التخطي إلى المحتوى الرئيسي

Suhu Temperatur Alam Semesta Ternyata Semakin Panas

Kita hidup di Bumi yang merupakan debu di alam semesta. Seperti diketahui, alam semesta sendiri merupakan ruang, waktu dan dimensi yang sangat luas. Di dalamnya terdapat banyak sekali benda langit serta galaksi. 

Alam semesta sendiri mungkin sudah dipelajari semenjak manusia mengenal kosmologi pada zaman dahulu. Dan manusia jaman sekarang terus berkembang untuk lebih memahami lagi tentang alam semesta dan isinya.



Ternyata, ada fakta yang cukup mengejutkan terkait alam semesta kita ini. Ternyata, kondisinya semakin panas.


Dalam sebuah studi terbaru yang mempelajari alam semesta, telah dipublikasikan di Astrophysical Journal yang menyelidiki sejarah termal alam semesta selama 10 miliar tahun terakhir. 


 
Pada penelitian ini ditemukan bahwa dibandingkan dengan hari ini, suhu rata-rata gas di seluruh alam semesta telah meningkat lebih dari 10 kali lipat selama periode waktu tersebut. Peningkatan suhunya mencapai sekitar 2 juta derajat Kelvin atau sekitar 4 juta derajat Fahrenheit atau 2,23 juta derajat Celcius.

Yi-Kuan Chiang, selaku  penulis utama dari penelitian ini di Pusat Kosmologi Ohio State University dan Fisika AstroPartikel berkata bahwa penelitiannya bahkan sudah terkonfirmasi oleh Jim Peebles. Asal tahu saja, Peebles merupakan peraih Nobel Fisika 2019 yang menguraikan teori pembentukan alam semesta.

Struktur skala besar alam semesta sendiri mengacu pada pola global galaksi dan gugus galaksi pada skala di luar galaksi individu. Ia dibentuk oleh keruntuhan gravitasi materi gelap dan gas. 
 
"Pada saat alam semesta berevolusi, gravitasi menarik materi gelap dan gas di ruang angkasa bersama-sama menjadi galaksi dan gugusan galaksi," ungkap Chiang. "Tarikannya sangat keras dan begitu ganas sehingga semakin banyak gas yang disetrum dan dipanaskan," ungkapnya.

Penemuan tersebut menunjukkan kepada para ilmuwan bagaimana menghitung kemajuan pembentukan struktur kosmik dengan "memeriksa suhu" alam semesta. 
 
Dalam studinya, para peneliti menggunakan metode baru yang memungkinkan mereka memperkirakan suhu gas pada masa lalu dan kemudian membandingkannya dengan gas yang lebih dekat ke Bumi atau pada waktu sekarang. 
 
Hasilnya, para peneliti memastikan bahwa alam semesta semakin panas dari waktu ke waktu karena keruntuhan gravitasi struktur kosmik dan pemanasan yang kemungkinan akan terus berlanjut.


 
Baca juga:

Untuk memahami bagaimana suhu alam semesta berubah dari waktu ke waktu, para peneliti menggunakan data tentang cahaya di seluruh ruang yang dikumpulkan oleh dua misi, Planck dan Sloan Digital Sky Survey. 
 
Planck adalah misi Badan Antariksa Eropa yang beroperasi dengan keterlibatan besar dari NASA dan Sloan mengumpulkan gambar detail dan spektrum cahaya dari alam semesta.

Gabungan data dari dua misi ini mengevaluasi jarak gas panas dekat dan jauh yang memperlihatkan suhu masa lampau dan kini melalui pengukuran Redshift atau sebuah gagasan yang digunakan astrofisikawan untuk memperkirakan usia kosmik di mana benda-benda jauh diamati. 
 
Redshift merupakan panjang gelombang cahaya. Semakin jauh sesuatu di alam semesta, semakin panjang panjang pula gelombang cahayanya.

Gas-gas di alam semesta saat ini mencapai suhu sekitar 2 juta derajat Celcius, di sekitar objek yang lebih dekat ke Bumi. Ini artinya, gas tersebut kira-kira 10 kali lebih panas dari suhu gas di sekitar objek yang lebih jauh atau pada masa lampau. 


 
Alam semesta sendiri sedang memanas karena proses alami galaksi dan pembentukan strukturnya. Namun jangan salah, pemanasan Alam semesta ini tidak terkait dengan pemanasan di Bumi karena skalanya yang jauh berbeda.

Meski demikian, pemanasan alam semesta kemungkinan juga akan membawa dampak akan planet kita tercinta ini.

المشاركات الشائعة

Savefrom, Online Video Downloader Terbaik?

Savefrom, Online Video Downloader Terbaik - Bagi Anda yang suka nonton video dari media sosial, mungkin Anda kadang lebih memilih untuk menontonnya secara offline. Hal ini bukan tanpa alasan, karena memang menonton video secara online akan lebih menguras kuota. Apalagi jika budget Anda sedang menipis, atau kuota sudah mau habis, pastinya solusi terbaik adalah dengan men-download dulu videonya. Dengan men-download videonya, Anda bisa melihat ulang videonya kapan pun tanpa harus mengkhawatirkan kehabisan kuota. Nah, salah satu layanan online video downloader yang bisa Anda pilih adalah Savefrom. Kira-kira, apa saja keunggulan dan kekurangan layanan yang satu ini? Yuk, simak informasinya di bawah:   Review dan Cara Download dari Savefrom: Savefrom merupakan sebuah layanan online gratis yang bisa digunakan untuk mengunduh video maupun musik secara gratis. Savefrom disebut juga sebagai pengunduh video tertua sekaligus terpopuler yang bisa digunakan dengan mudah dan bebas. Beberap...

