Langsung ke konten utama

Adu Kinerja 4 Smartphone Kekinian

Smartphone merupakan perangkat yang harus menemani apapun aktivitas kita saat ini. Untuk itu, smartphone tak hanya wajib punya performa dan fitur yang sesuai dengan kebutuhan kita, tetapi smartphone juga harus mampu hidup selama kita hidup, alias kita terjaga.

Di pasaran, saat ini ada sangat banyak sekali smartphone yang beredar dan cukup menyulitkan kita saat akan memilih smartphone yang paling pas untuk kita gunakan. Namun dari sekian banyak produk, ada 4 tipe yang sedang hangat-hangatnya dibahas oleh pengguna. Khususnya produk besutan produsen yang berada di empat besar peta persaingan smartphone di Indonesia.


Sebut saja Samsung dengan salah satu varian mainstream-nya yang belum lama ini dirilis yakni Galaxy J7 Pro. Ada lagi dari Asus dengan Zenfone 4 Max Pro yang juga masih gres. Selain itu ada 2 produk yang juga sangat banyak diminati pengguna yakni Oppo F3 dan Vivo V5s. Semuanya punya banyak kelebihannya masing-masing. Seperti apa? Berikut ini kita bandingkan performa smartphone tersebut dan seberapa kuat mereka bisa digunakan sebelum baterainya padam.


Samsung Galaxy J7 Pro
Smartphone yang dipasarkan di kisaran Rp3,9 juta ini mendukung 4G LTE Cat6 yang punya kecepatan download/upload hingga 300/50Mbps. Ia punya dimensi 152,4 x 74,7 x 7,9mm dan berat 181 gram. Layarnya jenis Super AMOLED berukuran 5,5 inci resolusi FullHD dan hadir dengan Android 7.1 Nougat.
Untuk memotret, ia punya kamera belakang 13MP f/1.7 dengan autofocus plus LED flash. Kamera depannya punya resolusi 13MP f/1.9 dan juga dilengkapi LED flash. Untuk menampung hasil jepretan foto, tersedia pula slot MicroSD (dedicated) yang bisa menampung hingga 256GB.

Asus Zenfone 4 Max Pro
Smartphone ini dirilis resmi di harga Rp2.9 juta. Ia mendukung 4G LTE Cat4 yang menawarkan kecepatan download/upload hingga 150/50Mbps. Dimensinya 154 x 76,9 x 8,9mm dan berat 181 gram. Layarnya berjenis IPS berukuran 5,5 inci resolusi HD dan hadir dengan Android 7.1 Nougat.
Untuk kameranya, ia punya kamera belakang 16MP f/2.0 dengan phase detection autofocus plus LED flash. Ada juga kamera wide 5MP yang mampu mengambil foto dengan angle luas, hingga 120 derajat. Di depan, ia punya kamera resolusi 16MP f/2.0 dan juga dilengkapi LED flash. Untuk menampung hasil jepretan foto, Asus kini juga menyediakan slot MicroSD dedicated yang bisa menampung hingga 256GB. Tidak hybrid seperti yang sebelum-sebelumnya.

Oppo F3
Smartphone yang satu ini dijual di harga kisaran Rp3,8 juta. Juga mendukung 4G LTE Cat4 yang menawarkan kecepatan download/upload hingga 150/50Mbps. Dimensinya 153 x 75,2 x 7,3mm dan berat hanya 153 gram. Layarnya berjenis IPS berukuran 5,5 inci resolusi Full HD dan sudah dilapisi dengan Corning Gorilla Glass 5. Ia hadir dengan sistem operasi Android 6.0 Marshmallow.
Dari sisi kamera, ia punya kamera belakang 13MP f/2.2 dengan phase detection autofocus plus LED flash. Di depan, si pakar selfie ini punya dua kamera, yang satu puna resolusi 16MP f/2.0, satunya 8MP f/2.4. Untuk menampung hasil jepretan foto, Oppo menyediakan slot MicroSD dedicated yang bisa menampung hingga 256GB.

Vivo V5s
Smartphone terakhir yang akan kita bandingkan kali ini dipasarkan di harga sekitar Rp3,2 juta. Punya dimensi 153,8 x 75,5 x 7,6mm dan bobot 154 gram, smartphone ini menggunakan layar IPS 5,5 inci dengan resolusi HD. Ada lapisan Corning Gorilla Glass 3 yang disediakan untuk mereduksi munculnya goresan-goresan di layar. Adapun sistem operasinya masih menggunakan Android 6.0 Marshmallow. Kamera utama pada smartphone ini punya resolusi 13MP dengan f/2.2, phase detection auto focus dan LED flash. Yang menarik adalah kamera depannya. Smartphone yang mengaku sebagai selfie sempurna ini menawarkan resolusi 20MP dengan f/2.0 dan moonlight glow untuk pencahayaan yang pas. Selain itu, meski hanya punya kamera tunggal, ia mendukung portrait mode ataupun bokeh. Sayangnya untuk menyimpan foto-foto, pengguna harus mengorbankan satu SIM card jika ingin memasang MicroSD berkapasitas hingga 256GB.

