Raja Koduri, mantan arsitek GPU di AMD dan Intel, kembali ke panggung lewat startup barunya, Oxmiq Labs, dengan ambisi mengguncang dominasi Nvidia di pasar AI. Misinya? Merombak total ekosistem GPU yang ada saat ini.
Caranya adalah lewat pendekatan "Software First" yang menjanjikan kompatibilitas aplikasi CUDA berbasis Python di berbagai hardware. Yang menarik, semua rencananya akan dapat dilakukan tanpa modifikasi kode.
Oxmiq membawa arsitektur baru bernama OXCORE, yang memadukan unit scalar, vector, dan tensor, serta desain chiplet OXQUILT yang memungkinkan produsen merakit komponen komputasi layaknya Lego. Strategi ini diklaim bisa memangkas biaya R&D dan mempercepat pengembangan dari perangkat kecil hingga data center.
Mitra besar seperti Tenstorrent dan MediaTek sudah masuk ke daftar pendukung awal.
Namun, di balik jargon futuristis seperti “Atoms to Agents”, ada tantangan besar: membangun ekosistem dan perangkat lunak yang cukup matang untuk menandingi CUDA yang sudah menjadi standar industri selama lebih dari satu dekade.
Koduri memang menyebut Oxmiq sebagai GPU startup pertama di Silicon Valley dalam 25 tahun terakhir, tapi sejarah menunjukkan bahwa menumbangkan Nvidia bukan sekadar soal inovasi teknis, ini perang ekosistem.
Kalau Oxmiq benar-benar bisa mengirimkan produk yang stabil, cepat, dan portabel lintas platform, Nvidia mungkin akan merasakan ancaman serius. Kalau tidak? Ia akan sekadar menjadi catatan kaki di sejarah GPU.