Langsung ke konten utama

Racun Hewan Bisa Jadi Sumber Daya Obat-Obatan Baru

Bisa atau racun dari hewan tertentu dapat menyebabkan berbagai keluhan khususnya yang berakibat ke manusia. Mulai dari mual, muntah, tidak sadarkan diri, bahkan sampai dengan meninggal dunia. 

Namun siapa sangka bisa atau racun hewan ternyata dapat digunakan untuk membuat sebuah obat. Alih-alih mematikan, bisa hewan tersebut justru malah dapat menyembuhkan.


Sebagai informasi, racun hewan sendiri tersusun dari protein dan peptida yang memiliki efek beragam. Mulai dari mencegah pembekuan darah, melumpuhkan sistem saraf, hingga menyerang sistem kekebalan tubuh. 

Hewan-hewan yang beracun dan berbisa

Saat ini terdapat lebih dari 80 obat peptida di pasar global dan sekitar dua kali lebih banyak yang masih dalam pengembangan klinis.


Karena khasiatnya yang bermanfaat, biomolekul ini sudah memainkan peran penting dalam pengobatan penyakit seperti diabetes, kanker, kelainan hormon, infeksi HIV, dan sklerosis ganda. 

Dalam edisi terbaru Nature Reviews Drug Discovery, tim ilmuwan Austria dan Australia yang dipimpin oleh ahli kimia obat Markus Muttenthaler dari Universitas Wina, Austria, menyajikan pandangan tentang tren terbaru dalam penemuan dan pengembangan obat peptida.

"Insulin adalah contoh utama untuk obat peptida yang sukses dan penting bagi kesehatan jutaan pasien diabetes dalam 100 tahun terakhir," kata Muttenthaler. Ia merupakan pemimpin kelompok penelitian di Institut Kimia Biologi Fakultas Kimia di Universitas di Wina serta di Institute for Molecular Bioscience, di University of Queensland di Brisbane.

Di seluruh dunia, terapi peptida mencapai 5% dari pasar farmasi global, dengan penjualan global melebihi US $50 miliar atau setara dengan Rp700,3 Triliun. Lebih dari 150 macam peptida sedang dalam pengembangan klinis dan 400-600 peptida lainnya sedang menjalani studi pra-klinis.

Obat peptida memiliki ruang berbeda dalam lanskap farmasi. Mereka lebih kecil dari obat molekul kecil, yang memegang bagian terbesar dari terapi di pasar, dan lebih besar dari obat biologis yang diproduksi secara genetik seperti antibodi.  

Dibandingkan dengan molekul kecil, peptida seringkali lebih kuat dan selektif, sehingga memiliki efek samping yang lebih sedikit. Dibandingkan dengan antibodi, produksinya lebih ekonomis dan memiliki keuntungan tertentu dalam penelitian kanker.

Misalnya, mereka dapat menembus jaringan (tumor) dengan lebih mudah. Namun, 90% obat peptida perlu disuntikkan, karena sistem pencernaan memecahnya dengan cepat saat diminum.


Baca juga:


Menurut profesor Paul F. Alewood, kolega Muttenthaler dari Australia, meningkatnya minat pada obat peptida menuntut "strategi yang efisien untuk menemukan petunjuk terapeutik". 

Tren utama dalam penemuan obat peptida adalah pembentukan dan evolusi terarah dari perpustakaan peptida yang luas berdasarkan teknologi tampilan terbaru. Sebuah konsep yang telah diakui dengan Hadiah Nobel Kimia pada tahun 2018.

Eksplorasi sistematis dari bisa hewan adalah tren utama lain yang mendorong penemuan obat peptida, dan "memungkinkan kita untuk memanfaatkan perpustakaan peptida alami yang luas dan selama jutaan tahun yang dipilih secara evolusioner untuk penemuan timbal terapeutik," kata Muttenthaler, yang sangat aktif di bidang ini.

Dalam studi terbaru, tim Muttenthaler secara kimiawi mengkonjugasikan peptida racun laba-laba dengan peptida racun kalajengking. 

Kedua zat tersebut menggunakan mekanisme berbeda untuk memblokir saluran ion yang berperan penting dalam pensinyalan nyeri. 

"Menghubungkan dua mekanisme pengikatan yang berbeda mengakibatkan penyumbatan saluran ion yang tidak dapat diubah, dan konsep tersebut mungkin berguna untuk menghilangkan rasa sakit yang berkepanjangan," kata Muttenthaler.


Dalam studi kedua, timnya bersama dengan kelompok peneliti di bawah Christophe Duplais di Guyana Prancis, menganalisis racun spesies semut Brasil, Pseudomyrmex penetrator, dan mensintesis serta mengkarakterisasi komponen yang paling aktif. 

Ternyata, efek kelumpuhan yang kuat dari peptida racun yang diisolasi terhadap hama tanaman dapat berfungsi sebagai petunjuk yang menjanjikan untuk biopestisida yang ramah lingkungan dan tidak terlalu berbahaya.

Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

Nvidia Siapkan RTX 50 SUPER untuk Libur Akhir Tahun

Rumor panas dari TweakTown menyebutkan bahwa Nvidia tengah menyiapkan kartu grafis RTX 50 SUPER untuk rilis akhir 2025. Targetnya jelas: menggaet momentum belanja liburan dan memancing gelombang upgrade PC menjelang tahun baru.  Langkah ini terasa seperti strategi klasik Nvidia. Masuk dengan produk “baru” di momen konsumen sedang lapar teknologi. Namun, mari kita jujur: label “SUPER” jarang berarti lompatan besar. Berdasarkan bocoran, RTX 5080 SUPER akan membawa 24GB VRAM, sedangkan RTX 5070 Ti SUPER menawarkan 18GB VRAM. Angka yang impresif di brosur, tapi tetap saja, ini lebih ke pamer kapasitas memori daripada revolusi arsitektur. Tidak ada kabar soal peningkatan signifikan pada performa inti Blackwell, sehingga besar kemungkinan ini hanya penyegaran kosmetik dengan sedikit bumbu marketing. Nvidia sendiri sedang berada di posisi aneh. Peluncuran awal RTX 50 series tidak sepenuhnya sukses, dengan stok melimpah di kelas atas yang sulit terserap pasar. SUPER refresh ini bisa jadi c...

Sony Xperia: Bertahan demi Gengsi, Bukan Demi Pasar

Sony tampaknya masih enggan mengakui bahwa divisi ponsel pintarnya, Xperia, sudah lama kehilangan relevansi. Dalam laporan keuangan terbaru, CFO Sony, Lin Tao, bersikeras menyebut Xperia sebagai “bisnis yang sangat penting” bagi masa depan perusahaan.  Masalahnya, sulit menemukan data penjualan atau pangsa pasar yang mendukung klaim sang CFO tersebut. Realitasnya, Xperia juga sudah lama menjadi bayang-bayang dari kejayaan masa lalu. Seperti diketahui, Sony sudah lama menarik diri dari pasar AS, melemah di pasar Jepang, bahkan menghentikan produksi tahun ini. Rumor soal mundurnya Sony dari Eropa semakin memperkuat kesan bahwa Xperia kini hanya hidup di lingkaran penggemar fanatik yang semakin sedikit, serta dengan peluncuran produk yang jarang dan distribusi terbatas. Ucapan Lin Tao tentang “menghargai teknologi komunikasi” yang telah dikembangkan lama memang masuk akal. Teknologi kamera dan komponen Xperia sering kali dipakai di lini produk lain Sony, seperti kamera mirrorless atau...

Oxmiq Labs Siap Guncang Dominasi GPU Nvidia

Raja Koduri, mantan arsitek GPU di AMD dan Intel, kembali ke panggung lewat startup barunya, Oxmiq Labs, dengan ambisi mengguncang dominasi Nvidia di pasar AI. Misinya? Merombak total ekosistem GPU yang ada saat ini. Caranya adalah lewat pendekatan "Software First" yang menjanjikan kompatibilitas aplikasi CUDA berbasis Python di berbagai hardware. Yang menarik, semua rencananya akan dapat dilakukan tanpa modifikasi kode. Oxmiq membawa arsitektur baru bernama OXCORE, yang memadukan unit scalar, vector, dan tensor, serta desain chiplet OXQUILT yang memungkinkan produsen merakit komponen komputasi layaknya Lego. Strategi ini diklaim bisa memangkas biaya R&D dan mempercepat pengembangan dari perangkat kecil hingga data center. Mitra besar seperti Tenstorrent dan MediaTek sudah masuk ke daftar pendukung awal. Namun, di balik jargon futuristis seperti “Atoms to Agents”, ada tantangan besar: membangun ekosistem dan perangkat lunak yang cukup matang untuk menandingi CUDA yang sud...

Review Laptop AMD, Lenovo Yoga 7 2-in-1 14AHP9

Perkembangan teknologi laptop dalam dua tahun terakhir bergerak pesat menuju era AI PC. Saat ini, perangkat tidak hanya mengandalkan kecepatan prosesor, tetapi juga kecerdasan komputasi yang terintegrasi.  Dengan akselerator AI dan fitur Copilot+ di Windows, pengguna bisa bekerja lebih cepat, berkreasi lebih leluasa, serta menikmati hiburan yang lebih imersif. Bagi pengguna profesional maupun kreator, kemampuan AI yang tertanam langsung di perangkat menjanjikan pengalaman komputasi yang semakin personal dan responsif. Salah satu contoh nyata dari tren AI PC adalah Lenovo Yoga 7 2-in-1 14AHP9. Perangkat tersebut memadukan desain fleksibel khas Yoga, panel OLED yang memanjakan mata, dan prosesor AMD Ryzen 7 8840HS yang sudah mengusung GPU Radeon 780M terintegrasi.  Dengan kombinasi keduanya, Yoga 7 bukan hanya menarik untuk pekerjaan kreatif dan multitasking, tetapi juga menjadi salah satu kandidat utama untuk laptop AI di segmen 2-in-1 premium. Desain Dari segi desain, Lenovo Y...