Perbandingan Kinerja
Untuk membandingkan performa keempat smartphone kekinian tersebut, kami menggunakan software benchmark yang umum digunakan yakni AnTuTu untuk mengetahui performa sistem secara teoritis, Geekbench untuk mengukur performa prosesor saat bekerja secara mandiri ataupun saat bekerja sekaligus, 3D Mark untuk mengukur performa grafis dan PC Mark untuk mengetahui performa sistem saat menjalankan aplikasi-aplikasi umum sehari-hari. Berikut hasilnya:



Menggunakan software AnTuTu, terlihat performa Mediatek MT6750T dan RAM 4GB yang digunakan oleh Oppo F3 mampu mengungguli Exynos 7870 dengan 3GB RAM yang digunakan oleh Samsung Galaxy J7 Pro, Snapdragon 430 dengan 3GB RAM yang dipakai oleh Zenfone 4 Max Pro, serta Mediatek MT6750 dengan 4GB RAM yang dimiliki Vivo V5s.



Pada performa single core, Mediatek MT6750T milik Oppo F3 juga sangat superior dibanding ketiga kompetitornya yang kami bandingkan kali ini. Namun untuk performa multi-core, Exynos 7870 jauh lebih optimal. Artinya, untuk multitasking, Samsung Galaxy J7 Pro menawarkan performa yang mumpuni.



Hal yang menarik pada pengujian 3D Mark terlihat. Ternyata, chip GPU Qualcomm Adreno yang digunakan oleh Asus Zenfone 4 Max Pro jauh lebih superior dibanding kompetitornya. Ini membuktikan bahwa Asus tidak salah dalam memilih prosesor yang punya performa gaming cukup memadai untuk bermain game 3D terkini.



Untuk performa smartphone secara keseluruhan, aplikasi PC Mark menunjukkan bahwa performa Samsung Galaxy J7 Pro dan Asus Zenfone 4 Max Pro relatif seimbang, baik saat untuk melakukan web browsing, video editing, ataupun photo editing pada smartphone menggunakan aplikasi yang tersedia di Google Playstore.


Nah, untuk membandingkan secara real, seberapa kuat perfroma baterai masing-masing, kami menjalankan keempat smartphone secara bersama-sama dan melakukan online video streaming via WiFi selama 5 jam non-stop. Baterai siapa yang lebih kuat?



Kesimpulan
Dari uji perbandingan di atas, dapat kita lihat bahwa untuk urusan multitasking, Samsung Galaxy J7 Pro lebih baik dibanding Asus Zenfone 4 Max Pro, Oppo F3 dan Vivo V5s. Tetapi untuk urusan 3D gaming, Asus Zenfone 4 Max Pro lebih unggul. Baterainya yang punya kapasitas besar dan mampu bertahan sangat lama, membuatnya sangat cocok untuk digunakan oleh para penggemar mobile game.

Postingan Populer

Review Asus ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop Gaming Tipis Futuristis

Dalam dunia laptop gaming yang semakin kompetitif, Asus kembali mengukuhkan posisinya di industri laptop gaming tipis lewat seri ROG Zephyrus G14. Di pasaran, salah satu model laptop gaming tipis yang jadi andalan Asus adalah seri ROG Zephyrus G14 GA403UU. Laptop gaming tipis yang hadir pada kisaran tahun 2024 ini membawa kombinasi menarik antara performa tinggi, teknologi terkini, dan desain yang super portabel. Dengan layar OLED 3K yang memanjakan mata, GPU RTX 4050 yang efisien, serta dukungan AI dari prosesor Ryzen 7 8845HS, laptop ini ditujukan untuk gamer dan kreator yang menuntut performa dalam dimensi ringkas. Yang menjadi daya tarik utama dari G14 adalah bagaimana Asus berhasil meramu laptop 14 inci ini menjadi sebuah mesin bertenaga tanpa mengorbankan kenyamanan dan keindahan desain. Bobot hanya 1,5 kg, menjadikannya salah satu laptop gaming teringan di kelasnya. Di sisi lain, perangkat ini juga membawa berbagai fitur profesional seperti layar Pantone Validated dan Dolby Atmo...

