Langsung ke konten utama

Review Asus ROG Strix Scar 15 G532LWS

Bertubi-tubi Asus membanjiri pasar laptop di Indonesia dengan rangkaian laptop gaming terbarunya. Kalau sebelumnya produsen asal Taiwan tersebut menghadirkan seri TUF Gaming dan ROG berbasis AMD Ryzen 4000 series, kali ini giliran laptop gaming ultimate dari platform Intel yang mereka hadirkan. Apa saja?

Ya, awal Agustus ini Asus akhirnya meresmikan kehadiran laptop gaming ultimate mereka yang menggunakan prosesor Intel Core generasi ke-10. Dari sejumlah varian yang dihadirkan tentunya ROG Zephyrus Duo merupakan produk yang sangat menggiurkan. Laptop gaming dengan dua buah layar, yang bisa menghadirkan fungsi tambahan saat bermain game, tentu sangat menarik.


Akan tetapi, bukan itu saja laptop gaming Asus ROG terbaru yang menarik. Masih ada satu produk lain yang tak kalah mempesona, yakni seri ROG Strix Scar 15 G532LWS. Apa yang membuatnya perlu diamati lebih lanjut?


Tak lain dan tak bukan adalah dari sisi performa yang ditawarkan oleh laptop ini. Ya, hadir dengan prosesor Intel Core i9, ya Anda tidak salah dengar, ia menggunakan prosesor kasta tertinggi Intel yakni Core i9-10980HK, ia pun dilengkapi dengan grafis sangat mumpuni yakni Nvidia GeForce RTX 2070 Super!

Desain
Dari sisi desain, ROG Strix Scar 15 G532 ini memang hanya merupakan refresh dari seri ROG Strix Scar 15 G531 yang dirilis Asus di Indonesia pada tahun lalu. Upgrade-nya memang relatif minor, hanya di bagian jeroannya, termasuk CPU dan GPU itu tadi. Akan tetapi, bukan berarti Asus tidak menawarkan sesuatu yang akan memanjakan para gamers di laptop ini.

Dari sisi keyboard, material yang digunakan sedikit diubah dibanding sebelumnya. Kalau dulu permukaannya menggunakan material brushed aluminium, kali ini menggunakan material yang sedikit rubberized di permukaannya. Penggunaan material baru ini membuatnya tampak lebih premium. Tapi, sidik jari Anda, apalagi kalau tangan sedang berminyak, lekas menempel di sana.

Secara desain sendiri, ROG Strix Scar 15 GL532LWX ini tampil gahar. Ia masih hadir dengan desain engsel yang mengacu pada engsel mobil sport keluaran BMW. Material yang digunakan pun logam padat dan tebal yang akan menjamin engsel ini akan kuat bertahan setidaknya menurut kami, dalam 3-4 tahun pemakaian.


Tak hanya engselnya yang mengacu pada mobil sport. Di sekeliling bagian bawah laptop ini juga memancarkan sinar LED yang bisa diatur warna-warnanya. Anda pernah melihat mobil balap yang tampil di game seperti need for speed atau film-film seri fast and furious.


Seperti pada model sebelumnya, di bagian belakang, laptop ini seperti memiliki bokong yang berlebihan. Eits, tapi jangan salah. Bagian belakang ini menyediakan cooling yang lebih baik untuk mendinginkan komponen-komponen di dalamnya. Ini tentu sangat penting, apalagi bagi para gamers.

Fitur
Untuk menghubungkan dengan periferal eksternal, pengguna juga bisa memanfaatkan port yang tersedia dalam jumlah cukup banyak di laptop ini. Di sebelah kiri, ada tiga port USB 3.2 dan port audio, di belakang ada port RJ-45 LAN, HDMI 2.0, USB 3.2 Type-C yang mendukung DisplayPort, dan juga konektor power.


Di laptop ini, Asus memilih untuk memanjakan pengguna dengan tanpa menyediakan port apapun di sebelah kanan. Dengan demikian, para pengguna tangan kanan akan bebas tidak terganggu saat menempatkan mouse di sana. Kalau Anda kidal, tampaknya harus ikhlas dengan gangguan perangkat yang terpasang di area kiri laptop.


Di area kanan tersebut juga terdapat fitur khas laptop Asus seri ROG Strix Scar yakni Keystone. Seperti diketahui, Keystone ini berguna untuk menyimpan setting Armoury Crate yang sudah Anda buat, sekaligus berfungsi untuk memunculkan “drive rahasia” di laptop Anda. Tetapi tentunya, berhubung Keystone ini berfungsi sebagai kunci, ia tidak bisa dipasang di laptop lain meski tipenya sama.


