Langsung ke konten utama

Siapa Julius Robert Oppenheimer, Sang Penemu Bom Atom?

Lahir pada 22 April 1904 di New York City, Amerika Serikat, Oppenheimer, yang punya nama lengkap Julius Robert Oppenheimer merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia lahir dalam keluarga yang berasal dari latar belakang imigran Yahudi Jerman.

Ayahnya, Julius Oppenheimer, adalah seorang kaya raya yang memiliki toko tekstil, sementara ibunya, Ella Friedman, berasal dari keluarga profesional.

Sejak dini, Oppenheimer menunjukkan kecerdasan dan minat yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Ia tertarik pada sastra, bahasa, dan musik klasik. Oppenheimer bersekolah di Ethical Culture School, sebuah sekolah progresif yang memberikan visi pendidikan liberal dan mencakup berbagai disiplin ilmu.



Pada usia 18 tahun, Oppenheimer masuk ke Universitas Harvard, di mana ia memilih jurusan kimia. Di Harvard, dia menunjukkan kemampuan intelektualnya yang cemerlang dan mendapatkan pengakuan sebagai mahasiswa yang sangat berbakat. Ia tertarik pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk fisika teoretis dan filsafat.

Setelah lulus dengan gelar sarjana dalam bidang kimia pada usia 20 tahun, Oppenheimer melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Ia belajar di Universitas Cambridge di Inggris, di mana ia mendalami fisika kuantum. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Universitas Göttingen di Jerman, yang pada saat itu merupakan pusat utama bagi pengembangan fisika teoretis.

Selama masa muda Oppenheimer, ia terlibat dalam lingkungan intelektual yang mendorong eksplorasi ilmiah dan pemikiran kritis. Pengalaman-pengalaman ini membentuk fondasi pemahamannya tentang sains dan dunia, yang kelak akan menjadi dasar bagi kontribusinya dalam fisika teoretis dan pengembangan bom atom.

Latar belakang Oppenheimer sebagai mahasiswa yang cerdas dan minatnya yang mendalam dalam ilmu pengetahuan menjadi landasan bagi perjalanan hidupnya yang luar biasa, dari studi di perguruan tinggi bergengsi hingga kepemimpinan dalam Proyek Manhattan yang mengubah sejarah dunia.

Berikut ini poin-poin penting perjalanan Julius Robert Oppenheimer
Masa Muda dan Pendidikan: Lahir di New York City, Oppenheimer adalah anak dari pasangan imigran Yahudi. Ia menunjukkan kecerdasan luar biasa sejak muda dan menempuh pendidikan di Universitas Harvard, lulus dengan gelar sarjana dalam bidang kimia pada usia 20 tahun.

Pendidikan Lanjutan di Eropa: Oppenheimer melanjutkan studinya di Inggris dan Jerman. Ia belajar di Universitas Cambridge dan kemudian di Universitas Göttingen, di mana ia mendalami fisika kuantum.

Karir Akademis: Oppenheimer kembali ke Amerika Serikat dan memulai karir akademis di Universitas California, Berkeley. Ia dikenal sebagai seorang profesor dan peneliti yang produktif dalam berbagai bidang fisika teoretis.

Kontribusi Fisika: Oppenheimer berkontribusi dalam pengembangan teori kuantum dan mekanika kuantum. Ia terlibat dalam studi tentang teori relativitas, mekanika kuantum, dan teori medan kuantum.

Proyek Manhattan: Selama Perang Dunia II, Oppenheimer memimpin Proyek Manhattan, upaya rahasia Amerika untuk mengembangkan bom atom. Ia memiliki peran penting dalam mengoordinasi berbagai ilmuwan dan ahli fisika dalam upaya tersebut.

Uji Bom Atom Pertama: Pada Juli 1945, di situs uji Trinity, bom atom pertama di dunia diuji. Oppenheimer menyaksikan uji ini dan mengutip sebuah kalimat dari Mahabharata, "Aku telah menjadi kematian, penghancur dunia." Frasa ini mencerminkan rasa takjub dan kekhawatiran akan dampak destruktif bom atom.

