Ambisi Nvidia menjungkirbalikkan ekosistem Windows on Arm (WoA) mulai terasa berat. N1X, chip yang digadang-gadang jadi penantang Apple Silicon dan pondasi kuat teknologi “AI PC”, resmi mundur jadwal dari paruh kedua 2025 ke awal 2026.
Tiga biang keladi jadi penyebab. Pertama, Microsoft. Windows generasi baru yang dijanjikan akan membawa integrasi AI mendalam untuk Arm masih jauh dari kata siap. Kedua, pasar. Hype “AI PC” ternyata lebih banyak berhenti di presentasi investor ketimbang menciptakan antusiasme konsumen.
Penjualan laptop Snapdragon yang digembar-gemborkan Qualcomm belum cukup menggoyang dominasi x86. Faktor ketiga, Nvidia sendiri yang tampaknya sadar: meluncurkan chip setengah matang hanya akan membuat mereka jadi bahan olok-olok.
Padahal di atas kertas, N1X alias GB10 terdengar gahar. CPU Grace 20-core, GPU Blackwell dengan hingga 1 PetaFlop komputasi FP4 AI, dukungan memori LPDDR5X hingga 128GB, dan skor Geekbench yang sudah setara Ryzen AI MAX+ 395. Bahkan ada sampel yang tembus 3,9 GHz. Tapi angka di laboratorium bukan jaminan sukses di pasar.
Nvidia mencoba meramu keluarga N1 dengan beberapa varian: N1X untuk enterprise, N1C untuk laptop konsumen, bahkan kemungkinan model hemat daya untuk handheld. Klaim 180–200 TOPS untuk AI pun masih mengambang. Intinya, masih banyak yang serba “akan”.
Di 2026 nanti, N1X akan melawan AMD, Intel, dan Apple yang tak menunggu Nvidia untuk mengejar. Dan inilah masalah sebenarnya: dunia tak akan berhenti menunggu Nvidia merapikan visinya. Kalau WoA ingin relevan, ia butuh lebih dari sekadar janji chip canggih. Ia butuh bukti, perangkat yang nyata, ekosistem yang siap, dan alasan bagi pengguna untuk peduli.
Mungkin di CES 2026 kita akan lihat apakah N1X benar-benar solusi atau sekadar jargon baru dalam siklus hype AI PC yang makin panjang.