Langsung ke konten utama

Review Asus Zenfone Live L2

Zenfone Live L1 merupakan smartphone murah-meriah Asus yang cukup mendapatkan tanggapan positif di pasar. Meski bukan yang digaungkan terlalu heboh oleh produsennya, tetapi perangkat yang satu ini justru lumayan banyak yang memiliki. Karena apa? Apa lagi kalau bukan harganya yang terjangkau.

Memang, saat ini perhatian pengguna, dan juga media-media massa, termasuk YouTuber atau influencer yang ramai berseliweran di Internet adalah pada smartphone segmen mainstream. Smartphone di segmen ini, harganya relatif terjangkau, di kisaran Rp3 jutaan, dan punya spesifikasi serta performa yang mumpuni.


Tetapi jangan salah. Buat pengguna awam atau mereka yang tidak mementingkan aspek lain selain komunikasi dan media sosial ringan, smartphone entry level masih sangat digemari. Bahkan mungkin penjualannya jauh lebih moncer dibandingkan dengan smartphone mainstream atau mid to high.


Nah, untuk pengguna seperti inilah, yang jumlahnya justru jauh lebih banyak, sejumlah produsen termasuk Asus menghadirkan varian terbarunya. Misalnya Realme dengan C2, Infinix dengan Smart 3 Plus dan Asus dengan Zenfone Live L2. Nah, kebetulan kali ini kita akan bahas smartphone murah-meriah terbaru Asus yang satu ini.

Desain
Dari sisi bentuk, smartphone ini 11-12 dengan seri sebelumnya, Zenfone Live L1. Tidak ada bedanya, bahkan bisa dibilang sama persis. Meski demikian, Asus tentunya perlu menghadirkan pembaruan pada produk ini dibanding versi sebelumnya.

Dapat Anda simak pada gambar di bawah ini, tampak layout penempatan kamera, earpiece, LED sensor serta proximity sensor sama sekali tidak berubah. Di area depan atas smartphone, semuanya ditempatkan di sana. Berhubung smartphone ini masih mengadopsi desain konvensional, tidak ada notch apapun di area layar. Dan bezel bagian atas serta bawah masih cukup lebar.


Serupa dengan bagian atas, bezel di bagian bawah pun relatif tebal. Padahal, soft button untuk back, home serta recent apps sudah ditempatkan di bagian layar. Tetapi frame seperti ini punya kelebihan. Telapak tangan bisa dengan lebih leluasa menyentuh bidang smartphone tanpa perlu takut tak sengaja menekan salah satu soft button tersebut.


Dapat Anda lihat juga pada gambar, Asus Zenfone Live L2 menggunakan konektivitas standar, sebuah micro USB untuk konektivitas data ataupun pengisian daya. Di sisi kanan dan kirinya tersedia speaker grill untuk output dan juga untuk input suara.

Meski berdesain konvensional, smartphone ini sudah melengkung di seluruh sisinya. Dengan demikian, smartphone ini akan terasa semakin nyaman saat digenggam. Apalagi dimensi fisiknya juga relatif tidak terlalu besar sehingga masih cukup mudah untuk dioperasikan dengan satu tangan.


Sama seperti Zenfone Live L1, Live L2 juga menggunakan konfigurasi kamera utama satu buah tanpa ada kamera tambahan baik untuk wide apalagi zoom. Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir. Meski tanpa kamera sekunder, smartphone ini juga sudah bisa mengambil foto dengan depth effect alias bokeh. Tersedia pula LED flash untuk membantu mengambil foto di malam hari atau di ruangan yang agak gelap.


Nah, inilah yang menjadi “upgrade” cukup signifikan yang dihadirkan Asus pada Zenfone Live L2 dibanding seri Zenfone Live L1. Tak lain dan tak bukan adalah pada desain cover body belakang smartphone yang satu ini.

Ya. Dibandingkan dengan Zenfone Live L1 yang menggunakan bahan polycarbonat dengan polesan sandblast biasa, Zenfone Live L2, tetap menggunakan bahan polycarbonat, namun dengan mirror finish yang membuatnya tampak jauh lebih kekinian. Unit yang kami gunakan merupakan versi warna Cosmic Blue yang memiliki gradasi warna biru sampai hitam. Tampak seperti smartphone yang lebih mahal.

Meski ia merupakan smartphone murah-meriah, namun Asus juga sudah mengantisipasi kebutuhan penggunanya.


