raksasa teknologi Tiongkok seperti Tencent, berkat dorongan besar dari pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan perangkat keras lokal. Di sisi lain, Sugon adalah produsen server dan superkomputer yang kerap menggunakan chip H...