Huawei tampaknya siap melangkah lebih jauh dalam ambisinya membangun ekosistem komputasi mandiri. Perusahaan Tiongkok ini dikabarkan akan meluncurkan laptop HarmonyOS pertamanya yang ditenagai oleh chip desktop in-house, Kirin X90, pada akhir tahun ini.
Menurut bocoran dari Weibo melalui akun Digital Chat Station, Kirin X90 akan membawa CPU 10-core dengan 20-thread dan arsitektur kluster ‘4 + 4 + 2’, yang kemungkinan merupakan kombinasi core performa dan efisiensi. Chip ini juga telah dirancang untuk memenuhi standar enkripsi Tiongkok SM3 dan SM4—indikasi bahwa Huawei tidak main-main soal keamanan.
Chip ini secara internal diberi nama "Charlotte Pro", mengacu pada “Charlotte” yang merupakan codename dari Kirin 9010, prosesor yang digunakan dalam lini smartphone Huawei Pura 70. Ini mengisyaratkan bahwa Kirin X90 adalah versi yang ditingkatkan untuk penggunaan desktop dari chip seluler tersebut, meski belum ada detail resmi mengenai kecepatan clock atau benchmark performa.
Kirin X90 juga dikabarkan akan dipasangkan dengan GPU Maleoon 920, unit grafis yang lebih bertenaga dibandingkan yang digunakan di ponsel Huawei saat ini. Kombinasi ini diyakini cukup untuk mendukung laptop kelas menengah atau perangkat all-in-one yang ditujukan bagi pasar domestik.
Langkah Huawei ini jelas mengarah pada strategi pemutusan ketergantungan dari Microsoft. Laptop HarmonyOS yang akan dirilis nanti menjadi platform perdana bagi Kirin X90, dan menandai ambisi Huawei untuk menguasai penuh baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Setelah bertahun-tahun menghadapi sanksi dan pemblokiran dari teknologi AS, ini menjadi langkah besar menuju kemandirian teknologi.
Namun, masih banyak tantangan di depan. Tanpa dukungan luas dari pengembang aplikasi pihak ketiga dan belum adanya data performa dunia nyata, laptop HarmonyOS masih tergolong eksperimental. Meski demikian, bila Kirin X90 mampu menawarkan kinerja dan keamanan yang cukup bagi kebutuhan pemerintahan atau sektor enterprise di dalam negeri, Huawei tak perlu mengandalkan kesuksesan global untuk menunjukkan dampaknya.
Di tengah fragmentasi teknologi global dan tekanan regulasi ekspor dari AS, Huawei tampaknya siap berjalan sendiri, dengan Kirin “Charlotte Pro” sebagai ujung tombaknya. Benar-benar meninggalkan teknologi Amerika Serikat.