China kembali mengguncang industri chip silikon. Kali ini lewat penggabungan dua pemain penting dalam industri chip dan server: Hygon dan Sugon. Merger ini menjadi langkah besar dalam ambisi Beijing untuk menciptakan ekosistem superkomputasi yang sepenuhnya mandiri, dari desain CPU hingga produksi server.
Bagi yang belum familiar, Hygon adalah nama yang muncul setelah AMD pada 2016 memutuskan untuk melisensikan desain CPU Zen dan teknologi x86-64 ke perusahaan bernama Tianjin Haiguang Advanced Technology Investment Co. Tujuannya jelas: memenuhi kebutuhan chip server di Tiongkok dengan solusi non-Intel yang tetap “legal” lewat lisensi.
Hasil dari kolaborasi itu adalah prosesor Hygon Dhyana, yang meskipun tidak populer secara global, cukup mendapat tempat di kalangan raksasa teknologi Tiongkok seperti Tencent, berkat dorongan besar dari pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan perangkat keras lokal.
Di sisi lain, Sugon adalah produsen server dan superkomputer yang kerap menggunakan chip Hygon. Bahkan, Sugon sempat membangun salah satu superkomputer tercepat dunia, pernah duduk di peringkat ke-38 dalam daftar TOP500.
Kini, Hygon dan Sugon memutuskan untuk resmi bergabung melalui skema tukar saham, membentuk entitas baru yang menggabungkan kekuatan desain chip dan manufaktur server. Model ini mengingatkan pada era kejayaan IBM, atau strategi modern Amazon Web Services yang membangun chip dan perangkat kerasnya sendiri.
Yang menarik, Hygon dikabarkan tengah menyiapkan CPU monster dengan 128 core dan 512 thread, artinya 4 thread per core, sebuah konsep SMT4 (Simultaneous Multithreading 4-way) yang hingga kini belum berani dirilis oleh Intel maupun AMD, yang masih bertahan di 2 thread per core.
Penggabungan desain prosesor dan manufaktur server memang bukan hal baru. Pemain besar seperti AWS, Google, Microsoft, Huawei, hingga Alibaba sudah melakukannya. Tapi yang membedakan kasus Hygon-Sugon adalah konteks geopolitiknya. Kedua perusahaan ini masuk daftar Entity List milik AS, dianggap sebagai ancaman strategis oleh pemerintah Amerika.
Merger ini bukan sekadar efisiensi bisnis. Ini adalah langkah strategis menuju kedaulatan digital, di tengah lonjakan kebutuhan komputasi untuk AI, data besar, dan proyek militer sipil di Tiongkok. Singkatnya, Tiongkok sedang menciptakan versi IBM-nya sendiri, dengan cita rasa lokal dan ambisi global.