Baca juga:


Akhir Perang dan Dampaknya: Setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menyerah dan Perang Dunia II berakhir. Oppenheimer merasa campur tangan dalam pengembangan senjata nuklir dan menjadi pendukung kontrol senjata nuklir.

Penyelidikan Keamanan dan Skorsing: Selama era McCarthyisme dan Red Scare di Amerika Serikat, Oppenheimer dituduh memiliki hubungan dengan komunisme dan diawasi oleh Komisi Energi Atom. Ia dicabut izin keamanan dan dikucilkan dari pengembangan senjata nuklir.

Kembali ke Dunia Akademis: Oppenheimer berjuang untuk mendapatkan kembali reputasinya dan pada akhirnya kembali ke dunia akademis. Ia menjadi profesor di Institut Studi Lanjutan di Princeton.

Warisan dan Kematian: Julius Robert Oppenheimer meninggal dunia pada tahun 1967 akibat kanker tenggorokan. Meskipun mengalami kontroversi dan cobaan selama hidupnya, ia tetap dihormati sebagai seorang ilmuwan brilian dan pemimpin dalam pengembangan senjata nuklir. Warisannya juga mencakup advokasi untuk kontrol senjata nuklir dan peranannya dalam mempercepat kemajuan dalam fisika teoretis.

Postingan Populer

Review Asus Vivobook 14 A1405VA. Laptop Kerja Rp9 Jutaan

Dunia kerja yang semakin dinamis menuntut perangkat yang tidak hanya portabel, tetapi juga andal, aman, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan multitasking. Tren laptop kerja kini tak lagi sekadar berfokus pada bodi yang tipis dan ringan, tetapi juga memperhatikan aspek performa. Mulai dari prosesor kencang, kapasitas RAM besar dan upgradable, semua kini menjadi faktor esensial. Tak lupa juga dengan kehadiran fitur-fitur penunjang produktivitas seperti layar rasio 16:10, port konektivitas lengkap, dan sistem keamanan biometrik. Selain itu, laptop kerja modern dituntut memiliki daya tahan fisik yang tangguh. Standar militer seperti MIL-STD 810H kini menjadi nilai tambah penting, terutama bagi para profesional muda yang sering berpindah tempat kerja atau bekerja dalam kondisi lingkungan yang tidak selalu ideal. Terakhir, dukungan sistem operasi terkini dan paket software produktivitas seperti Microsoft Office Home & Student juga kini menjadi bagian dari “value” yang dicari oleh p...

Rekomendasi Laptop untuk Kerja Terbaik di Indonesia

Pasar laptop untuk kerja di Indonesia kini menghadapi dua tren utama: kebutuhan akan perangkat yang ringkas dan mobile-friendly untuk mendukung hybrid workplace, serta tuntutan performa tinggi. Khususnya dari segmen profesional dan kreator untuk multitasking, presentasi virtual, dan editing ringan. Di sisi lain, konsumen semakin cerdas memilih laptop yang tidak hanya bertenaga, tetapi juga tahan lama, hemat daya, dan dibekali fitur AI untuk membantu produktivitas. Selain itu, adanya kampanye Copilot+ telah membuat laptop untuk kerja berbasis AI semakin populer. Vendor pun menyasar segmen ini dengan menghadirkan lini seperti Intel Core Ultra dan AMD Ryzen AI, serta Qualcomm Snapdragon X menawarkan kombinasi chip generasi terbaru, baterai tahan lama, serta teknologi keamanan dan kolaborasi untuk lingkungan kerja modern. 10 Rekomendasi Laptop untuk Kerja Berikut ini adalah 10 rekomendasi laptop untuk kerja terbaik yang saat ini tersedia di pasaran Indonesia. Semuanya sudah menggunakan tek...

