Langsung ke konten utama

LG Wing, Smartphone dengan Desain Layar Unik

Gelombang tren smartphone lipat digagas oleh Royole dengan produk FlexPai yang diperkenalkan pada awal 2018 lalu. Tak berapa lama, tantangan tersebut disambut oleh yang lebih mapan seperti Samsung, Huawei, sampai Motorola dengan ponsel jagoannya masing-masing. 

Kini, giliran LG yang menahbiskan diri sebagai brand berikutnya yang hadirkan smartphone berdesain inovatif. Setelah beberapa bocorannya beredar, LG akhirnya merilis Wing melalui event yang digelar secara online pada 14 September lalu. 



Pada kesempatan tersebut, perusahaan asal Korea yang bersangkutan secara detail mengungkap tentang smartphone terbarunya. LG Wing, salah satu smartphone baru teruniknya kali ini di desain berbeda, bahkan dibanding ponsel lipat yang ada di pasaran saat ini.


Sesuai dengan rumor yang telah beredar di lini masa, LG menghadirkan ponsel dengan dua layar. Uniknya, layar pertamanya bisa diputar atau Swivel Mode 90 derajat searah jarum jam. 



Saat berada di Swivel Mode, pengguna akan berjumpa dengan layar tersembunyi yang luasnya sekitar 3,9 inci dengan resolusi 1240 x 1080. LG menempatkan panel sekunder multimedia sebesar 3,9 inci yang akan aktif begitu layar utama diputar. 

Namun jika tidak diputar, smartphone ini memiliki tampilan layar yang mengusung panel FHD+ Plastic-OLED berukuran 6,8 inci dengan resolusi 2460 x 1080.

Aspek durabilitas pasti jadi isu tersendiri pada ponsel berdesain tak lazim seperti ini. Tapi LG mengklaim bahwa layar LG Wing sanggup bertahan hingga 200.000 putaran dan sudah dilengkapi sertifikasi IP54 dan lulus uji MIL-STD-810G.

 

Jadi, masing-masing layar LG Wing ini dapat menampilkan konten yang berbeda satu sama lain atau sebagai kendali tambahan sebuah aplikasi. Misalnya saat menonton film, layar utamanya menampilkan video, sementara layar bagian bawah bisa digunakan untuk pengontrolan, membalas pesan, menerima panggilan telepon.

Untuk dapur pacunya, LG membekali ponsel ini dengan chipset Snapdragon 765G dengan RAM 8GB dan pilihan memori internal 128GB hingga 256GB. Kinerja ponsel ini didukung baterai berkapasitas 4.000mAh dengan teknologi Quick Charge 4.0+.



Baca juga

 

Untuk sektor kamera, LG Wing dibekali tiga kamera belakang dengan komposisi sensor wide 64MP, sensor 13MP ultra wide, dan sensor 12MP ultra wide yang dilengkapi dengan teknologi Gimbal Motion Camera. 

Teknologi kamera tersebut memungkinkan pengguna menggunakan layar sekunder sebagai peganggan (grip) manakala mengambil gambar atau video dalam mode Swivel. Kamera depannya sendiri beresolusi 32MP dan gunakan sistem pop-up. 

Uniknya, pengguna juga dapat merekam video dengan kamera depan dan belakang secara simultan (dual recording).

Untuk sistem keamanan perangkat, LG Wing dibekali pemindai sidik jari di dalam layar. Adapun ponsel ini menjalankan sistem operasi Android 10. 



Ada dua warna yang tersedia yakni Aurora Gray dan Illusion Sky. Dan seperti dirangkum dari Android Police, LG Wing akan dijual di Eropa mulai bulan November dengan harga 1.099 euro atau sekitar Rp 19,3 juta. 

Menarik sekali bukan?

Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

Monitor Gaming OLED Terbaik Samsung, Odyssey OLED G6 dan G7

Pasar monitor gaming kembali diguncang oleh Samsung dengan pengumuman trio terbaru dalam lini Odyssey. Sorotan utama jatuh pada Odyssey OLED G6 berukuran 27 inci, yang digadang sebagai monitor OLED gaming pertama di dunia dengan refresh rate 500Hz.  Angka ini terdengar berlebihan bagi sebagian orang, namun jelas menyasar segmen gamer kompetitif ekstrem yang menganggap refresh rate 240Hz atau 360Hz sudah tidak lagi cukup. Spesifikasi G6 memang tidak main-main. Monitor ini hadir dengan resolusi QHD, respons 0,03ms, kecerahan hingga 1.000 nits, serta sertifikasi VESA DisplayHDR True Black 500. Teknologi QD-OLED memastikan warna lebih kaya, sementara dukungan Nvidia G-SYNC dan AMD FreeSync Premium Pro membuat pengalaman gaming bebas tearing.  Samsung bahkan menambahkan lapisan “Glare Free” agar tetap nyaman digunakan di berbagai kondisi pencahayaan, serta teknologi OLED Safeguard+ untuk mengurangi risiko burn-in yang selama ini menjadi momok layar OLED. Dengan validasi Pantone, wa...