Untuk komunikasi, tersedia dua slot nano SIM card yang keduanya mendukung konektivitas 4G (hanya satu SIM card yang mendukung 4G dalam satu waktu). Adapun untuk penyimpanan data, tersedia slot MicroSD yang mampu menampung data hingga, katanya 1TB.

Secara keseluruhan, khusus untuk desain, meski secara bentuk Zenfone Live L1 dan Live L2 sama persis, tapi dari sisi penampila, face lift yang dihadirkan Asus pada produk barunya ini cukup terasa.

Kamera dan Fitur
Zenfone Live L2 merupakan smartphone yang ditujukan untuk menjadi daily driver sederhana penggunanya, atau bisa juga sebagai secondary phone, untuk telepon, SMS, instant messenger ataupun sosial media ringan. Mendampingi smartphone utama penggunanya yang lebih bertenaga, sanggup diajak gaming berat, atau punya fitur kamera heboh.


Sebagai sebuah smartphone Android terjangkau, ia berjalan dengan sistem operasi Android Oreo lengkap dengan antarmuka ZenUI 5. Sebagai gambaran, ZenUI 5 menggabungkan kecerdasan dan kenyamanan pengguna. Interface ini terus dikembangkan oleh Asus berdasarkan masukan dari penggunanya.
Ia juga dirancang agar tampilannya menjadi sangat mudah digunakan. Anda dapat menggunakan face unlock untuk membuka smartphone dan masih banyak lagi fitur canggih yang dapat Anda temui di ZenUI 5 dan sangat esensial bagi smartphone di segmen terjangkau ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Memory Cleaner
Fitur ini akan sangat berguna bagi pengguna Zenfone Live L2. Mengapa? Sebagai informasi, Zenfone Live L2 yang beredar di Indonesia hanya dilengkapi dengan RAM sebesar 2GB saja. Dalam penggunaan standar, sebenarnya RAM kapasitas tersebut sudah cukup memadai untuk saat ini. Namun jika pengguna melakuka multitasking, maka smartphone akan terasa melambat.

Nah, dengan Memory Cleaner, ia akan mengoptimalkan dan membuat aplikasi-aplikasi yang sudah tidak berjalan keluar dari RAM. Dengan demikian, aplikasi yang sedang dijalankan dan membutuhkan RAM akan punya ruang yang cukup. Pencet saja aplikasi ini, dan secara otomatis, ZenUI akan melakukannya untuk Anda, dan smartphone bisa kembali berjalan dengan lancar.

Data Saver
Buat Anda yang punya internet berbasis quota, tampaknya fitur ini akan sangat berguna. Jika diaktifkan, ia akan mematikan koneksi internet dari aplikasi-aplikasi yang berjalan di background dan hanya akan memperkenankan mereka terhubung ke internet kalau smartphone tersambung ke internet via Wifi.

Cukup tekan satu tombol dari swipe down menu, yakni Data Saver, maka quota Anda akan aman. Tidak akan tiba-tiba habis padahal Anda tidak "ngapa-ngapain" dengan smartphone tersebut.

Battery Modes
Nah, ini juga sangat bermanfaat. Zenfone Live L2 punya baterai berkapasitas 3.000mAh. Sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan penggunanya sehari-hari. Namun demikian, untuk memastikan baterai bisa bertahan dari pagi sampai malam hari, Asus menyediakan fitur Battery Modes dan juga Smart Switch.

Battery modes akan membuat performa smartphone masuk ke dalam setting maksimal, atau pada setting paling hemat energi. Fitur ini serupa seperti battery management pada laptop Windows. Adapun fitur Smart Switch akan secara otomatis membuat smartphone masuk ke setting hemat energi dalam kondisi tertentu. Misal saat baterai tinggal tersisa 10% atau jika waktu sudah menunjukkan pukul tertentu, sesuai setting yang Anda buat.

Baca juga:


Zenfone Live L2 juga punya fitur kekinian layaknya smartphone yang lebih mahal. Mulai dari full view display dengan rasio aspek 18:9 dan screen to body ratio yang mencapai 82 persen. Dengan layar full view, menonton video YouTube misalnya, akan terasa lebih memuaskan. Apalagi tingkat kecerahan layarnya mencapai 400 nits.