Asus ROG Exclusive Store Surabaya di Maspion Square Resmi Dibuka

Asus resmi membuka ROG Exclusive Store Surabaya by Andro IT di Maspion Square, menjadikannya destinasi utama bagi gamers di Jawa Timur. Berlokasi strategis di Jl. Ahmad Yani No.73, store ini menghadirkan rangkaian produk lengkap mulai dari laptop gaming ROG, TUF Gaming, Asus Gaming, desktop, hingga aksesoris resmi. “Komitmen Asus untuk mendekatkan diri dengan komunitas gaming di kota-kota besar, termasuk Surabaya, kami wujudkan melalui kehadiran store eksklusif ini,” ujar Lenny Lin, Country Manager Asus Indonesia. “Pengunjung dapat mencoba berbagai produk sebelum membeli, didampingi staff berpengalaman untuk memastikan pilihan sesuai kebutuhan,” tambahnya. Store ini menampilkan jajaran laptop gaming populer seperti ROG Strix, ROG Zephyrus, TUF Gaming, hingga lini Asus Gaming, dengan pengalaman belanja interaktif. Pelanggan dipersilakan mencoba semua produk secara langsung sebelum memutuskan membeli. Pendampingan staff berpengalaman menambah kenyamanan, menjadikan proses memilih perangk...

Chipset Smartwarch Terbaik Qualcomm Segera Dikembangkan

Setelah bertahun-tahun hanya mendaur ulang chip smartphone untuk digunakan di smartwatch, Qualcomm akhirnya bersiap menghadirkan prosesor khusus untuk perangkat wearable. Chip baru yang sedang dikembangkan dengan nama sandi "Aspen" dan nomor model SW6100 diperkirakan akan meluncur sebagai Snapdragon Wear W6. Berbeda dengan generasi sebelumnya seperti Snapdragon Wear W5 yang masih menggunakan arsitektur lama Cortex-A53, Snapdragon Wear W6 akan membawa lompatan besar dari sisi performa. Chipset ini dikabarkan mengusung satu inti Cortex-A78 dan empat inti Cortex-A55, kombinasi yang juga digunakan oleh Samsung Exynos W1000, menandakan bahwa ini adalah konfigurasi ideal untuk efisiensi dan kinerja tinggi di perangkat mungil seperti jam tangan pintar. Qualcomm tak main-main kali ini. Proses fabrikasi ditangani oleh TSMC, yang juga menjadi andalan Apple dan Samsung dalam memproduksi chip-chip flagship mereka. Selain itu, Snapdragon Wear W6 juga mendukung RAM LPDDR5X, membuatnya lebi...

Windows 11 Kini Lebih Hemat Baterai dengan Fitur Adaptive Energy Saver

Microsoft kembali menghadirkan peningkatan pada Windows 11 yang akan disambut hangat oleh pengguna laptop. Fitur baru bernama Adaptive Energy Saver kini mulai diuji coba, menawarkan cara cerdas untuk memperpanjang daya tahan baterai tanpa harus mengorbankan kenyamanan visual seperti biasanya. Berbeda dengan mode hemat daya konvensional yang secara otomatis menurunkan kecerahan layar hingga 30%, mematikan aplikasi latar belakang, menghentikan pembaruan tidak penting, serta menonaktifkan sinkronisasi layanan seperti OneDrive, OneNote, dan Phone Link, Adaptive Energy Saver bekerja secara lebih cerdas dan tidak mengganggu. Microsoft menjelaskan bahwa fitur ini bersifat opt-in (pengguna perlu mengaktifkannya secara manual), dan akan menyesuaikan secara otomatis berdasarkan beban sistem dan status daya saat ini. Artinya, sistem akan menentukan kapan perlu mengaktifkan mode hemat daya dan kapan harus menonaktifkannya, tanpa perlu campur tangan pengguna dan tanpa mengubah kecerahan layar sama ...