Tahun 2025 resmi menjadi tonggak sejarah baru bagi sistem operasi open-source: Linux di PC desktop akhirnya menembus 5% pangsa pasar di Amerika Serikat. Data ini berasal dari laporan StatCounter per Juni 2025, yang mencatat Linux meraih 5,03% yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah keberadaan Linux di desktop.
Meskipun angka tersebut masih tergolong kecil dibanding Windows dan macOS, capaian ini menunjukkan pertumbuhan eksponensial dalam dua tahun terakhir.
Sebagai gambaran, butuh waktu delapan tahun bagi Linux untuk naik dari 1% ke 2%, namun hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, Linux melesat melewati angka 3%, 4%, dan akhirnya 5%. Banyak analis menilai ini sebagai awal dari babak baru bagi Linux di PC desktop.
Faktor pendorongnya antara lain peningkatan kebutuhan komputasi AI, kekecewaan pengguna terhadap platform komersial yang semakin tertutup, serta dorongan dari komunitas pengembang dan pengguna yang peduli terhadap privasi. Windows 11 yang mewajibkan akun online dan memiliki batasan perangkat keras justru mendorong sebagian pengguna untuk mencari alternatif yang lebih terbuka.
Perusahaan seperti Dell dan Lenovo kini mulai menawarkan laptop dengan Linux terinstal langsung dari pabrik. Ini bukan hanya opsi bagi pengembang, tapi juga menarik minat pengguna umum. Distribusi seperti Ubuntu 26.04 LTS dan Fedora Workstation mencatat lonjakan adopsi tercepat dalam sejarah mereka, didorong oleh kebutuhan akan sistem operasi yang ringan, efisien, dan bebas lisensi mahal.
Tak ketinggalan, dunia gaming juga ikut mendukung tren ini. Keberhasilan Steam Deck menunjukkan bahwa Linux di PC desktop juga bisa jadi platform gaming yang kompeten berkat dukungan teknologi seperti Proton dan Vulkan. Hal ini turut mengubah persepsi bahwa Linux hanya cocok untuk teknisi dan pengembang.
Jika tren ini terus berlanjut, Linux di PC desktop bisa mencapai 7 hingga 8 persen pangsa pasar di AS dalam satu tahun ke depan. Slogan “Tahun Linux di desktop” yang dulu sering jadi bahan candaan kini menjadi kenyataan. Untuk pertama kalinya, Linux tak lagi sekadar alternatif teknis—ia sedang menuju pilihan utama.