Meski smartphone ini punya ukuran layar 5,5 inci, tetapi dimensi keseluruhan body smartphone ini serupa dengan smartphone berukuran 5 inci pada umumnya. Jadi Anda tidak perlu khawatir ia akan sulit digenggam karena terlalu besar ataupun tidak nyaman dikantongi di saku celana jeans Anda.

Lalu, seperti apa fitur kameranya?

Untuk kameranya, resolusi yang didukung adalah 13MP dengan rasio 4:3. Kalau ingin memotret rasio 16:9, resolusinya adalah 10MP. Beberapa opsi kemudahan pemotretan seperti Touch shutter yang bisa diaktifkan, jenis fokus atau grid untuk menghasilkan foto yang lebih pas secara vertikal atau horizontal, disediakan. Untuk perekaman video, resolusi maksimalnya adalah FullHD 1920x1080p.

Seperti sudah disebut di atas, meski hanya punya kamera tunggal, tetapi Zenfone Live L2 sudah bisa menghadirkan efek bokeh lewat fitur Portrait mode. Buat yang ingin berfoto menggunakan tripod, tersedia timer hingga 10 detik.

Untuk modus pemotretan sendiri, berhubung ini bukan smartphone yang ditujukan untuk fotografi, pilihannya tidak banyak, meski sudah mencukupi. Opsi Auto, Beauty, Panorama dan Time Lapse bisa digunakan.


Berikut ini hasil tangkapan kamera Asus Zenfone Live L2 yang kami coba:











Dari foto-foto di atas, dapat Anda lihat sendiri bahwa hasil tangkapan kamera Zenfone Live L2 ini cukup okelah untuk smartphone satu juta. Tentunya jangan bandingkan dengan hasil tangkapan kamera smartphone harga 1,5 juta ke atas karena dari sisi sensor-nya saja, sudah cukup jauh tertinggal. Meski begitu, foto-foto jepretan Live L2 ini masih cukup tajam untuk outdoor atau indoor dengan pencahayaan yang baik. Efek bokehnya juga cukup lumayan meski dalam kondisi yang kurang pencahayaan.

Spesifikasi dan Performa
Tidak ada yang terlalu dibanggakan untuk Zenfone Live L2 dari sisi spesifikasi. Meski demikian, dibandingkan dengan Zenfone Live L1, peningkatannya cukup lumayan. Sebagai informasi, prosesornya yang tadinya hanya quad-core berbasis ARM Cortex-A53 berkecepatan 1,4GHz kini menjadi octa-core dengan kecepatan sama.

Selain CPU core yang bertambah, penggunaan Qualcomm MSM8937 alias Snapdragon 430 pada Zenfone Live L2 dibandingkan MSM8917 alias Snapdragon 425 pada Zenfone Live L1 juga membawa peningkatan dari sektor grafis. Kalau dulu chip yang digunakan adalah Adreno 303, kini Adreno 505 yang sedikit lebih bertenaga hadir menemani Zenfone Live L2. Berikut ini spesifikasi teknis yang kami kutip dari GSM Arena:


Peningkatan CPU-GPU pada Zenfone Live L2 membuat performa smartphone ini tentunya membaik dan bisa dimanfaatkan lebih lanjut oleh penggunanya dibanding versi terdahulu. Menjalankan apliksi bisa jadi lebih cepat, bermain game bisa jadi lebih mulus.

Lalu, seperti apa performa Zenfone Live L2 dibanding Zenfone Live L1 yang sudah pernah kita bahas juga beberapa waktu lalu? Ini dia!






Dapat kita lihat, terdapat peningkatan performa smartphone hingga 40 persen. Meski tidak ada peningkatan yang signifikan pada kinerja prosesor saat bekerja secara tunggal (single-core) karena basis arsitektur CPU-nya sama, tetapi penambahan empat buah core pada Snapdragon 430 milik Zenfone Live L2 menghadirkan dongkrakan performa sebesar 48,5 persen saat aplikasi mampu memanfaatkan seluruh core milik prosesor (multi-core).

Dari sisi performa grafis, terlihat bahwa Adreno 505 pada Snapdragon 430 milik Zenfone Live L2 jauh lebih superior dibandingkan dengan Adreno 308 milik prosesor Qualcomm Snapdragon 425 yang ada di Zenfone Live L1.

