Langsung ke konten utama

Limbah Kelapa Sawit Jadi Plastik Ramah Lingkungan

Kebun kelapa sawit menjamur di Indonesia. Bahkan sampai-sampai merusak banyak habitat terutama di Hutan Kalimantan, bahkan sekarang akan merambah ke pulau yang lain.

Eits, kali ini kita tidak akan membahas tentang keadaan alam Indonesia, namun lebih ke polusi yang disebabkan oleh kebun kelapa sawit.


Industri minyak sawit memang terkait dengan deforestasi yang meluas dan perusakan habitat. Limbah plastik juga merupakan salah satu perusak alam daa menjadi yang nomor satu pencemar di lautan. Lho apa hubungannya kelapa sawit dengan plastik?

Hasil dari sebuah penelitian baru-baru ini yang diterbitkan dalam Current Research in Green and Sustainable Chemistry mungkin bisa mengatasi kedua masalah tersebut. Penelitian di atas menghasilkan film plastik biodegradable yang terbuat dari limbah produksi minyak sawit.



Seperti diketahui, plastik sekali pakai yang tidak dapat terurai secara hayati, seperti kantong plastik dan pembungkus makanan, menyumbang 40% dari plastik yang diproduksi setiap tahun. 

"Hemiselulosa adalah biopolimer alami yang diperoleh dari bahan terbarukan seperti polisakarida dan protein. Ini menunjukkan potensi yang sangat besar untuk menggantikan polimer berbasis minyak bumi yang tidak dapat terurai karena biaya rendah dan kemampuan terurai secara hayati," tulis para peneliti yang berbasis di Universiti Sains Malaysia.

Selain sampah plastik, 19,8 juta ton limbah tandan buah kelapa sawit dibuang setiap tahun di Malaysia saja, belum lagi di Indonesia. 

Untuk mengurangi dampak lingkungan dari bentuk limbah ini, para peneliti telah mengubah hemiselulosa dari limbah tandan buah kelapa sawit menjadi film biodegradable berwarna hijau.

Hemiselulosa hadir berlimpah di limbah pertanian dan biomassa. Zat ini adalah biopolimer yang menjanjikan untuk aplikasi pembuatan film karena fleksibel, dan memiliki permeabilitas gas yang rendah serta ketahanan air yang tinggi. 

Hemiselulosa juga dikenal sebagai komponen utama tandan buah yang dibuang oleh industri kelapa sawit. Setelah mengekstraksi hemiselulosa dari tandan, para peneliti menegaskan bahwa: Tandan buah kelapa sawit dapat diidentifikasi sebagai bahan mentah potensial dengan hasil yang besar dalam produksi kemasan hijau.



Baca juga:


Meskipun memiliki banyak sifat yang menjadikannya alternatif potensial yang layak untuk biopolimer lain, beberapa sifat bioplastik ini seperti sifatnya yang rapuh, membatasi kemungkinan penerapannya. 

Karena itu, para peneliti memutuskan untuk mencampurkannya dengan biopolimer karboksimetil selulosa (CMC) yang tidak beracun dan tersedia secara komersial. Pencampuran ini diketahui memiliki efek positif pada sifat mekanik, transparansi, fleksibilitas, dan penyerapan air dari biopolimer lainnya.

Dalam studi, tim mencampurkan jumlah hemiselulosa yang berbeda dari rusuk buah kelapa sawit dengan CMC. Hasilnya kemudian dibuat menjadi film biopolimer dengan berbagai ketebalan (semuanya di bawah sepersepuluh milimeter). 

Penyelidikan ekstensif terhadap karakteristik fisik dan kimia film mengungkapkan bahwa film yang mengandung 60% hemiselulosa memiliki sifat optimal untuk membuat bahan kemasan yang dapat terurai.



Bahan campuran hemiselulosa baru ini dapat menawarkan polimer biodegradable yang murah dan berlimpah, menyajikan alternatif yang menjanjikan untuk mencemari plastik non-biodegradable. 

Meskipun memproduksi biopolimer dari limbah industri kelapa sawit tidak mencegah deforestasi terkait industri lebih lanjut, menggunakan produk sampingan ini menambah nilai tanaman. Sehingga ampas kelapa sawit lebih berguna lagi.

