Langsung ke konten utama

Lubang Cacing vs Lubang Hitam Bertemu. Apa Yang Terjadi?

Singularitas juga dikenal sebagai lubang hitam, energinya begitu kuat sehingga cahaya pun tidak dapat lepas dari genggaman mereka. Tapi apa yang terjadi ketika lubang hitam bertemu sesuatu yang lebih kuat, seperti lubang cacing?

Kita tahu lubang hitam akan menang dalam pertarungan melawan matahari kuning di Tata Surya kita dan bahkan seluruh Bima Sakti. Tapi lubang cacing? Hmm ini pilihan yang sulit.


Tentu, lubang cacing hanya bersifat hipotesis sehingga mereka berada pada posisi yang tidak menguntungkan terhadap lubang hitam yang sebenarnya telah teramati. Lubang Cacing sendiri dipercaya sebagai jalur cepat yang menghubungkan dua tempat berbeda.


Lubang hitam berfungsi seperti wastafel dapur dengan saluran air ke mana-mana, sementara lubang cacing adalah jembatan teoritis antara dua alam semesta atau dua tempat yang jauh di dalam alam semesta yang sama.

Jika lubang cacing ada, dan dimungkinkan untuk melintasinya, Anda bisa menerbangkan pesawat ruang angkasa ke satu sisi dan akan muncul di sisi lain di mana Anda bisa berada di alam semesta yang sama sekali berbeda.


Baca juga:

Lalu bagaimana jika keduanya terjadi bentrokan? Tim peneliti dari Vanderbilt University di Tennesee dan Sam Houston State University di Texas telah melakukan penelitian tentang hal tersebut. Hasil temuannya dituangkan dalam makalah pra-cetak pada bagian astrofisika.

Lubang hitam diibaratkan sebagai massa bintang yang kemudian menjadi wormhole yang stabil, tidak berputar, dapat dilalui, dan menemukan bentuk gelombang yang khas. Para Peneliti ini memodelkan apa yang akan terjadi jika lubang hitam dan lubang cacing masuk ke dalamnya dan jawabannya adalah berikut ini.

Ronde 1
Lubang hitam tidak hanya besar tetapi juga memiliki gaya gravitasi. Semakin jauh Anda dari pusat lubang ini, semakin sedikit tarikan yang didapat.

Lubang cacing memiliki karakteristik yang sangat mirip sehingga masuk akal jika keduanya berada di lokasi umum yang sama, mereka akan sedikit menarik satu sama lain sebelum mereka mulai bergulat.

Misalnya lubang hitam dan lubang cacing terlihat oleh seorang pengamat di Universe 1  yang sama-sama saling menarik satu sama lain.

Ronde 2
Sekarang kita melihat perbedaan antara lubang hitam dan lubang cacing. Lubang hitam mulai masuk ke "tenggorokan" lubang cacing. Pada saat itu Lubang Cacing melewati tenggorokan ke Universe 2 dan gelombang gravitasi di Universe 1 memudar dengan cepat ketika lubang hitam sekarang  bergerak ke Universe 2.


Seorang pengamat di Universe 3 melihat sinyal yang sangat kuat yang mengurangi amplitudo dan frekuensi, anti-kicauan, sampai lubang hitam mencapai puncak dan kembali ke Lubang Putih atau ujung dari lubang cacing.

Babak 3
Kemenangan terlihat karena lubang cacing tampaknya telah sepenuhnya menelan lubang hitam. Mungkin saja saat itu lubang hitam akan muncul di sisi lain lubang cacing, tetapi menurut para peneliti ada kemungkinan terjadi twist plot.

Menurut para peneliti, pada saat lubang hitam itu melewati lubang cacing, ia akan diludahkan kembali ke alam semesta satu atau universe 1. Frekuensi mencapai maksimum lagi di tenggorokan ketika lubang hitam melewati tenggorokan lubang cacing dari Universe 2 ke 1, dan proses berulang.

Jika model ini benar, tabrakan langsung antara lubang hitam dan lubang cacing, lubang cacing dapat hilang, tetapi lubang hitam bisa bertahan. Pada akhirnya, Lubang Hitamlah yang menang.

Hal ini tentu teori semata karena lubang cacing senidri masih bersifat teoritis dan keberadaan lubang hitam masih perlu diteliti lebih jauh. Para ahli astrofisika sebagian besar tertarik untuk menemukan cara untuk mendeteksi lubang cacing untuk membuktikan keberadaan mereka.


Untuk lebih memahami gambaran apa yang terjadi jika Lubang Cacing (warm hole) dan Lubang Hitam (black hole) bertabrakan, coba simak video berikut.


Postingan Populer

Laptop Gaming Murah dengan GeForce RTX 5000 Series, Beredar!

Asus kembali menghadirkan inovasi terbarunya di lini laptop gaming melalui Asus Gaming V16. Seperti diketahui, Asus gaming merupakan lini laptop gaming murah yang memadukan performa AI modern, grafis bertenaga, efisiensi daya tinggi, serta ketahanan fisik berstandar militer.  Produk ini menyasar tak hanya bagi para gamer dan profesional yang membutuhkan kinerja optimal dalam paket yang portabel dan andal, tapi juga pengguna umum yang membutuhkan laptop kencang, namun dalam wujud yang standar, tidak menyolok seperti laptop gaming mahal. Ditenagai oleh prosesor Intel® Core™ 5 atau 7 generasi terbaru, Asus Gaming V16 menawarkan performa komputasi tinggi untuk berbagai kebutuhan, mulai dari gaming AAA, multitasking berat, hingga pemrosesan berbasis AI. Chip grafis NVIDIA® GeForce RTX™ 5060 menjadi jantung pengolahan visual, menghadirkan teknologi ray tracing dan DLSS 3.5 yang memberikan pengalaman gaming lebih realistis, dengan frame rate yang stabil dan visual yang imersif. Layar WUXG...

