Pasar komputasi global tengah memanas akibat ledakan kebutuhan perangkat keras untuk kecerdasan buatan (AI). Selama ini sorotan banyak tertuju pada GPU, namun tren yang sama kini menghantam sektor penyimpanan data, khususnya storage AI.
Menurut laporan TrendForce, waktu tunggu (lead time) untuk hard drive kategori “nearline” kini membengkak hingga lebih dari 52 minggu. Artinya, setara satu tahun penuh.
Western Digital bahkan telah mengirim surat resmi kepada pelanggannya, memperingatkan adanya “permintaan tanpa preseden untuk seluruh kapasitas dalam portofolio” mereka. Perusahaan ini juga memastikan kenaikan harga di seluruh lini hard drive, dengan dalih mendukung pertumbuhan pasar. Namun, langkah tersebut jelas akan berdampak positif pada margin keuntungan perusahaan.
Bagi yang belum familiar, “nearline” adalah jenis penyimpanan data “hangat” yang tidak secepat SSD, namun tetap mudah diakses saat dibutuhkan.
Hard drive masih menjadi pilihan ekonomis untuk fungsi ini, karena biayanya empat hingga lima kali lebih murah per gigabyte dibanding SSD. Ledakan generative AI membuat kebutuhan storage AI semakin besar. Dari dataset pelatihan, model checkpoint, hingga log inferensi, semuanya dapat memakan petabyte ruang hanya dalam waktu singkat.
Keterbatasan pasokan hard drive mendorong penyedia layanan cloud mempertimbangkan penggunaan SSD QLC sebagai solusi penyimpanan alternatif. Meski lebih cepat dan hemat daya, harga SSD tetap jauh lebih tinggi. Untuk jangka panjang, para produsen chip tengah menyiapkan SSD khusus untuk kebutuhan nearline dan storage AI, namun solusi tersebut belum akan tersedia dalam waktu dekat.
Dengan kondisi ini, harga perangkat penyimpanan, baik hard drive maupun SSD enterprise, diperkirakan akan terus meningkat. Bagi konsumen yang tengah mencari SSD, mungkin ini saat yang tepat sebelum harga ikut terdorong naik oleh tren storage AI di pasar enterprise.