Produsen smartphone global kini menghadapi lonjakan biaya produksi setelah kapasitas wafer dialihkan untuk memenuhi permintaan chip AI. Menurut laporan terbaru TrendForce, harga LPDDR5X, memori berdaya rendah yang digunakan pada ponsel premium, diperkirakan akan naik 18 hingga 23 persen.
Parahnya, kenaikan harga chip LPDDR5X tersebut jauh di atas proyeksi sebelumnya yang diprediksi hanya akan mengalami kenaikan sebesar 8 hingga 13 persen.
Pemicunya adalah ledakan permintaan chip HBM (High Bandwidth Memory) untuk pusat data dan komputasi AI. Chip HBM yang berukuran 35–45 persen lebih besar dari DRAM konvensional telah menyedot kapasitas wafer global, menciptakan apa yang disebut TrendForce sebagai “kekurangan struktural pasokan.
Akibatnya, produksi memori untuk smartphone seperti LPDDR5X harus dikurangi. Padahal, LPDDR5X juga banyak digunakan oleh laptop kinerja efisien dan hemat energi.
Selain itu, harga kontrak DDR5 juga diperkirakan akan terus meningkat hingga 2026, terutama pada paruh pertama tahun depan. Meski harga HBM mungkin akan sedikit melunak seiring meningkatnya kompetisi dan pemulihan stok, profitabilitas DDR5 dan LPDDR5X diproyeksikan menyalip HBM3E pada awal 2026.
Presiden Xiaomi, Lu Weibing, mengakui di Weibo bahwa perusahaan tidak dapat menghindari tren global ini. “Kenaikan biaya penyimpanan jauh lebih tinggi dari perkiraan dan akan terus meningkat,” ujarnya, mencerminkan kekhawatiran luas di kalangan produsen smartphone yang kini harus menyesuaikan strategi harga.
Tekanan biaya ini juga berdampak pada perancang chip seperti MediaTek, yang tengah bersiap beralih ke proses fabrikasi 2nm, sementara TSMC dilaporkan mengenakan biaya hingga $30.000 per wafer. Dengan waktu pengiriman DDR5 yang kini membentang antara 26 hingga 39 minggu, rantai pasokan semakin ketat.
Akibatnya, chip LPDDR5X, memori yang banyak digunakan pada smartphone, tablet, dan laptop tipis, kini berada di pusat badai, dan produsen seperti Xiaomi, Samsung atau Asus yang juga memproduksi laptop, disebut tengah mempertimbangkan kenaikan harga perangkat pada 2026 untuk menutupi biaya produksi yang melonjak.