Review Asus Vivobook S 15 OLED S5507. Titik Optimal Prosesor Qualcomm

Industri laptop sedang mengalami transformasi besar dengan semakin populernya prosesor berbasis ARM dalam perangkat berbasis Windows. Padahal, selama bertahun-tahun, arsitektur x86 yang dikembangkan oleh Intel dan AMD telah mendominasi pasar. Tetapi kini ARM hadir dengan keunggulan efisiensi daya yang lebih baik, kinerja yang semakin kompetitif, serta dukungan teknologi AI yang lebih canggih. Dengan konsumsi daya yang lebih rendah, laptop berbasis ARM menjanjikan daya tahan baterai yang lebih lama tanpa mengorbankan performa. Semua kelebihan di atas menjadikan platform baru tersebut sebagai pilihan menarik bagi pengguna yang menginginkan perangkat portabel dengan produktivitas tinggi. Apalagi, kedatangan prosesor seperti Qualcomm Snapdragon X Plus dan Snapdragon X Elite menjadi titik balik bagi laptop Windows yang mengadopsi arsitektur ARM.  Berkat optimalisasi perangkat lunak dan dukungan dari Microsoft, aplikasi Windows kini semakin kompatibel dengan ARM, memungkinkan pengalaman ...

Asus Luncurkan Expert P Series untuk Dukung Kebutuhan Bisnis Modern

Asus Indonesia resmi meluncurkan lini produk komersial terbaru, Expert P Series, yang terdiri dari laptop ExpertBook P3405CVA, desktop ExpertCenter P500MV, dan All-in-One ExpertCenter P440VA. Ketiganya dirancang untuk menjawab kebutuhan transformasi digital di dunia bisnis, dengan daya tahan tinggi, performa stabil, fitur AI terintegrasi, serta keamanan kelas enterprise. “Expert P Series bukan sekadar perangkat kerja, tapi partner produktivitas yang ringan, tangguh, dan aman untuk berbagai skenario kerja hybrid,” ujar Yulianto Hasan, Director Commercial Products Asus Indonesia. Setiap perangkat sudah dilengkapi AI on-device, termasuk platform ExpertMeet untuk kolaborasi yang lebih efisien tanpa perlu aplikasi tambahan. Tren kerja hybrid dan adopsi teknologi AI menjadi latar belakang kehadiran lini ini. Menurut laporan Gallup, 60% karyawan memilih model hybrid, sementara survei McKinsey 2024 mencatat 78% organisasi telah menggunakan AI dalam operasional mereka. Asus menghadirkan solusi ...

China Siapkan Prosesor x86 Sendiri. Semua Berkat AMD

China kembali mengguncang industri chip silikon. Kali ini lewat penggabungan dua pemain penting dalam industri chip dan server: Hygon dan Sugon. Merger ini menjadi langkah besar dalam ambisi Beijing untuk menciptakan ekosistem superkomputasi yang sepenuhnya mandiri, dari desain CPU hingga produksi server. Bagi yang belum familiar, Hygon adalah nama yang muncul setelah AMD pada 2016 memutuskan untuk melisensikan desain CPU Zen dan teknologi x86-64 ke perusahaan bernama Tianjin Haiguang Advanced Technology Investment Co. Tujuannya jelas: memenuhi kebutuhan chip server di Tiongkok dengan solusi non-Intel yang tetap “legal” lewat lisensi. Hasil dari kolaborasi itu adalah prosesor Hygon Dhyana, yang meskipun tidak populer secara global, cukup mendapat tempat di kalangan raksasa teknologi Tiongkok seperti Tencent, berkat dorongan besar dari pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan perangkat keras lokal. Di sisi lain, Sugon adalah produsen server dan superkomputer yang kerap menggunakan chip H...

Hell Is Us, Game Paling Berat, Bahkan RTX 4090 Pun Tak Cukup

Para pemilik GPU kelas atas seperti Nvidia RTX 50 dan 40 Series yang mencoba menjalankan demo Hell Is Us tercengang. Alih-alih menikmati adegan sinematik pembuka, banyak pemain justru mengalami crash sebelum cutscene selesai, meninggalkan pertanyaan besar: untuk apa semua kekuatan grafis ini? Dalam pembaruan terbaru di Steam, pengembang Rogue Factor menyarankan solusi sementara yang cukup ironis: turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan semua fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, dan FSR. Ya, bahkan teknologi unggulan seperti DLSS 3.5 pun diminta dimatikan agar game bisa berjalan. “Harap turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, FSR, dll. dari menu utama sebelum memulai game,” tulis Rogue Factor dalam catatannya. Tom’s Hardware mengonfirmasi bahwa ini satu-satunya cara agar game bisa melewati bagian intro tanpa crash. Setelah berhasil mencapai karakter utama bernama RĂ©mi, pemain kemudian dipersilakan menaikkan kembali pengaturan grafis. ...