Postingan Populer

ASUS Vivobook 13 Slate OLED (T3300), Tablet Windows 11 yang Bisa Jadi Laptop

Saat ini, konten multimedia adalah segala-galanya. Berkurang sudah jumlah pengguna, khususnya di kalangan millenial apalagi gen-Z yang gemar membaca teks panjang-panjang. Mereka lebih senang menonton video. Apalagi untuk hiburan. Nah, Menikmati beragam bentuk hiburan digital tentu membutuhkan perangkat komputasi. Sayangnya, tidak semua perangkat komputasi dirancang agar penggunanya bisa menikmati hiburan digital secara optimal karena sebagian besar perangkat komputasi seperti laptop lebih condong dirancang untuk bekerja. Di sinilah ASUS Vivobook 13 Slate OLED (T3300) tampil berbeda dengan laptop pada umumnya karena ia dirancang khusus untuk menikmati hiburan digital. Vivobook 13 Slate OLED merupakan laptop detachable. Artinya bodi dan keyboard-nya bisa dilepas sehingga laptop ini dapat digunakan seperti tablet. Desain detachable membuat Vivobook 13 Slate OLED menjadi laptop yang sangat fleksibel dan cocok untuk target penggunaannya, yaitu menjadi portal hiburan bagi semua orang. ...

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

GPT-5 Resmi Meluncur. Fitur, Kelebihan, dan Hype di Balik AI Terbaru OpenAI

OpenAI akhirnya merilis GPT-5, penerus GPT-4 yang sudah ditunggu peluncurannya selama lebih dari dua tahun terakhir. Dalam pengumumannya, CEO Sam Altman menyebutnya sebagai “peningkatan besar” menuju visi AGI (Artificial General Intelligence).  Perusahaan senilai US$300 miliar ini mengklaim GPT-5 unggul di sains, matematika, dan coding, meski pengguna gratis akan cepat merasakan batasan kuota. Sorotan utamanya ada pada fitur “vibe coding”, konsep software-on-demand yang memungkinkan pengguna melempar prompt dan langsung mendapatkan kode jadi. Secara teknis, GPT-5 memang mencetak poin penting: mengalahkan model Anthropic di SWE-bench Verified, standar industri untuk mengukur kemampuan coding AI. Beberapa pemain besar mulai tergoda, seperti CEO Anysphere, Michael Truell, yang menyebut GPT-5 “remarkably intelligent”. Jika adopsi ini meluas, pendapatan tahunan OpenAI yang kini di angka US$12 miliar bisa melonjak ke US$20 miliar pada 2025.  Namun demikian, lembaga riset Gartner men...

AMD dan Microsoft Siapkan Chip Serbaguna untuk Xbox, PC, dan Handheld Generasi Baru

AMD kembali punya hubungan mesra dengan Microsoft. Kali ini, keduanya menggarap chip kustom multi-platform yang bakal mengotaki Xbox generasi berikutnya, gelombang handheld gaming baru, hingga PC prebuilt dan laptop.  Kabar gembira tersebut terselip di laporan pendapatan Q2 AMD. Pada laporan keuangan tersebut, terungkap bahwa keuntungan segmen Client dan Gaming melonjak 71,4%, dipicu oleh penjualan Ryzen dan GPU Radeon yang menggila. Strateginya jelas. AMD dan Microsoft ingin ada satu desain SoC untuk seluruh ekosistem Xbox. Praktis? Ya. Ramah upgrade? Tidak sama sekali. Chip tersebut nantinya akan disolder permanen ke motherboard. Ini tentunya teknologi yang wajar digunakan untuk handheld gaming PC seperti Xbox, ROG Ally ataupun Ally X, bahkan laptop. Tapi metode ini nyaris “bunuh diri” untuk segmen pengguna desktop enthusiast yang doyan bongkar-pasang. Microsoft disebut sedang mengutak-atik Windows agar lebih menyatu dengan DNA konsolnya, membawa optimasi Xbox ke PC. Kedengaranny...

Oxmiq Labs Siap Guncang Dominasi GPU Nvidia

Raja Koduri, mantan arsitek GPU di AMD dan Intel, kembali ke panggung lewat startup barunya, Oxmiq Labs, dengan ambisi mengguncang dominasi Nvidia di pasar AI. Misinya? Merombak total ekosistem GPU yang ada saat ini. Caranya adalah lewat pendekatan "Software First" yang menjanjikan kompatibilitas aplikasi CUDA berbasis Python di berbagai hardware. Yang menarik, semua rencananya akan dapat dilakukan tanpa modifikasi kode. Oxmiq membawa arsitektur baru bernama OXCORE, yang memadukan unit scalar, vector, dan tensor, serta desain chiplet OXQUILT yang memungkinkan produsen merakit komponen komputasi layaknya Lego. Strategi ini diklaim bisa memangkas biaya R&D dan mempercepat pengembangan dari perangkat kecil hingga data center. Mitra besar seperti Tenstorrent dan MediaTek sudah masuk ke daftar pendukung awal. Namun, di balik jargon futuristis seperti “Atoms to Agents”, ada tantangan besar: membangun ekosistem dan perangkat lunak yang cukup matang untuk menandingi CUDA yang sud...