Langsung ke konten utama

Baldur's Gate 3 Tidak Akan Ada di Xbox PC Game Pass

Kabar buruk nih guys. Jika Anda berharap kehadiran Baldur's Gate 3 di Xbox akan membawanya masuk ke dalam Game Pass untuk para pemain di konsol dan PC, tampaknya harapan itu harus pupus. Game RPG impresif ini akan tetap hanya tersedia dengan membayar.

Menurut Swen Vincke, CEO Larian, dalam wawancara dengan IGN, mereka memutuskan untuk menjaga Baldur’s Gate 3 tetap di luar layanan Game Pass. Keputusan ini bukan sesuatu yang baru, sejak awal mereka sudah menyatakan bahwa game ini tidak akan masuk ke dalam Game Pass.

Meski begitu, karena tidak ada game dari Larian sebelumnya yang dirilis di layanan langganan ini, pengecualian Baldur's Gate 3 bukanlah sesuatu yang luar biasa. Vincke menambahkan bahwa biaya awal yang dikenakan memberikan nilai yang baik bagi para pemain, dan ini penting untuk masa depan studio. 



"Kami membuat game besar, jadi saya pikir ada harga yang wajar untuk dibayar untuk itu, dan saya pikir itu baik-baik saja. Kami tidak menagih Anda mikrotransaksi tambahan, jadi Anda mendapatkan apa yang Anda bayar. Awalnya, ini adalah game yang besar dan substansial. Jadi saya pikir itu harus dapat eksis sebagaimana adanya. Ini yang memungkinkan kami terus membuat game lain," ungkapnya.

Meskipun Game Pass memiliki banyak game dan mendapat dukungan dari perusahaan besar seperti EA, platform Microsoft ini mendapat sejumlah kritik, termasuk dari beberapa pengembang yang merasa terganggu olehnya.

Sebagai contoh, Dino Patti, pendiri Jumpship dan Playdead, mengungkapkan bahwa keikutsertaan Somerville di Game Pass merugikan penjualan. Patti menyatakan, "Saya juga pikir ini merugikan penjualan. Karena banyak orang hanya mencoba dan mereka tidak berinvestasi. Jika mereka tidak menyukai 10 menit pertama? Itu saja. Juga, jika Anda tidak membuat 10 menit pertama menakjubkan, mungkin itu juga masalah."

Bagi Larian, peluncuran di Game Pass mungkin tidak memberikan banyak keuntungan. Di Steam, Baldur's Gate 3 saat ini berada di peringkat ke-7 dalam daftar, meskipun sudah diluncurkan sejak bulan Agustus.

Meskipun Larian tidak merilis angka penjualan, namun dengan tingginya nilai rating, jumlah pemain yang banyak dan minat yang besar dari pengguna PC, dapat diperkirakan bahwa game ini telah sukses.

Jika pemain bersedia membelinya dengan harga penuh dan tidak perlu mendapatkan visibilitas tambahan, Game Pass tampaknya tidak memberikan banyak keuntungan.

Baca juga:


Meskipun pelanggan Game Pass mungkin merasa kecewa, keputusan ini memberikan sinyal positif bagi industri secara keseluruhan.

Fakta bahwa sebuah CRPG yang kompleks dari studio independen, meski besar dan memiliki Tencent sebagai pemegang saham, bisa meraih kesuksesan dan pengakuan tanpa mencoba merayu pemain dengan biaya awal nol cukup mengesankan.

Ini juga menunjukkan bahwa prediksi para pengamat di industri, di mana di masa depan kita hanya cukup meminjam game dari platform seperti Game Pass, tampaknya tidak bisa dipastikan akan terjadi.

Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

Sony Xperia: Bertahan demi Gengsi, Bukan Demi Pasar

Sony tampaknya masih enggan mengakui bahwa divisi ponsel pintarnya, Xperia, sudah lama kehilangan relevansi. Dalam laporan keuangan terbaru, CFO Sony, Lin Tao, bersikeras menyebut Xperia sebagai “bisnis yang sangat penting” bagi masa depan perusahaan.  Masalahnya, sulit menemukan data penjualan atau pangsa pasar yang mendukung klaim sang CFO tersebut. Realitasnya, Xperia juga sudah lama menjadi bayang-bayang dari kejayaan masa lalu. Seperti diketahui, Sony sudah lama menarik diri dari pasar AS, melemah di pasar Jepang, bahkan menghentikan produksi tahun ini. Rumor soal mundurnya Sony dari Eropa semakin memperkuat kesan bahwa Xperia kini hanya hidup di lingkaran penggemar fanatik yang semakin sedikit, serta dengan peluncuran produk yang jarang dan distribusi terbatas. Ucapan Lin Tao tentang “menghargai teknologi komunikasi” yang telah dikembangkan lama memang masuk akal. Teknologi kamera dan komponen Xperia sering kali dipakai di lini produk lain Sony, seperti kamera mirrorless atau...