Yang menarik, laptop ini memang laptop layar 15 inci. Lazimnya, laptop berukuran tersebut biasanya punya numeric pad di sebelah kanan keyboard. Akan tetapi, agar pengguna lebih leluasa saat bermain dan bisa menikmati keyboard yang lebih besar seperti layaknya keyboard PC desktop, Asus menghilangkan numeric pad fisik di ROG Strix Scar 15.

Sebagai gantinya, mereka memasang NumberPad alias tombol numeric virtual di area touchpad. Anda yang membutuhkan untuk entry data berupa angka, bisa melakukan input angka dari NumberPad ini. Kalau sudah selesai, bisa dimatikan. Tetapi kalau Anda biasa bermain game dengan menggunakan kombinasi tombol numeric pad, tentunya tidak nyaman bermain game dengan tombol virtual seperti ini.

Kembali ke area keyboard, apalah artinya laptop gaming tanpa LED backlit. Pada ROG Strix Scar 15 G532LWX, Anda akan dimanjakan dengan keyboard yang mampu memancarkan sinar warna-warni dan bisa per key. Artinya, setiap tombol bisa menampilkan warna yang berbeda, bahkan bisa pula gradasi.


Animasi RGB keyboard-nya pun amat banyak, dan juga bisa Anda custom sendiri lewat aplikasi pengaturan khas laptop gaming Asus yakni Armoury Crate. Silakan simpan di Keystone tadi kalau sudah menemukan kombinasi yang paling pas sesuai preferensi Anda.

Dari sisi display, laptop ini pun memang gamer banget. Layar resolusi Full HD 1920x1080 yang digunakan merupakan layar dengan panel IPS dan punya refresh rate 300Hz serta response time 3 milisecond. Untuk sebuah laptop, ini tentunya luar biasa. Anda yang bermain game-game 3D intens akan menikmati tampilan layar yang tajam dan bebas blur ataupun warna yang tidak akurat saat bermain.

Baca juga:

Untuk melengkapi display yang gamers banget itu, Asus memasangkan dua buah speaker 4,2 watt dengan smart AMP technology untuk menghasilkan suara yang mantap. Lalu, bagaimana dengan performanya?

Performa
Berhubung laptop ini menggunakan prosesor terkencang Intel yakni Core i9 seri HK, performanya tentu tidak main-main. Apalagi dipadankan dengan GeForce RTX 2070 Super.

Sebagai gambaran, berikut ini spesifikasi Asus ROG Strix Scar 15 G532LWS:


Berikut ini beberapa hasil benchmark Asus ROG Strix Scar 15 G352LWS:




Dibandingkan dengan Core i7 yang sama-sama memiliki 8 core dan 16 thread, performanya sedikit lebih baik.

Namun demikian, dibandingkan dengan laptop ROG seri AMD Ryzen 9 4900H yang sudah dirilis sebelumnya, dalam beberapa pengujian, CPU laptop ini sedikit tertinggal. Tapi buat Anda yang tidak terlalu pusing dengan skor benchmark dan fokus ke framerate saat bermain game, laptop ini sudah sangat lebih dari cukup.


Apalagi saat digunakan, storage berbasis SSD yang sangat kencang yang digunakan membuat sistem operasi dapat menjalankan aplikasi secara responsif, dan loading game pun menjadi sangat cepat.


Untuk RAM, laptop ini juga sudah menggunakan konfigurasi dual channel memory berkapasitas lega dan kecepatan tinggi, yakni lewat dua keping DDR4 3200MHz dengan kapasitas masing-masing 16GB. Ya, ada dua slot DIMM yang disediakan.



Lalu, bagaimana saat digunakan untuk bermain game yang menjadi tujuan utama laptop ini? Berikut ini beberapa percobaan sempat kami jalankan:






 
Dari pengujian benchmark dengan game Final Fantasy XV resolusi FullHD dengan setting High Quality, tampak kombinasi CPU-GPU pada laptop ini dapat menjalankan game dengan sangat lancar. Demikian pula dengan game Shadow of the Tomb Raider, 100 fps masih bisa didapat dengan setting maksimal.

Bermain game 3D jadul yang sangat ringan yakni Call of Duty 4 Modern Warefare, dengan setting maksimal pun, 300-600fps dapat dengan mudah dicapai. Adapun untuk game yang sedikit lebih berat seperti Battlefield 1, dengan setting maksimal, laptop ini masih menawarkan 150 sampai 200 frame per detik. Puas sekali.

Buat yang penasaran dengan kemampuan baterai laptop ini, baterai yang digunakan bisa menawarkan sekitar 5-6 jam untuk bekerja memanfaatkan konektivitas WiFi, dengan setting baterai di Balanced dan tingkat kecerahan layar diset di 50%.