Siap Kuliah Lagi? Ini Laptop Generasi AI yang Kencang dan Stabil untuk Mahasiswa

Tahun ajaran baru sudah di depan mata. Mahasiswa di berbagai penjuru negeri bersiap kembali ke kampus, bersua teman-teman seperjuangan, hingga beradaptasi dengan jadwal kuliah yang baru. Tapi back to campus bukan sekadar tentang bertemu dosen favorit atau suasana kelas yang dirindukan.  Di era saat ini, terutama bagi kamu yang tergolong dalam Generasi AI, persiapan menuju semester baru juga berarti memilih perangkat yang bisa mendukung segala aktivitas akademik dan kreatif secara maksimal. Bukan Sekadar Laptop, Tapi Partner Belajar Mahasiswa Generasi AI Tantangan mahasiswa saat ini jauh berbeda dari dulu. Kini, tugas-tugas perkuliahan tak lagi hanya menulis dan presentasi, tapi juga mencakup riset data, desain grafis, produksi video pendek, hingga eksplorasi tool berbasis AI seperti Copilot, ChatGPT, CapCut AI, atau Canva Magic Studio.  Agar semua berjalan lancar, kamu butuh laptop yang bukan hanya kencang, tapi juga cerdas, efisien, dan bisa diandalkan sepanjang hari. Laptop ...

AMD Catat Rekor, 41 Persen Pangsa Pasar Server. Intel Kian Terdesak

Laporan terbaru dari Mercury Research untuk kuartal kedua 2025 menandai titik balik penting dalam persaingan chip server global. AMD berhasil merebut 41 persen pangsa pendapatan server, rekor tertinggi sepanjang sejarahnya, sekaligus memperdalam luka Intel yang terus kehilangan pijakan di segmen paling menguntungkan ini.  Lonjakan 7,2 poin dibanding tahun lalu dan kenaikan 1,5 poin dari kuartal sebelumnya menunjukkan tren yang konsisten: AMD semakin dominan, sementara Intel masih bergulat dengan keterlambatan manufaktur dan kehilangan kepercayaan pasar. Capaian AMD tidak terbatas pada server. Secara keseluruhan, pangsa pendapatan perusahaan mencapai 33 persen, naik 8,8 poin dibanding tahun sebelumnya. Di segmen klien, AMD juga mencatat pertumbuhan dengan pangsa 27,8 persen, didorong permintaan yang kuat dari sektor cloud maupun enterprise. Bahkan di pasar desktop, performa Ryzen tampak mengesankan. Pangsa pendapatan desktop AMD melonjak 20,5 poin dari tahun lalu dan hampir 5 poin d...

Teknologi Semikonduktor China Terhambat. Peluncuran Deepseek R2 Ditunda

Kasus DeepSeek dan Huawei Ascend menunjukkan bahwa ambisi Tiongkok untuk mandiri dalam teknologi semikonduktor AI masih menghadapi jalan terjal. Startup AI yang sempat naik daun dengan model R1 pada Januari lalu itu dipaksa menunda peluncuran penerusnya, R2, setelah gagal melatih model menggunakan chip Ascend buatan Huawei.  Upaya yang didorong langsung oleh regulator Beijing itu akhirnya berujung kompromi: training tetap memakai GPU Nvidia, sementara inference dijalankan di atas Ascend. Kegagalan ini bukan sekadar soal teknis, melainkan cermin dari kesenjangan mendasar antara ekosistem chip Tiongkok dan Nvidia. Training model AI berskala besar menuntut perangkat keras dengan kecepatan, reliabilitas, serta ekosistem perangkat lunak yang matang. Ascend terbukti masih rentan terhadap bug, kecepatan interkoneksi yang tidak stabil, dan software stack yang belum selevel CUDA milik Nvidia. Bahkan dengan dukungan langsung dari tim engineer Huawei di lokasi, DeepSeek tak berhasil menyelesa...