Langsung ke konten utama

Game Crypto Play to Earn Akan Populer 5 Tahun ke Depan

Kabar gembira untuk Anda penggemar game atau penggemar cuan. Menurut Alexis Ohanian, salah satu pendiri Reddit, game jenis play to earn akan menjadi genre game yang sangat populer dalam 5 tahun ke depan.

Ohanian menjadi salah satu orang penting di dunia teknologi ke sekian yang menyatakan besarnya potensi game berbasis play to earn berbasis kripto. Menurutnya, ke depan, 90 persen pengguna tidak akan memainkan game, kecuali waktu yang mereka habiskan benar-benar menghasilkan.


Pernyataan ini sendiri ia ungkapkan dalam sebuah wawancara podcast dan dikutip oleh Gamespot, salah satu situs rujukan gaming terkemuka di dunia.

Dalam lima tahun, Ohanian menjelaskan, Anda akan benar-benar menghargai waktu dengan baik. Alih-alih dimanfaatkan untuk iklan, atau ditipu hingga berdolar-dolar untuk membeli item-item bodoh yang tidak benar-benar jadi milik Anda, Anda akan bermain di game on-chain yang sama menyenangkannya.


Dengan bermain game kripto, Anda akan mendapatkan value dan Anda akan menjadi yang meraih hasilnya.

Game play-to-earn biasanya menggunakan token kripto, bukan mata uang in-game pada umumnya. Artinya, gamer bisa menukarkan apa yang mereka raup di game dengan mata uang asli di dunia nyata.

Salah satu game play-to-earn yang populer saat ini adalah Axie Infinity. Game besutan Sky Mavis ini sekilas mirip seperti Pokemon Go, di mana pemain bisa membeli binatang peliharaan bernama Axies dan dijual untuk mendapatkan mata uang kripto RONIN.

Gamer juga bisa bertukar aset di dalam game dalam bentuk NFT. Saat ini kebanyakan pemain Axie Infinity berasal dari Filipina dan pada tahun 2021 game ini jadi sumber pendapatan banyak warga Filipina.

Meski demikian, sistem ekonomi di dalam game Axie Infinity sudah menemukan beberapa masalah. Menurut laporan Business Insider mengklaim keuntungan yang didapatkan gamer dari game ini perlahan mulai berkurang.


Baca juga:


Alasan utamanya adalah, para gamer saat ini lebih banyak yang memilih untuk mencairkan uangnya ketimbang menghabiskannya di dalam game. Artinya, semakin banyak orang yang memang mencari uang, bukan gamer yang menikmati permainan dan terus meningkatkan skill dan kemampuan karakternya di dalam game tersebut.

Padahal, untuk memainkan game ini juga dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Gamer harus membeli minimal tiga binatang peliharaan untuk berpartisipasi yang harganya masing-masing USD 100, jadi gamer harus mengeluarkan USD 300 hanya untuk mulai main game.


Selain Ohanian, beberapa petinggi industri game juga pernah mengungkap ketertarikannya dengan konsep game play-to-earn. Beberapa di antaranya adalah CEO Take Two Strauss Zelnick, CEO EA Andrew Wilson, dan CEO Square Enix Yosuke Matsuda.

Bagaimana guys? Tertarik untuk bermain game sambil mengumpulkan uang? Atau bermain game hanya untuk menghabiskan waktu dan uang?

Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

Monitor Gaming OLED Terbaik Samsung, Odyssey OLED G6 dan G7

Pasar monitor gaming kembali diguncang oleh Samsung dengan pengumuman trio terbaru dalam lini Odyssey. Sorotan utama jatuh pada Odyssey OLED G6 berukuran 27 inci, yang digadang sebagai monitor OLED gaming pertama di dunia dengan refresh rate 500Hz.  Angka ini terdengar berlebihan bagi sebagian orang, namun jelas menyasar segmen gamer kompetitif ekstrem yang menganggap refresh rate 240Hz atau 360Hz sudah tidak lagi cukup. Spesifikasi G6 memang tidak main-main. Monitor ini hadir dengan resolusi QHD, respons 0,03ms, kecerahan hingga 1.000 nits, serta sertifikasi VESA DisplayHDR True Black 500. Teknologi QD-OLED memastikan warna lebih kaya, sementara dukungan Nvidia G-SYNC dan AMD FreeSync Premium Pro membuat pengalaman gaming bebas tearing.  Samsung bahkan menambahkan lapisan “Glare Free” agar tetap nyaman digunakan di berbagai kondisi pencahayaan, serta teknologi OLED Safeguard+ untuk mengurangi risiko burn-in yang selama ini menjadi momok layar OLED. Dengan validasi Pantone, wa...