Untuk bermain game, tergantugn game yang Anda mainkan, baterai laptop ini sanggup memasok daya hingga 1,5 sampai 2 jam. Untuk pengisian ulang, rata-rata baterainya sudah bisa terisi penuh dalam waktu sekitar 1,5 jam sampai 2 jam, tergantung kondisi.




Temperatur
Anda yang penasaran sejauh mana temperatur prosesor dan VGA saat digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas, silakan simak contoh hasil test yang kami lakukan. Pengujian kami lakukan dengan opsi Windows Mode di Armoury Crate agar laptop bisa menentukan apakah ia sedang butuh performa tinggi, atau bisa menggunakan kecepatan kipas rendah agar tidak bising. Hasilnya seperti ini:


Saat menjalankan multimedia sederhana, yakni memutar video 4K, hanya satu dua core prosesor saja yang aktif. Suhu pun relatif aman, antara 76 sampai 86 derajat Celsius. Untuk GPU, berhubung tidak dibutuhkan, ia stabil di kisaran 60-62 derajat Celsius.


Saat CPU diminta untuk bekerja keras, melakukan rendering image 3D dan memanfaatkan seluruh core yang ada secara maksimal, suhu prosesor naik mencapai 88 sampai 90 derajat Celsius.


Jika kita membebani hanya satu core saja untuk bekerja (namun ternyata tetap dua core yang bekerja), suhu di kedua core tersebut bervariasi hingga puncaknya mencapai 95-96 derajat Celsius. Sebagai informasi, pengujian dilakukan dalam ruangan tanpa AC dengan suhu sekitar 25 derajat Celsius.

Lalu, bagaimana suhunya kalau sedang bermain game?



Memainkan game yang relatif "ringan" yakni Battlefield 1 di resolusi FullHD dengan setting rata kanan, seluruh core prosesor aktif bekerja dan suhu bisa mencapai 93-100 derajat Celsius. Adapun suhu GPU mencapai angka 85-86 derajat Celsius. Tentunya di sini, kipas sudah mulai mengeluarkan suara bising.



Menjalankan game yang lebih berat yakni Shadow of the Tomb Raider dengan setting rata kanan juga, suhu GPU pun tercatat mencapai 84-86 derajat namun suhu prosesor tembus melampaui 95 derajat Celsius dan bahkan salah satu core sempat ada yang mencapai 100 derajat Celsius. Berhubung game ini lumayan berat, utilisasi GPU pun mencapai 100% dan suara kipas sudah semakin berisik.

Namun demikian, tampaknya pendinginan yang disediakan Asus pada laptop ini sudah cukup mumpuni. Segera setelah kita selesai bermain game ataupun menyelesaikan proses rendering, suhu pun kembali turun ke kisaran angka 55 sampai 70an derajat Celsius dan suhu VGA berada di kisaran 57-62 derajat Celsius.




Kesimpulan
ROG Strix Scar 15 G352LWS ini merupakan laptop gaming yang serba bisa untuk game apapun. Memang laptop ini bukan ditujukan untuk semua orang. Namun demikian, Asus sendiri sudah memanjakan semua orang, termasuk semua gamers, dengan beraneka ragam tipe laptop yang disediakan. Semua tergantung kemauan ataupun kemampuan penggunanya sendiri.

Akhir kata, Anda yang butuh laptop gaming performa hebat dengan tampilan garang dengan lampu LED di mana-mana, ASUS ROG Strix Scar 15 G532LWX ini merupakan laptop untuk Anda. Syaratnya, Anda harus siap sedia merogoh kocek cukup dalam untuk mendapatkannya.

Apakah laptop ini worth it? Kalau Anda gamers profesional dan hidup dari game, jawabannya, ya! Harga Rp60 juta rasanya merupakan harga yang pantas untuk sebuah laptop gaming dengan performa sangat tinggi dan fitur yang membuat para pemain game betah berlama-lama di depan layar. Kalau menurut Anda laptop ini overpriced, mungkin Anda cocok dengan TUF Gaming!



Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

AMD Catat Rekor, 41 Persen Pangsa Pasar Server. Intel Kian Terdesak

Laporan terbaru dari Mercury Research untuk kuartal kedua 2025 menandai titik balik penting dalam persaingan chip server global. AMD berhasil merebut 41 persen pangsa pendapatan server, rekor tertinggi sepanjang sejarahnya, sekaligus memperdalam luka Intel yang terus kehilangan pijakan di segmen paling menguntungkan ini.  Lonjakan 7,2 poin dibanding tahun lalu dan kenaikan 1,5 poin dari kuartal sebelumnya menunjukkan tren yang konsisten: AMD semakin dominan, sementara Intel masih bergulat dengan keterlambatan manufaktur dan kehilangan kepercayaan pasar. Capaian AMD tidak terbatas pada server. Secara keseluruhan, pangsa pendapatan perusahaan mencapai 33 persen, naik 8,8 poin dibanding tahun sebelumnya. Di segmen klien, AMD juga mencatat pertumbuhan dengan pangsa 27,8 persen, didorong permintaan yang kuat dari sektor cloud maupun enterprise. Bahkan di pasar desktop, performa Ryzen tampak mengesankan. Pangsa pendapatan desktop AMD melonjak 20,5 poin dari tahun lalu dan hampir 5 poin d...

Teknologi Semikonduktor China Terhambat. Peluncuran Deepseek R2 Ditunda

Kasus DeepSeek dan Huawei Ascend menunjukkan bahwa ambisi Tiongkok untuk mandiri dalam teknologi semikonduktor AI masih menghadapi jalan terjal. Startup AI yang sempat naik daun dengan model R1 pada Januari lalu itu dipaksa menunda peluncuran penerusnya, R2, setelah gagal melatih model menggunakan chip Ascend buatan Huawei.  Upaya yang didorong langsung oleh regulator Beijing itu akhirnya berujung kompromi: training tetap memakai GPU Nvidia, sementara inference dijalankan di atas Ascend. Kegagalan ini bukan sekadar soal teknis, melainkan cermin dari kesenjangan mendasar antara ekosistem chip Tiongkok dan Nvidia. Training model AI berskala besar menuntut perangkat keras dengan kecepatan, reliabilitas, serta ekosistem perangkat lunak yang matang. Ascend terbukti masih rentan terhadap bug, kecepatan interkoneksi yang tidak stabil, dan software stack yang belum selevel CUDA milik Nvidia. Bahkan dengan dukungan langsung dari tim engineer Huawei di lokasi, DeepSeek tak berhasil menyelesa...

Monitor Gaming OLED Terbaik Samsung, Odyssey OLED G6 dan G7

Pasar monitor gaming kembali diguncang oleh Samsung dengan pengumuman trio terbaru dalam lini Odyssey. Sorotan utama jatuh pada Odyssey OLED G6 berukuran 27 inci, yang digadang sebagai monitor OLED gaming pertama di dunia dengan refresh rate 500Hz.  Angka ini terdengar berlebihan bagi sebagian orang, namun jelas menyasar segmen gamer kompetitif ekstrem yang menganggap refresh rate 240Hz atau 360Hz sudah tidak lagi cukup. Spesifikasi G6 memang tidak main-main. Monitor ini hadir dengan resolusi QHD, respons 0,03ms, kecerahan hingga 1.000 nits, serta sertifikasi VESA DisplayHDR True Black 500. Teknologi QD-OLED memastikan warna lebih kaya, sementara dukungan Nvidia G-SYNC dan AMD FreeSync Premium Pro membuat pengalaman gaming bebas tearing.  Samsung bahkan menambahkan lapisan “Glare Free” agar tetap nyaman digunakan di berbagai kondisi pencahayaan, serta teknologi OLED Safeguard+ untuk mengurangi risiko burn-in yang selama ini menjadi momok layar OLED. Dengan validasi Pantone, wa...

GitHub Milik Siapa? Kini Dikuasai Penuh Microsoft

GitHub, rumah terbesar bagi para pengembang perangkat lunak, tengah memasuki babak baru yang cukup signifikan. Thomas Dohmke, CEO yang selama ini dianggap sebagai jembatan antara komunitas open source dan Microsoft, resmi mundur untuk mengejar ambisinya untuo berwirausaha.  Kepergiannya menandai berakhirnya masa transisi GitHub sebagai entitas yang relatif mandiri di bawah Microsoft. Kini, platform berbagi kode tersebut sepenuhnya dipetakan ke dalam struktur raksasa perangkat lunak asal Redmond. Pengumuman restrukturisasi datang dari Jay Parikh, kepala Microsoft CoreAI, yang mengungkapkan GitHub akan dibagi ke dalam beberapa jalur pelaporan langsung ke eksekutif Microsoft. Julia Liuson, pemimpin divisi developer Microsoft, akan mengendalikan pendapatan, engineering, dan dukungan GitHub. Sementara itu, Mario Rodriguez, Chief Product Officer GitHub, akan melapor langsung kepada Asha Sharma, wakil presiden Microsoft AI Platform. Dengan skema ini, jelas arah GitHub semakin terkunci ke...