Langsung ke konten utama

Beredar, Ini Spesifikasi dan Harga Xiaomi Redmi Note 9 dan Note 9 Pro

Xiaomi resmi merilis smartphone seri Redmi Note 9 di indonesia. Termasuk diantaranya adalah Redmi Note 9 dan Redmi Note 9 Pro. Peluncuran Redmi Note 9 dan Redmi Note 9 Pro pertama kali di Indonesia diinformasikan langsung oleh akun resmi Xiaomi pada pada tanggal 9 Juni 2020 di Instagram.

Adapun event peluncurannya sendiri dilakukan secara streaming online di platform YouTube milik Xiaomi Indonesia.


Kedua smartphone terbaru itu merupakan sebuah peningkatan dari seri Redmi Note 8 dan Note 8 Pro yang sudah dipasarkan di Indonesia sejak bulan Oktober tahun 2019 lalu.


Layarnya dipasang dengan ukuran diagonal 6.53 inci untuk seri Redmi Note 9, sedangkan untuk seri Redmi Note 9 Pro memiliki layar dengan ukuran diagonal 6.67 inci. Type layar kedua seri ini sama-sama menggunakan LCD IPS yang dilindungi oleh Corning Gorilla Glass 5. Nah ternyata ada kelebihan dari seri Redmi Note 9 Pro yaitu memiliki sertifikat TÜV Rheinland yaitu sertifikasi cahaya biru yang rendah.



Dua smartphone terbaru Redmi Note ini sama-sama memiliki kapasitas baterai lebih dari 5.000 MAh. Dari segi kamera, seri Redmi Note 9 Pro memiliki lensa utama dengan resolusi 64 megapixel dengan sensor Samsung Bright S5KGW1. Sedangkan untuk seri Redmi note 9 memiliki lensa dengan resolusi 48 megapixel dengan sensor Samsung S5KGM1. 

Kedua smartphone tersebut sama-sama memiliki 4 lensa belakang. Terdiri dari lensa utama dengan ukuran 64MP untuk seri Redmi Note 9 Pro dan 48MP untuk seri Redmi Note 9, lensa wide angle, lensa portrait mode (depth), dan lensa makro. Sedangkan untuk kamera depan kedua smartphone ini sama-sama memiliki satu lensa utama dengan resolusi 16MP untuk seri Redmi Note 9 Pro dan 13MP untuk seri Redmi Note 9.




Untuk dapur pacunya, seri Redmi Note 9 Pro lebih unggul dan juga menjadi seri Redmi Note pertama Xiaomi yang mengadopsi chip Snapdragon700 lebih tepatnya Snapdragon720G. Bukan hanya powerful tapi juga efisien secara konsumsi daya dan memiliki skor benchmark yang cukup besar di kelasnya yaitu dengan skor 274.596 (Antutu V8). 

Sedangkan untuk seri Redmi Note 9 menggunakan chip Mediatek Helio G85 sekaligus menjadi smartphone pertama di Indonesia yang dibekali chip tersebut. Meskipun menggunakan chip Mediatek, performa Mediatek Helio G85 memiliki skor benchmark sebesar 205.946 (Antutu V8) dan bisa dikatakan 20 persen lebih tinggi dibanding Snapdragon 665 yang tersemat di seri sebelumnya yaitu Redmi Note 8.

Selain perbedaan dari kamera dan dapur pacunya, seri Redmi Note 9 Pro mendukung pengisian cepat 30W dengan fast-charger yang telah disediakan di dalam kemasan. Selain itu juga seri Redmi Note 9 Pro ini menggunakan Z-axis linear motor untuk memberikan getaran yang terasa tetapi halus dan menggunakan 2x2 MIMO WIFI untuk menerima sinyal wifi lebih baik.


Di pasar Indonesia, seri Redmi Note 9 dibandrol dengan harga resminya yaitu Rp 2.399.000 untuk RAM 4GB dengan kapasitas sebesar 64GB dan Rp 2.799.000 untuk RAM 6 dengan kapasitas sebesar 128GB. Sedangkan untuk versi Redmi Note 9 Pro dibandrol dengan harga resminya yaitu Rp 3.399.000 untuk RAM 6GB dengan kapasitas sebesar 64GB dan Rp 2.799.000 untuk RAM 8 dengan kapasitas sebesar 128GB.

Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

AMD Catat Rekor, 41 Persen Pangsa Pasar Server. Intel Kian Terdesak

Laporan terbaru dari Mercury Research untuk kuartal kedua 2025 menandai titik balik penting dalam persaingan chip server global. AMD berhasil merebut 41 persen pangsa pendapatan server, rekor tertinggi sepanjang sejarahnya, sekaligus memperdalam luka Intel yang terus kehilangan pijakan di segmen paling menguntungkan ini.  Lonjakan 7,2 poin dibanding tahun lalu dan kenaikan 1,5 poin dari kuartal sebelumnya menunjukkan tren yang konsisten: AMD semakin dominan, sementara Intel masih bergulat dengan keterlambatan manufaktur dan kehilangan kepercayaan pasar. Capaian AMD tidak terbatas pada server. Secara keseluruhan, pangsa pendapatan perusahaan mencapai 33 persen, naik 8,8 poin dibanding tahun sebelumnya. Di segmen klien, AMD juga mencatat pertumbuhan dengan pangsa 27,8 persen, didorong permintaan yang kuat dari sektor cloud maupun enterprise. Bahkan di pasar desktop, performa Ryzen tampak mengesankan. Pangsa pendapatan desktop AMD melonjak 20,5 poin dari tahun lalu dan hampir 5 poin d...

Monitor Gaming OLED Terbaik Samsung, Odyssey OLED G6 dan G7

Pasar monitor gaming kembali diguncang oleh Samsung dengan pengumuman trio terbaru dalam lini Odyssey. Sorotan utama jatuh pada Odyssey OLED G6 berukuran 27 inci, yang digadang sebagai monitor OLED gaming pertama di dunia dengan refresh rate 500Hz.  Angka ini terdengar berlebihan bagi sebagian orang, namun jelas menyasar segmen gamer kompetitif ekstrem yang menganggap refresh rate 240Hz atau 360Hz sudah tidak lagi cukup. Spesifikasi G6 memang tidak main-main. Monitor ini hadir dengan resolusi QHD, respons 0,03ms, kecerahan hingga 1.000 nits, serta sertifikasi VESA DisplayHDR True Black 500. Teknologi QD-OLED memastikan warna lebih kaya, sementara dukungan Nvidia G-SYNC dan AMD FreeSync Premium Pro membuat pengalaman gaming bebas tearing.  Samsung bahkan menambahkan lapisan “Glare Free” agar tetap nyaman digunakan di berbagai kondisi pencahayaan, serta teknologi OLED Safeguard+ untuk mengurangi risiko burn-in yang selama ini menjadi momok layar OLED. Dengan validasi Pantone, wa...

Siap Kuliah Lagi? Ini Laptop Generasi AI yang Kencang dan Stabil untuk Mahasiswa

Tahun ajaran baru sudah di depan mata. Mahasiswa di berbagai penjuru negeri bersiap kembali ke kampus, bersua teman-teman seperjuangan, hingga beradaptasi dengan jadwal kuliah yang baru. Tapi back to campus bukan sekadar tentang bertemu dosen favorit atau suasana kelas yang dirindukan.  Di era saat ini, terutama bagi kamu yang tergolong dalam Generasi AI, persiapan menuju semester baru juga berarti memilih perangkat yang bisa mendukung segala aktivitas akademik dan kreatif secara maksimal. Bukan Sekadar Laptop, Tapi Partner Belajar Mahasiswa Generasi AI Tantangan mahasiswa saat ini jauh berbeda dari dulu. Kini, tugas-tugas perkuliahan tak lagi hanya menulis dan presentasi, tapi juga mencakup riset data, desain grafis, produksi video pendek, hingga eksplorasi tool berbasis AI seperti Copilot, ChatGPT, CapCut AI, atau Canva Magic Studio.  Agar semua berjalan lancar, kamu butuh laptop yang bukan hanya kencang, tapi juga cerdas, efisien, dan bisa diandalkan sepanjang hari. Laptop ...

Teknologi Semikonduktor China Terhambat. Peluncuran Deepseek R2 Ditunda

Kasus DeepSeek dan Huawei Ascend menunjukkan bahwa ambisi Tiongkok untuk mandiri dalam teknologi semikonduktor AI masih menghadapi jalan terjal. Startup AI yang sempat naik daun dengan model R1 pada Januari lalu itu dipaksa menunda peluncuran penerusnya, R2, setelah gagal melatih model menggunakan chip Ascend buatan Huawei.  Upaya yang didorong langsung oleh regulator Beijing itu akhirnya berujung kompromi: training tetap memakai GPU Nvidia, sementara inference dijalankan di atas Ascend. Kegagalan ini bukan sekadar soal teknis, melainkan cermin dari kesenjangan mendasar antara ekosistem chip Tiongkok dan Nvidia. Training model AI berskala besar menuntut perangkat keras dengan kecepatan, reliabilitas, serta ekosistem perangkat lunak yang matang. Ascend terbukti masih rentan terhadap bug, kecepatan interkoneksi yang tidak stabil, dan software stack yang belum selevel CUDA milik Nvidia. Bahkan dengan dukungan langsung dari tim engineer Huawei di lokasi, DeepSeek tak berhasil menyelesa...