Microsoft Akan Stop Produksi Surface dan Xbox di China

Microsoft dilaporkan tengah bersiap untuk menghentikan produksi laptop Surface dan konsol Xbox di China paling lambat pada tahun 2026. Menurut laporan Nikkei Asia, perusahaan asal Redmond itu berencana memindahkan proses produksi dan perakitan ke negara lain di Asia. Besar kemungkinan, negara pusat produksi Microsoft akan digeser ke Vietnam atau India. Seperti diketahui, dua negara tersebut menjadi pusat baru manufaktur teknologi global.  Langkah ini merupakan kelanjutan dari strategi diversifikasi rantai pasokan Microsoft yang sudah dimulai beberapa tahun terakhir. Terutama setelah sebagian produksi server mereka dipindahkan keluar dari China. Keputusan penghentian produksi di China juga punya alasan strategis yang kuat. Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, dengan pembatasan ekspor teknologi dan kebijakan tarif impor tinggi yang terus jadi isu.  China baru-baru ini kembali menerapkan batasan ekspor rare earth, bahan penting dalam produksi chip dan...

Harga Prosesor Intel Core Gen 12 Sampai 14 Naik hingga 30%

Intel resmi menaikkan harga untuk lini prosesor Core generasi ke-12, ke-13, dan ke-14 di seluruh dunia. Kabar yang sebelumnya hanya rumor kini terbukti, setelah penyesuaian harga mulai terlihat di berbagai retailer dan distributor di Asia serta Eropa. Kenaikan harganya bervariasi antara 6 hingga 30 persen, tergantung modelnya. Dan untuk beberapa chip populer, dampaknya cukup terasa di kantong konsumen. Gelombang pertama kenaikan terjadi di Korea Selatan dan Jepang, di mana prosesor mainstream seperti Core i5-12400F naik dari 159.000 won menjadi 177.000 won (sekitar USD 132). Sementara Core i3-13400F dan i3-14100F masing-masing naik sekitar 14% dan 15%.  Prosesor kelas atas lebih parah. Harga prosesor Intel Core i5-14600KF naik 13% dan i5-14400F sekitar 6%. Adapun Core i9-13900K melonjak hampir 30%, menembus harga 1 juta won di beberapa toko. Eropa tampaknya mengikuti pola serupa, meski lebih lambat. Retailer di Jerman dan Spanyol mulai menyesuaikan harga untuk model kelas menengah ...

Industri Game 2025 Pecahkan Rekor. 41 Juta Orang Main Bareng di Steam

Dengan rekor terbaru 41,6 juta pemain aktif secara bersamaan, Steam sekali lagi membuktikan bahwa dunia PC gaming masih jauh dari kata melambat. Angka ini bukan hanya sekadar pencapaian teknis, tapi juga cerminan bagaimana ekosistem digital, perangkat keras yang makin bertenaga, serta perubahan perilaku konsumen terus mendefinisikan ulang lanskap gaming modern. Data dari SteamDB menunjukkan bahwa platform distribusi digital milik Valve ini kini memiliki basis pengguna yang lebih dari dua kali lipat dibanding lima tahun lalu. Pada Januari 2024, Steam mencatat sekitar 33 juta pengguna serentak, sedangkan sebelum pandemi 2020, puncaknya baru menyentuh 19 juta.  Dalam kurun lima tahun, Steam menambah lebih dari 20 juta pemain aktif, menandakan pertumbuhan jangka panjang yang konsisten. Bukan sekadar efek pandemi. Keberhasilan ini bukan kebetulan. Steam berhasil menggabungkan inovasi teknologi, aksesibilitas, dan strategi pasar yang cerdas. Dukungan lintas platform untuk Windows, macOS,...

iPhone Air. Ketika Inovasi Terlalu Tipis untuk Diminati

Apple kembali menemukan bahwa tidak semua “pembaharuan” otomatis mendapat sambutan meriah. Kabarnya, perusahaan asal Cupertino itu memangkas produksi iPhone Air secara signifikan setelah respons pasar yang dingin, bahkan cenderung apatis.  Laporan dari Nikkei Asia menyebutkan bahwa pesanan bulan November diperkirakan merosot hingga kurang dari 10 persen dibanding volume di bulan peluncuran pada September. Angka ini cukup menjadi sinyal bahwa Apple mungkin salah membaca keinginan pengguna. iPhone Air sejatinya menawarkan konsep yang menggiurkan di atas kertas: desain super tipis 5,6 mm dengan rangka titanium, bobot ringan, kamera 48 MP yang setara dengan iPhone 17 dan 17 Pro, serta klaim “all-day battery life.” Namun, di dunia nyata, konsumen tampaknya lebih tertarik pada model standar atau varian Pro yang menawarkan paket fitur lebih solid tanpa kompromi. Faktanya, pasar China, yang menjadi salah satu medan penentu keberhasilan produk smartphone premium, menggambarkan situasi lebih...