Apple kembali menemukan bahwa tidak semua “pembaharuan” otomatis mendapat sambutan meriah. Kabarnya, perusahaan asal Cupertino itu memangkas produksi iPhone Air secara signifikan setelah respons pasar yang dingin, bahkan cenderung apatis.
Laporan dari Nikkei Asia menyebutkan bahwa pesanan bulan November diperkirakan merosot hingga kurang dari 10 persen dibanding volume di bulan peluncuran pada September. Angka ini cukup menjadi sinyal bahwa Apple mungkin salah membaca keinginan pengguna.
iPhone Air sejatinya menawarkan konsep yang menggiurkan di atas kertas: desain super tipis 5,6 mm dengan rangka titanium, bobot ringan, kamera 48 MP yang setara dengan iPhone 17 dan 17 Pro, serta klaim “all-day battery life.” Namun, di dunia nyata, konsumen tampaknya lebih tertarik pada model standar atau varian Pro yang menawarkan paket fitur lebih solid tanpa kompromi.

Faktanya, pasar China, yang menjadi salah satu medan penentu keberhasilan produk smartphone premium, menggambarkan situasi lebih jelas. Survei lokal menemukan bahwa “hampir tidak ada permintaan” untuk iPhone Air. Sebagian besar pembeli lebih memilih iPhone 17 lain yang dianggap lebih seimbang antara performa, harga, dan daya tahan.
Jika ditelusuri lebih dalam, fenomena ini bukan kejadian pertama. Samsung sebelumnya menghentikan lini S26 Edge karena minat yang rendah, sementara Apple sendiri sudah pernah merasakan pahitnya memasarkan perangkat “minimalis” lewat iPhone 12 Mini dan 13 Mini.
Kesimpulannya? Pasar global tampaknya tidak lagi mencari ponsel yang terlalu kecil atau terlalu tipis, terutama jika hal itu berarti mengorbankan kapasitas baterai atau kenyamanan penggunaan.
Satu hal yang agak ironis, meski kurang laris, iPhone Air justru menjadi model yang paling mudah didapat. Semua warna tersedia untuk dikirim segera, sementara iPhone 17 dan 17 Pro mengalami waktu tunggu hingga tiga minggu. Ini memperjelas jurang perbedaan permintaan antar model.
Dengan harga peluncuran mencapai USD 999, dan tambahan USD 99 jika ingin baterai cadangan lewat MagSafe battery pack, pertanyaan besar pun muncul. Apa yang sebenarnya ditawarkan iPhone Air selain tubuh yang lebih tipis? Jika pengguna bisa mendapatkan ponsel dengan kemampuan nyaris sama bahkan lebih lengkap di harga lebih masuk akal, mengapa mereka harus memilih Air?
Pada akhirnya, Apple mungkin harus menyadari bahwa desain yang tipis bukan lagi nilai jual utama di era ketika daya tahan baterai, fitur kamera, dan kapabilitas AI menjadi pusat perhatian. Inovasi yang “terlalu ringan” terkadang justru tidak cukup berbobot untuk mengubah keputusan konsumen.