Nvidia Siapkan RTX 50 SUPER untuk Libur Akhir Tahun

Rumor panas dari TweakTown menyebutkan bahwa Nvidia tengah menyiapkan kartu grafis RTX 50 SUPER untuk rilis akhir 2025. Targetnya jelas: menggaet momentum belanja liburan dan memancing gelombang upgrade PC menjelang tahun baru.  Langkah ini terasa seperti strategi klasik Nvidia. Masuk dengan produk “baru” di momen konsumen sedang lapar teknologi. Namun, mari kita jujur: label “SUPER” jarang berarti lompatan besar. Berdasarkan bocoran, RTX 5080 SUPER akan membawa 24GB VRAM, sedangkan RTX 5070 Ti SUPER menawarkan 18GB VRAM. Angka yang impresif di brosur, tapi tetap saja, ini lebih ke pamer kapasitas memori daripada revolusi arsitektur. Tidak ada kabar soal peningkatan signifikan pada performa inti Blackwell, sehingga besar kemungkinan ini hanya penyegaran kosmetik dengan sedikit bumbu marketing. Nvidia sendiri sedang berada di posisi aneh. Peluncuran awal RTX 50 series tidak sepenuhnya sukses, dengan stok melimpah di kelas atas yang sulit terserap pasar. SUPER refresh ini bisa jadi c...

Sony Xperia: Bertahan demi Gengsi, Bukan Demi Pasar

Sony tampaknya masih enggan mengakui bahwa divisi ponsel pintarnya, Xperia, sudah lama kehilangan relevansi. Dalam laporan keuangan terbaru, CFO Sony, Lin Tao, bersikeras menyebut Xperia sebagai “bisnis yang sangat penting” bagi masa depan perusahaan.  Masalahnya, sulit menemukan data penjualan atau pangsa pasar yang mendukung klaim sang CFO tersebut. Realitasnya, Xperia juga sudah lama menjadi bayang-bayang dari kejayaan masa lalu. Seperti diketahui, Sony sudah lama menarik diri dari pasar AS, melemah di pasar Jepang, bahkan menghentikan produksi tahun ini. Rumor soal mundurnya Sony dari Eropa semakin memperkuat kesan bahwa Xperia kini hanya hidup di lingkaran penggemar fanatik yang semakin sedikit, serta dengan peluncuran produk yang jarang dan distribusi terbatas. Ucapan Lin Tao tentang “menghargai teknologi komunikasi” yang telah dikembangkan lama memang masuk akal. Teknologi kamera dan komponen Xperia sering kali dipakai di lini produk lain Sony, seperti kamera mirrorless atau...

Oxmiq Labs Siap Guncang Dominasi GPU Nvidia

Raja Koduri, mantan arsitek GPU di AMD dan Intel, kembali ke panggung lewat startup barunya, Oxmiq Labs, dengan ambisi mengguncang dominasi Nvidia di pasar AI. Misinya? Merombak total ekosistem GPU yang ada saat ini. Caranya adalah lewat pendekatan "Software First" yang menjanjikan kompatibilitas aplikasi CUDA berbasis Python di berbagai hardware. Yang menarik, semua rencananya akan dapat dilakukan tanpa modifikasi kode. Oxmiq membawa arsitektur baru bernama OXCORE, yang memadukan unit scalar, vector, dan tensor, serta desain chiplet OXQUILT yang memungkinkan produsen merakit komponen komputasi layaknya Lego. Strategi ini diklaim bisa memangkas biaya R&D dan mempercepat pengembangan dari perangkat kecil hingga data center. Mitra besar seperti Tenstorrent dan MediaTek sudah masuk ke daftar pendukung awal. Namun, di balik jargon futuristis seperti “Atoms to Agents”, ada tantangan besar: membangun ekosistem dan perangkat lunak yang cukup matang untuk menandingi CUDA yang sud...

Review Laptop AMD, Lenovo Yoga 7 2-in-1 14AHP9

Perkembangan teknologi laptop dalam dua tahun terakhir bergerak pesat menuju era AI PC. Saat ini, perangkat tidak hanya mengandalkan kecepatan prosesor, tetapi juga kecerdasan komputasi yang terintegrasi.  Dengan akselerator AI dan fitur Copilot+ di Windows, pengguna bisa bekerja lebih cepat, berkreasi lebih leluasa, serta menikmati hiburan yang lebih imersif. Bagi pengguna profesional maupun kreator, kemampuan AI yang tertanam langsung di perangkat menjanjikan pengalaman komputasi yang semakin personal dan responsif. Salah satu contoh nyata dari tren AI PC adalah Lenovo Yoga 7 2-in-1 14AHP9. Perangkat tersebut memadukan desain fleksibel khas Yoga, panel OLED yang memanjakan mata, dan prosesor AMD Ryzen 7 8840HS yang sudah mengusung GPU Radeon 780M terintegrasi.  Dengan kombinasi keduanya, Yoga 7 bukan hanya menarik untuk pekerjaan kreatif dan multitasking, tetapi juga menjadi salah satu kandidat utama untuk laptop AI di segmen 2-in-1 premium. Desain Dari segi desain, Lenovo Y...