Meski Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi keras terhadap Rusia sejak invasi ke Ukraina, kenyataannya chip buatan AS masih terus mengalir masuk. Meski bukan lewat jalur resmi.
Data dari Dinas Bea Cukai Federal Rusia yang dikutip Kommersant menyebut bahwa impor prosesor Intel turun hingga 95 persen tahun lalu. AMD pun mengalami penurunan serupa, meskipun sedikit lebih baik, yakni 81 persen.
Secara resmi, hanya 37.000 unit prosesor yang tercatat masuk ke Rusia sepanjang 2024, jauh dibanding 537.000 unit pada 2023.
Namun, produsen komputer lokal seperti Lotos Group dan Rikor melaporkan hal berbeda. Menurut mereka, pasokan chip tak hanya tetap tersedia, tapi justru meningkat. Rikor bahkan mengklaim telah mengamankan lebih dari 120.000 prosesor sepanjang 2024, naik sekitar 30 persen dari tahun sebelumnya. Beberapa perusahaan menyatakan bahwa akses ke chip impor justru semakin mudah selama tiga tahun terakhir.
Sanksi internasional pun tampaknya lebih banyak berfungsi sebagai simbol politik ketimbang hambatan nyata. Hong Kong masih berperan sebagai pusat penyelundupan utama, dengan satu alamat dilaporkan bertanggung jawab atas pengaliran chip bernilai miliaran dolar ke Rusia. Malaysia dan India juga terlibat, kerap mengubah label produk atau menyamarkan isi pengiriman agar lolos dari pantauan bea cukai.
Seorang eksekutif industri mengatakan bahwa pengiriman chip jarang sekali mencantumkan kata "prosesor" di dokumen pengiriman. Strategi sederhana ini cukup untuk membuat data resmi terlihat sepi, padahal lini produksi pabrikan Rusia tetap berjalan lancar.
Namun, ada peringatan: harga prosesor di Rusia diprediksi naik 10–12 persen pada 2025, seiring dengan tekanan inflasi dan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Meski begitu, harga chip konsumen sejauh ini masih tergolong stabil, belum terjadi lonjakan signifikan.