Oxmiq Labs Siap Guncang Dominasi GPU Nvidia

Raja Koduri, mantan arsitek GPU di AMD dan Intel, kembali ke panggung lewat startup barunya, Oxmiq Labs, dengan ambisi mengguncang dominasi Nvidia di pasar AI. Misinya? Merombak total ekosistem GPU yang ada saat ini. Caranya adalah lewat pendekatan "Software First" yang menjanjikan kompatibilitas aplikasi CUDA berbasis Python di berbagai hardware. Yang menarik, semua rencananya akan dapat dilakukan tanpa modifikasi kode. Oxmiq membawa arsitektur baru bernama OXCORE, yang memadukan unit scalar, vector, dan tensor, serta desain chiplet OXQUILT yang memungkinkan produsen merakit komponen komputasi layaknya Lego. Strategi ini diklaim bisa memangkas biaya R&D dan mempercepat pengembangan dari perangkat kecil hingga data center. Mitra besar seperti Tenstorrent dan MediaTek sudah masuk ke daftar pendukung awal. Namun, di balik jargon futuristis seperti “Atoms to Agents”, ada tantangan besar: membangun ekosistem dan perangkat lunak yang cukup matang untuk menandingi CUDA yang sud...

Nvidia Siapkan RTX 50 SUPER untuk Libur Akhir Tahun

Rumor panas dari TweakTown menyebutkan bahwa Nvidia tengah menyiapkan kartu grafis RTX 50 SUPER untuk rilis akhir 2025. Targetnya jelas: menggaet momentum belanja liburan dan memancing gelombang upgrade PC menjelang tahun baru.  Langkah ini terasa seperti strategi klasik Nvidia. Masuk dengan produk “baru” di momen konsumen sedang lapar teknologi. Namun, mari kita jujur: label “SUPER” jarang berarti lompatan besar. Berdasarkan bocoran, RTX 5080 SUPER akan membawa 24GB VRAM, sedangkan RTX 5070 Ti SUPER menawarkan 18GB VRAM. Angka yang impresif di brosur, tapi tetap saja, ini lebih ke pamer kapasitas memori daripada revolusi arsitektur. Tidak ada kabar soal peningkatan signifikan pada performa inti Blackwell, sehingga besar kemungkinan ini hanya penyegaran kosmetik dengan sedikit bumbu marketing. Nvidia sendiri sedang berada di posisi aneh. Peluncuran awal RTX 50 series tidak sepenuhnya sukses, dengan stok melimpah di kelas atas yang sulit terserap pasar. SUPER refresh ini bisa jadi c...

GPT-5 Resmi Meluncur. Fitur, Kelebihan, dan Hype di Balik AI Terbaru OpenAI

OpenAI akhirnya merilis GPT-5, penerus GPT-4 yang sudah ditunggu peluncurannya selama lebih dari dua tahun terakhir. Dalam pengumumannya, CEO Sam Altman menyebutnya sebagai “peningkatan besar” menuju visi AGI (Artificial General Intelligence).  Perusahaan senilai US$300 miliar ini mengklaim GPT-5 unggul di sains, matematika, dan coding, meski pengguna gratis akan cepat merasakan batasan kuota. Sorotan utamanya ada pada fitur “vibe coding”, konsep software-on-demand yang memungkinkan pengguna melempar prompt dan langsung mendapatkan kode jadi. Secara teknis, GPT-5 memang mencetak poin penting: mengalahkan model Anthropic di SWE-bench Verified, standar industri untuk mengukur kemampuan coding AI. Beberapa pemain besar mulai tergoda, seperti CEO Anysphere, Michael Truell, yang menyebut GPT-5 “remarkably intelligent”. Jika adopsi ini meluas, pendapatan tahunan OpenAI yang kini di angka US$12 miliar bisa melonjak ke US$20 miliar pada 2025.  Namun demikian, lembaga riset Gartner men...