Langsung ke konten utama

Razer Hadirkan 2 Mouse Model Mouse Gaming RGB Terbaru

Razer memperluas jajaran mouse gaming-nya dengan meluncurkan seri Razer Cobra yang inovatif. Seri ini merupakan gabungan sempurna antara desain dan kinerja, yang mengintegrasikan fitur-fitur unggulan dari seri mouse Razer yang imersif ke dalam sebuah bentuk yang simetris.

Selain Razer Cobra, ada satu model mouse lainnya yang juga dibekali dengan kemampuan kustomisasi, konektivitas, dan teknologi terkini, yakni Razer Cobra Pro. Mouse ini menawarkan pengalaman gaming yang berwarna-warni, bebas, dan mendalam kepada para pemain.

Cobra Pro memberikan tingkat kontrol yang baru kepada para pemain, baik untuk perintah-perintah sederhana maupun rumit. Mouse ini dilengkapi dengan 10 kontrol yang bisa disesuaikan, 5 profil memori di dalam mouse, dan 11 zona RGB Chroma yang bisa dikustomisasi secara individual, dengan jumlah zona terbanyak di kelasnya, semuanya terdapat pada desain yang simetris.

Didesain dengan teliti dengan tujuh tombol di bagian atas, dua tombol di bagian samping, dan satu tombol di bagian bawah, Cobra Pro menetapkan standar baru untuk aksesibilitas, memberikan berbagai pilihan untuk perintah-perintah cepat.

Selain itu, fitur Hypershift Razer membuka kemungkinan baru dengan mengaktifkan fungsi-fungsi tambahan sementara di atas tombol-tombol yang ada untuk meningkatkan kualitas permainan. 

Lima profil memori di dalam mouse, yang bisa dikonfigurasi dengan mudah menggunakan Razer Synapse, bisa diganti melalui tombol di bagian bawah mouse, serta mengakses perubahan profil yang disesuaikan dengan skenario gaming yang berbeda-beda.

Razer menambahkan lini Cobra ke periferal yang dilengkapi dengan RGB Chroma, ekosistem pencahayaan terbesar di dunia untuk perangkat gaming dan sehari-hari. Dengan 16.8 juta warna, berbagai efek cahaya, dan integrasi tanpa batas dengan lebih dari 250 game, RGB Chroma menawarkan pengalaman visual yang menakjubkan.

Lini Cobra juga memiliki fitur Smart Dimming yang baru, yang memungkinkan pemain untuk menghemat baterai secara otomatis saat tidak bermain dan menampilkan Chroma penuh saat aktif.

Cobra Pro adalah produk inovatif dari Razer yang menggunakan teknologi gaming terkini. Cobra Pro mengadaptasi fitur-fitur unggulan dari Razer Basilisk V3 Pro yang telah meraih banyak penghargaan, seperti Sensor Optikal Focus Pro 30K, Switch Mouse Optikal Generasi Ketiga, dan HyperSpeed. 

Baca juga:


Selain itu, Cobra Pro juga bisa meningkatkan polling rate hingga 4000Hz dengan Razer Mouse Dock Pro (dijual terpisah) atau Dongle Nirkabel Razer HyperPolling, yang akan mengoptimalkan performa gaming profesional.

Cobra Pro memiliki bobot yang ringan, hanya 77 gram, sehingga memberikan kenyamanan dan kebebasan bagi pemain. Dengan daya tahan baterai lebih dari 100 jam untuk mode HyperSpeed Wireless (atau 170 jam untuk mode Bluetooth), pemain bisa bermain, berkarya, atau berkreasi di mana saja dan kapan saja. 

Kabel Speedflex USB Tipe C memudahkan pengisian daya yang cepat dan aman, sehingga Cobra Pro selalu siap digunakan. Selain itu, pemain juga bisa menggunakan Razer Mouse Dock Pro (dijual terpisah) atau Razer Wireless Charging Puck (dijual terpisah) untuk mengaktifkan fitur pengisian daya nirkabel, yang akan menambah kemudahan dan fleksibilitas.

Tertarik? Razer Cobra dan Razer Cobra Pro sudah tersedia di distributor resmi Razer di harga 40 dolar AS (sekitar Rp600 ribu) dan 130 dolar AS (sekitar Rp2 juta). Informasi lebih lanjut silakan kunjungi Razer.com.

Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

AMD Catat Rekor, 41 Persen Pangsa Pasar Server. Intel Kian Terdesak

Laporan terbaru dari Mercury Research untuk kuartal kedua 2025 menandai titik balik penting dalam persaingan chip server global. AMD berhasil merebut 41 persen pangsa pendapatan server, rekor tertinggi sepanjang sejarahnya, sekaligus memperdalam luka Intel yang terus kehilangan pijakan di segmen paling menguntungkan ini.  Lonjakan 7,2 poin dibanding tahun lalu dan kenaikan 1,5 poin dari kuartal sebelumnya menunjukkan tren yang konsisten: AMD semakin dominan, sementara Intel masih bergulat dengan keterlambatan manufaktur dan kehilangan kepercayaan pasar. Capaian AMD tidak terbatas pada server. Secara keseluruhan, pangsa pendapatan perusahaan mencapai 33 persen, naik 8,8 poin dibanding tahun sebelumnya. Di segmen klien, AMD juga mencatat pertumbuhan dengan pangsa 27,8 persen, didorong permintaan yang kuat dari sektor cloud maupun enterprise. Bahkan di pasar desktop, performa Ryzen tampak mengesankan. Pangsa pendapatan desktop AMD melonjak 20,5 poin dari tahun lalu dan hampir 5 poin d...

Monitor Gaming OLED Terbaik Samsung, Odyssey OLED G6 dan G7

Pasar monitor gaming kembali diguncang oleh Samsung dengan pengumuman trio terbaru dalam lini Odyssey. Sorotan utama jatuh pada Odyssey OLED G6 berukuran 27 inci, yang digadang sebagai monitor OLED gaming pertama di dunia dengan refresh rate 500Hz.  Angka ini terdengar berlebihan bagi sebagian orang, namun jelas menyasar segmen gamer kompetitif ekstrem yang menganggap refresh rate 240Hz atau 360Hz sudah tidak lagi cukup. Spesifikasi G6 memang tidak main-main. Monitor ini hadir dengan resolusi QHD, respons 0,03ms, kecerahan hingga 1.000 nits, serta sertifikasi VESA DisplayHDR True Black 500. Teknologi QD-OLED memastikan warna lebih kaya, sementara dukungan Nvidia G-SYNC dan AMD FreeSync Premium Pro membuat pengalaman gaming bebas tearing.  Samsung bahkan menambahkan lapisan “Glare Free” agar tetap nyaman digunakan di berbagai kondisi pencahayaan, serta teknologi OLED Safeguard+ untuk mengurangi risiko burn-in yang selama ini menjadi momok layar OLED. Dengan validasi Pantone, wa...

Siap Kuliah Lagi? Ini Laptop Generasi AI yang Kencang dan Stabil untuk Mahasiswa

Tahun ajaran baru sudah di depan mata. Mahasiswa di berbagai penjuru negeri bersiap kembali ke kampus, bersua teman-teman seperjuangan, hingga beradaptasi dengan jadwal kuliah yang baru. Tapi back to campus bukan sekadar tentang bertemu dosen favorit atau suasana kelas yang dirindukan.  Di era saat ini, terutama bagi kamu yang tergolong dalam Generasi AI, persiapan menuju semester baru juga berarti memilih perangkat yang bisa mendukung segala aktivitas akademik dan kreatif secara maksimal. Bukan Sekadar Laptop, Tapi Partner Belajar Mahasiswa Generasi AI Tantangan mahasiswa saat ini jauh berbeda dari dulu. Kini, tugas-tugas perkuliahan tak lagi hanya menulis dan presentasi, tapi juga mencakup riset data, desain grafis, produksi video pendek, hingga eksplorasi tool berbasis AI seperti Copilot, ChatGPT, CapCut AI, atau Canva Magic Studio.  Agar semua berjalan lancar, kamu butuh laptop yang bukan hanya kencang, tapi juga cerdas, efisien, dan bisa diandalkan sepanjang hari. Laptop ...

Teknologi Semikonduktor China Terhambat. Peluncuran Deepseek R2 Ditunda

Kasus DeepSeek dan Huawei Ascend menunjukkan bahwa ambisi Tiongkok untuk mandiri dalam teknologi semikonduktor AI masih menghadapi jalan terjal. Startup AI yang sempat naik daun dengan model R1 pada Januari lalu itu dipaksa menunda peluncuran penerusnya, R2, setelah gagal melatih model menggunakan chip Ascend buatan Huawei.  Upaya yang didorong langsung oleh regulator Beijing itu akhirnya berujung kompromi: training tetap memakai GPU Nvidia, sementara inference dijalankan di atas Ascend. Kegagalan ini bukan sekadar soal teknis, melainkan cermin dari kesenjangan mendasar antara ekosistem chip Tiongkok dan Nvidia. Training model AI berskala besar menuntut perangkat keras dengan kecepatan, reliabilitas, serta ekosistem perangkat lunak yang matang. Ascend terbukti masih rentan terhadap bug, kecepatan interkoneksi yang tidak stabil, dan software stack yang belum selevel CUDA milik Nvidia. Bahkan dengan dukungan langsung dari tim engineer Huawei di lokasi, DeepSeek tak berhasil menyelesa...