Siap Kuliah Lagi? Ini Laptop Generasi AI yang Kencang dan Stabil untuk Mahasiswa

Tahun ajaran baru sudah di depan mata. Mahasiswa di berbagai penjuru negeri bersiap kembali ke kampus, bersua teman-teman seperjuangan, hingga beradaptasi dengan jadwal kuliah yang baru. Tapi back to campus bukan sekadar tentang bertemu dosen favorit atau suasana kelas yang dirindukan.  Di era saat ini, terutama bagi kamu yang tergolong dalam Generasi AI, persiapan menuju semester baru juga berarti memilih perangkat yang bisa mendukung segala aktivitas akademik dan kreatif secara maksimal. Bukan Sekadar Laptop, Tapi Partner Belajar Mahasiswa Generasi AI Tantangan mahasiswa saat ini jauh berbeda dari dulu. Kini, tugas-tugas perkuliahan tak lagi hanya menulis dan presentasi, tapi juga mencakup riset data, desain grafis, produksi video pendek, hingga eksplorasi tool berbasis AI seperti Copilot, ChatGPT, CapCut AI, atau Canva Magic Studio.  Agar semua berjalan lancar, kamu butuh laptop yang bukan hanya kencang, tapi juga cerdas, efisien, dan bisa diandalkan sepanjang hari. Laptop ...

AMD Catat Rekor, 41 Persen Pangsa Pasar Server. Intel Kian Terdesak

Laporan terbaru dari Mercury Research untuk kuartal kedua 2025 menandai titik balik penting dalam persaingan chip server global. AMD berhasil merebut 41 persen pangsa pendapatan server, rekor tertinggi sepanjang sejarahnya, sekaligus memperdalam luka Intel yang terus kehilangan pijakan di segmen paling menguntungkan ini.  Lonjakan 7,2 poin dibanding tahun lalu dan kenaikan 1,5 poin dari kuartal sebelumnya menunjukkan tren yang konsisten: AMD semakin dominan, sementara Intel masih bergulat dengan keterlambatan manufaktur dan kehilangan kepercayaan pasar. Capaian AMD tidak terbatas pada server. Secara keseluruhan, pangsa pendapatan perusahaan mencapai 33 persen, naik 8,8 poin dibanding tahun sebelumnya. Di segmen klien, AMD juga mencatat pertumbuhan dengan pangsa 27,8 persen, didorong permintaan yang kuat dari sektor cloud maupun enterprise. Bahkan di pasar desktop, performa Ryzen tampak mengesankan. Pangsa pendapatan desktop AMD melonjak 20,5 poin dari tahun lalu dan hampir 5 poin d...

Teknologi Semikonduktor China Terhambat. Peluncuran Deepseek R2 Ditunda

Kasus DeepSeek dan Huawei Ascend menunjukkan bahwa ambisi Tiongkok untuk mandiri dalam teknologi semikonduktor AI masih menghadapi jalan terjal. Startup AI yang sempat naik daun dengan model R1 pada Januari lalu itu dipaksa menunda peluncuran penerusnya, R2, setelah gagal melatih model menggunakan chip Ascend buatan Huawei.  Upaya yang didorong langsung oleh regulator Beijing itu akhirnya berujung kompromi: training tetap memakai GPU Nvidia, sementara inference dijalankan di atas Ascend. Kegagalan ini bukan sekadar soal teknis, melainkan cermin dari kesenjangan mendasar antara ekosistem chip Tiongkok dan Nvidia. Training model AI berskala besar menuntut perangkat keras dengan kecepatan, reliabilitas, serta ekosistem perangkat lunak yang matang. Ascend terbukti masih rentan terhadap bug, kecepatan interkoneksi yang tidak stabil, dan software stack yang belum selevel CUDA milik Nvidia. Bahkan dengan dukungan langsung dari tim engineer Huawei di lokasi, DeepSeek tak berhasil menyelesa...