Langsung ke konten utama

Buka Pabrik di AS, TSMC Kekurangan Karyawan

Menurut laporan terbaru dari Nikkei Asian Review, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) menghadapi kendala besar saat bersiap untuk memulai produksi chip di fasilitas manufaktur mereka di Amerika Serikat.

Seperti diketahui, TSMC membangun sebuah fasilitas produksi senilai 12 miliar dollar AS di negara bagian Arizona. Di sana, pabrik tersebut akan memproduksi semiconductor 7 nanometer. Dan sesuai jadwal, mereka akan mulai memproduksi chip tersebut pada tahun 2024 mendatang.


Sayangnya, sulitnya merekrut karyawan dan kurangnya ekosistem pendukung di negara asing memunculkan sejumlah tantangan bagi perusahaan pembuat chip terbesar di dunia itu. Apalagi, di saat yang sama, mereka juga harus bersaing dengan Intel Corporation yang juga sedang membangun pabrik senilai 20 miliar dollar AS di area berdekatan.



Asal tahu saja, meskipun fabrikasi semiconductor sudah menjadi sorotan di pasar dunia karena chip shortage yang mengganggu berbagai industri, mulai dari hape sampai ke otomotif. Meski begitu, dunia kerja di bidang ini relatif kurang dikenal oleh masyarakat umum.


Akhirnya, hal tersebut menyebabkan kurangnya tenaga kerja berkualitas, khususnya engineer yang harus menjalankan mesin-mesin manufaktur chip yang sangat kompleks. Bahkan, teknisi pendukungnya pun, yang harus memindah-mindahkan material pendukung produksi pun jumlahnya terbatas.

Di sisi lain, Intel Corporation, competitor satu-satunya TSMC di Kawasan tersebut sudah punya puluhan tahun pengalaman bekerja di Amerika Serikat. Bahkan salah satu pusat produksi Intel pun ada di Arizone.

Saat mereka mengumumkan pengembangan pabrik baru di Arizona senilai 20 miliar dollar AS beberapa waktu lalu, Intel pun mengumumkan kerjasama dengan sejumlah instansi pendidikan untuk memastikan mereka mendapatkan pasokan tenaga kerja berkualitas.

Sebagai gambaran, Intel sendiri sudah menjadi perusahaan perekrut karyawan terbesar di universitas terbesar di Arizona, yakni Arizona State University. Dan jika dikombinasikan dengan ekosistem yang sudah terbangun sejak ada pabrik sebelumnya, tampaknya Intel menikmati banyak keuntungan dibandingkan TSMC. Khususnya terkait pembangunan dan operasional pabrik baru di sana.

Intel Ocotillo campus, pabrik mereka yang sudah beroperasi di sana sejak lama, merupakan tempat berdirinya Fab 42 mereka yang membuat prosesor 10 nanometer. Dua pabrik baru senilai 20 miliar dollar AS sendiri didirikan di dekat Ocotillo campus.

Kesulitan yang dihadapi TSMC ini memaksa mereka mencari ke tempat lain untuk mendapatkan karyawan. Menurut sumber, TSMC berusaha untuk merekrut karyawan-karyawan berkompeten dari Taiwan untuk bekerja di sana.

Ini bukan kali pertama informasi seperti itu bocor ke public. Beberapa waktu lalu juga sempat marak diberitakan bahwa populasi Taiwan banyak yang tertarik untuk pindah ke Amerika Serikat dan bekerja di TSMC.


Baca juga:


Di sisi lain, upaya TSMC mengirimkan karyawan warga negara AS ke Taiwan untuk training pun terbentur masalah kultur. Karyawan TSMC yang bekerja di Asia terbiasa dengan kondisi kerja yang sangat ketat, yang membuat mereka siap dihubungi 24/7 dan para pakar menyatakan, kondisi ini tidak bisa diterapkan pada karyawan TSMC yang berkebangsaan AS.

Belum lagi masalah popularitas TSMC yang sangat kurang di Amerika Serikat membuat sumber daya berkualitas kurang tertarik untuk bergabung. Demikian pula masalah gaji. Karyawan TSMC hanya mendapatkan separuh dari pendapatan karyawan di posisi yang sama yang bekerja di perusahaan Amerika Serikat.


Masalah ini sendiri sudah sempat diutarakan Morris Chang, pendiri TSMC. Sekitar tahun lalu ia menyatakan, bukan hanya budaya dan etos kerja yang menyulitkan mereka, biaya membangun fasilitas dan memproduksi semikonduktor di AS juga jauh lebih mahal.

Dampaknya bisa signifikan nih guys. Harga chip bisa menjadi lebih mahal dan akhirnya smartphone, laptop sampai mobil bisa naik signifikan. Btw, ada yang tertarik kerja untuk TSMC di Arizona? Banyak dibutuhkan tenaga kerja berkualitas tuh.

Postingan Populer

Laptop Gaming Murah dengan GeForce RTX 5000 Series, Beredar!