Ada yang menarik dari performa baterai Zenfone Live L2. Meski hadir dalam sistem operasi yang sama yakni Android 8.0 Oreo persis milik Zenfone Live L1, dan kapasitas baterainya juga sama-sama 3.000mAh, tetapi dalam pengujian PCMark battery, Zenfone Live L2 mampu bertahan hingga 10 jam 14 menit. Bandingkan dengan Zenfone Live L1 yang hanya bertahan selama 9 jam 26 menit sebelum kehabisan energi.

Peningkatan sekitar 8 persen ini kemungkinan karena Asus telah menghadirkan efisiensi energi yang lebih baik saat mereka merilis update firmware terbaru untuk Zenfone Live L2.

Lalu, bagaimana performanya saat dicoba untuk bermain game?

Seperti biasa, kami menggunakan dua game populer yakni Arena of Valor dan PUBG Mobile sebagai patokan. Seperti diketahui, dua game yang berbeda genre ini akan sangat mampu mengoptimalkan hardware yang digunakan untuk menjalankan game tersebut.

Pada Arena of Valor, game dapat dimainkan di resolusi HD namun tanpa dukungan high frame rate mode. Kualitas display juga hanya mentok di setting medium. Demikain pula kualitas partikel. Saat dimainkan, lag di dalam game nyaris tidak terasa. Yang cukup mengganggu adalah lambatnya proses loading baik saat game akan dimulai dan setelah selesai. Namun ini masih relatif wajar.


Saat digunakan untuk bermain game yang lebih berat seperti PUBG Mobile, setting yang bisa digunakan hanyalah sampai ke Balanced Graphics serta Medium Frame Rate.


Pada setting ini, game masih bisa dimainkan dengan cukup lancar tanpa kendala signifikan. Sama seperti pada Arena of Valor, proses loading-nya saja yang terasa lambat.


Kesimpulan
Sebagai sebuah smartphone entry level yang dijual di harga Rp1 juta (tepatnya Rp1,049 juta), Asus Zenfone Live L2 sangat kami rekomendasikan. Performanya cukup memadai untuk multitasking ringan, bahkan cukup sanggup untuk digunakan bermain game 3D, meski kami tidak menyarankan Anda untuk membeli produk ini kalau tujuan Anda adalah memiliki smartphone gaming.

Dari sisi desain, penampilan dan fitur, rasanya tidak ada yang salah dengan Live L2. Fitur kamera yang sederhana pun lumrah mengingat bukan itu tujuan Asus saat menciptakan smartphone ini.




Postingan Populer

Laptop Gaming Murah dengan GeForce RTX 5000 Series, Beredar!

Asus kembali menghadirkan inovasi terbarunya di lini laptop gaming melalui Asus Gaming V16. Seperti diketahui, Asus gaming merupakan lini laptop gaming murah yang memadukan performa AI modern, grafis bertenaga, efisiensi daya tinggi, serta ketahanan fisik berstandar militer.  Produk ini menyasar tak hanya bagi para gamer dan profesional yang membutuhkan kinerja optimal dalam paket yang portabel dan andal, tapi juga pengguna umum yang membutuhkan laptop kencang, namun dalam wujud yang standar, tidak menyolok seperti laptop gaming mahal. Ditenagai oleh prosesor Intel® Core™ 5 atau 7 generasi terbaru, Asus Gaming V16 menawarkan performa komputasi tinggi untuk berbagai kebutuhan, mulai dari gaming AAA, multitasking berat, hingga pemrosesan berbasis AI. Chip grafis NVIDIA® GeForce RTX™ 5060 menjadi jantung pengolahan visual, menghadirkan teknologi ray tracing dan DLSS 3.5 yang memberikan pengalaman gaming lebih realistis, dengan frame rate yang stabil dan visual yang imersif. Layar WUXG...

Review Asus Vivobook S 15 OLED S5507. Titik Optimal Prosesor Qualcomm

Industri laptop sedang mengalami transformasi besar dengan semakin populernya prosesor berbasis ARM dalam perangkat berbasis Windows. Padahal, selama bertahun-tahun, arsitektur x86 yang dikembangkan oleh Intel dan AMD telah mendominasi pasar. Tetapi kini ARM hadir dengan keunggulan efisiensi daya yang lebih baik, kinerja yang semakin kompetitif, serta dukungan teknologi AI yang lebih canggih. Dengan konsumsi daya yang lebih rendah, laptop berbasis ARM menjanjikan daya tahan baterai yang lebih lama tanpa mengorbankan performa. Semua kelebihan di atas menjadikan platform baru tersebut sebagai pilihan menarik bagi pengguna yang menginginkan perangkat portabel dengan produktivitas tinggi. Apalagi, kedatangan prosesor seperti Qualcomm Snapdragon X Plus dan Snapdragon X Elite menjadi titik balik bagi laptop Windows yang mengadopsi arsitektur ARM.  Berkat optimalisasi perangkat lunak dan dukungan dari Microsoft, aplikasi Windows kini semakin kompatibel dengan ARM, memungkinkan pengalaman ...