Asus kembali menghadirkan inovasi terbarunya di lini laptop gaming melalui Asus Gaming V16. Seperti diketahui, Asus gaming merupakan lini laptop gaming murah yang memadukan performa AI modern, grafis bertenaga, efisiensi daya tinggi, serta ketahanan fisik berstandar militer.  Produk ini menyasar tak hanya bagi para gamer dan profesional yang membutuhkan kinerja optimal dalam paket yang portabel dan andal, tapi juga pengguna umum yang membutuhkan laptop kencang, namun dalam wujud yang standar, tidak menyolok seperti laptop gaming mahal. Ditenagai oleh prosesor Intel® Core™ 5 atau 7 generasi terbaru, Asus Gaming V16 menawarkan performa komputasi tinggi untuk berbagai kebutuhan, mulai dari gaming AAA, multitasking berat, hingga pemrosesan berbasis AI. Chip grafis NVIDIA® GeForce RTX™ 5060 menjadi jantung pengolahan visual, menghadirkan teknologi ray tracing dan DLSS 3.5 yang memberikan pengalaman gaming lebih realistis, dengan frame rate yang stabil dan visual yang imersif. Layar WUXG...

Review Asus Vivobook S 15 OLED S5507. Titik Optimal Prosesor Qualcomm

Industri laptop sedang mengalami transformasi besar dengan semakin populernya prosesor berbasis ARM dalam perangkat berbasis Windows. Padahal, selama bertahun-tahun, arsitektur x86 yang dikembangkan oleh Intel dan AMD telah mendominasi pasar. Tetapi kini ARM hadir dengan keunggulan efisiensi daya yang lebih baik, kinerja yang semakin kompetitif, serta dukungan teknologi AI yang lebih canggih. Dengan konsumsi daya yang lebih rendah, laptop berbasis ARM menjanjikan daya tahan baterai yang lebih lama tanpa mengorbankan performa. Semua kelebihan di atas menjadikan platform baru tersebut sebagai pilihan menarik bagi pengguna yang menginginkan perangkat portabel dengan produktivitas tinggi. Apalagi, kedatangan prosesor seperti Qualcomm Snapdragon X Plus dan Snapdragon X Elite menjadi titik balik bagi laptop Windows yang mengadopsi arsitektur ARM.  Berkat optimalisasi perangkat lunak dan dukungan dari Microsoft, aplikasi Windows kini semakin kompatibel dengan ARM, memungkinkan pengalaman ...

Asus Luncurkan Expert P Series untuk Dukung Kebutuhan Bisnis Modern

Asus Indonesia resmi meluncurkan lini produk komersial terbaru, Expert P Series, yang terdiri dari laptop ExpertBook P3405CVA, desktop ExpertCenter P500MV, dan All-in-One ExpertCenter P440VA. Ketiganya dirancang untuk menjawab kebutuhan transformasi digital di dunia bisnis, dengan daya tahan tinggi, performa stabil, fitur AI terintegrasi, serta keamanan kelas enterprise. “Expert P Series bukan sekadar perangkat kerja, tapi partner produktivitas yang ringan, tangguh, dan aman untuk berbagai skenario kerja hybrid,” ujar Yulianto Hasan, Director Commercial Products Asus Indonesia. Setiap perangkat sudah dilengkapi AI on-device, termasuk platform ExpertMeet untuk kolaborasi yang lebih efisien tanpa perlu aplikasi tambahan. Tren kerja hybrid dan adopsi teknologi AI menjadi latar belakang kehadiran lini ini. Menurut laporan Gallup, 60% karyawan memilih model hybrid, sementara survei McKinsey 2024 mencatat 78% organisasi telah menggunakan AI dalam operasional mereka. Asus menghadirkan solusi ...

China Siapkan Prosesor x86 Sendiri. Semua Berkat AMD

China kembali mengguncang industri chip silikon. Kali ini lewat penggabungan dua pemain penting dalam industri chip dan server: Hygon dan Sugon. Merger ini menjadi langkah besar dalam ambisi Beijing untuk menciptakan ekosistem superkomputasi yang sepenuhnya mandiri, dari desain CPU hingga produksi server. Bagi yang belum familiar, Hygon adalah nama yang muncul setelah AMD pada 2016 memutuskan untuk melisensikan desain CPU Zen dan teknologi x86-64 ke perusahaan bernama Tianjin Haiguang Advanced Technology Investment Co. Tujuannya jelas: memenuhi kebutuhan chip server di Tiongkok dengan solusi non-Intel yang tetap “legal” lewat lisensi. Hasil dari kolaborasi itu adalah prosesor Hygon Dhyana, yang meskipun tidak populer secara global, cukup mendapat tempat di kalangan raksasa teknologi Tiongkok seperti Tencent, berkat dorongan besar dari pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan perangkat keras lokal. Di sisi lain, Sugon adalah produsen server dan superkomputer yang kerap menggunakan chip H...

Hell Is Us, Game Paling Berat, Bahkan RTX 4090 Pun Tak Cukup

Para pemilik GPU kelas atas seperti Nvidia RTX 50 dan 40 Series yang mencoba menjalankan demo Hell Is Us tercengang. Alih-alih menikmati adegan sinematik pembuka, banyak pemain justru mengalami crash sebelum cutscene selesai, meninggalkan pertanyaan besar: untuk apa semua kekuatan grafis ini? Dalam pembaruan terbaru di Steam, pengembang Rogue Factor menyarankan solusi sementara yang cukup ironis: turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan semua fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, dan FSR. Ya, bahkan teknologi unggulan seperti DLSS 3.5 pun diminta dimatikan agar game bisa berjalan. “Harap turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, FSR, dll. dari menu utama sebelum memulai game,” tulis Rogue Factor dalam catatannya. Tom’s Hardware mengonfirmasi bahwa ini satu-satunya cara agar game bisa melewati bagian intro tanpa crash. Setelah berhasil mencapai karakter utama bernama RĂ©mi, pemain kemudian dipersilakan menaikkan kembali pengaturan grafis. ...