China Siapkan Prosesor x86 Sendiri. Semua Berkat AMD

China kembali mengguncang industri chip silikon. Kali ini lewat penggabungan dua pemain penting dalam industri chip dan server: Hygon dan Sugon. Merger ini menjadi langkah besar dalam ambisi Beijing untuk menciptakan ekosistem superkomputasi yang sepenuhnya mandiri, dari desain CPU hingga produksi server. Bagi yang belum familiar, Hygon adalah nama yang muncul setelah AMD pada 2016 memutuskan untuk melisensikan desain CPU Zen dan teknologi x86-64 ke perusahaan bernama Tianjin Haiguang Advanced Technology Investment Co. Tujuannya jelas: memenuhi kebutuhan chip server di Tiongkok dengan solusi non-Intel yang tetap “legal” lewat lisensi. Hasil dari kolaborasi itu adalah prosesor Hygon Dhyana, yang meskipun tidak populer secara global, cukup mendapat tempat di kalangan raksasa teknologi Tiongkok seperti Tencent, berkat dorongan besar dari pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan perangkat keras lokal. Di sisi lain, Sugon adalah produsen server dan superkomputer yang kerap menggunakan chip H...

Asus Luncurkan Expert P Series untuk Dukung Kebutuhan Bisnis Modern

Asus Indonesia resmi meluncurkan lini produk komersial terbaru, Expert P Series, yang terdiri dari laptop ExpertBook P3405CVA, desktop ExpertCenter P500MV, dan All-in-One ExpertCenter P440VA. Ketiganya dirancang untuk menjawab kebutuhan transformasi digital di dunia bisnis, dengan daya tahan tinggi, performa stabil, fitur AI terintegrasi, serta keamanan kelas enterprise. “Expert P Series bukan sekadar perangkat kerja, tapi partner produktivitas yang ringan, tangguh, dan aman untuk berbagai skenario kerja hybrid,” ujar Yulianto Hasan, Director Commercial Products Asus Indonesia. Setiap perangkat sudah dilengkapi AI on-device, termasuk platform ExpertMeet untuk kolaborasi yang lebih efisien tanpa perlu aplikasi tambahan. Tren kerja hybrid dan adopsi teknologi AI menjadi latar belakang kehadiran lini ini. Menurut laporan Gallup, 60% karyawan memilih model hybrid, sementara survei McKinsey 2024 mencatat 78% organisasi telah menggunakan AI dalam operasional mereka. Asus menghadirkan solusi ...

Hell Is Us, Game Paling Berat, Bahkan RTX 4090 Pun Tak Cukup

Para pemilik GPU kelas atas seperti Nvidia RTX 50 dan 40 Series yang mencoba menjalankan demo Hell Is Us tercengang. Alih-alih menikmati adegan sinematik pembuka, banyak pemain justru mengalami crash sebelum cutscene selesai, meninggalkan pertanyaan besar: untuk apa semua kekuatan grafis ini? Dalam pembaruan terbaru di Steam, pengembang Rogue Factor menyarankan solusi sementara yang cukup ironis: turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan semua fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, dan FSR. Ya, bahkan teknologi unggulan seperti DLSS 3.5 pun diminta dimatikan agar game bisa berjalan. “Harap turunkan semua pengaturan grafis dan nonaktifkan fitur upscaling seperti DLSS, XeSS, FSR, dll. dari menu utama sebelum memulai game,” tulis Rogue Factor dalam catatannya. Tom’s Hardware mengonfirmasi bahwa ini satu-satunya cara agar game bisa melewati bagian intro tanpa crash. Setelah berhasil mencapai karakter utama bernama RĂ©mi, pemain kemudian dipersilakan menaikkan kembali pengaturan grafis. ...